14. Runyam

17K 2.1K 399
                                    

Aku lagi fokus di cerita ini biar cepet kelar. Banyak scene Aldebaran Riana ya menjelang part2 akhir karena berhubungan dgn konflik yg akan dihadapi Rayga Diandra.

Pembaca kemarin lega saat tahu status Riana yang belum kehilangan keperawanan. Author juga ga tega lah haha.. karena bagi perempuan, keperawanan itu ibarat kehormatan dan harga diri. Kalau diambil oleh orang yang belum halal itu seperti bencana dan malapetaka besar. Beda sih sama yang dengan sukarela menyerahkan ke seseorang yang belum halal, bagi mereka mungkin hal itu bukan bencana dan malah bangga. Sering aku nemu cerita fiksi kayak gini. Cowoknya tipe yang hobi celup sana celup sini, dgn sembarang perempuan, dapat anak perawan yg dengan sukarela menyerahkan tubuhnya di luar pernikahan. Tidak ada rasa bersalah dan tidak dibahas  konsekuensi baik dari agama maupun medis. Kalian mesti bijak baca hal2 kayak gini. Menjaga keperawanan sampai saatnya tiba (menikah) itu harga mati.

Dan yang namanya cowok keren itu bukan yang hobi main perempuan dan baru berhenti setelah nemu perempuan yg cocok. Jadi taubatnya hanya karena perempuan bukan karena Allah. Cowok yg keren itu yg menjaga sholatnya di Masjid, yg Sholeh, menghargai perempuan. Namanya Sholeh itu sudah mencakup keseluruhan ya, ibadah oke, tanggung jawab iya, hubungan dgn sesama juga baik. Mudah2an pembaca yang single mendapat jodoh yang Sholeh Sholehah aamiin.

Happy reading....

Rayga dan Diandra melihat-lihat katalog design surat undangan di ruang tengah rumah orang tua Diandra. Kedua pihak keluarga sepakat untuk mempercepat pernikahan mereka. Ayah Rayga yang semula tidak begitu mendukung rencana pernikahan itu, kini melunak dan menyerahkan sepenuhnya pada putranya untuk memilih calon pendamping hidup yang ia inginkan. Hubungan yang tengah merenggang dengan sang istri, memberi andil pada berubahnya sikap Toto yang tak lagi memaksakan kehendaknya pada anaknya sendiri.

“Yang ini kayaknya bagus Ray, simple dan elegan.”

Rayga melirik gambar yang ditunjuk Diandra.

“Apa nggak terlalu simple, Di? Aku lebih suka yang ini.” Rayga menunjuk salah satu gambar yang menurutnya lebih pas dan eksklusif.

Diandra mengakui pilihan Rayga bagus, hanya saja terlalu mewah untuknya.

“Ini terlalu mewah. Aku ingin pernikahan kita sederhana saja. Keluargaku juga menginginkan pernikahan yang biasa, nggak perlu besar atau mewah. Karena ini pernikahan kedua untukku, Ray. Kalau pernikahan pertama itu biasanya memang lebih besar.”

Rayga terdiam sejenak. Mempersiapkan pernikahan itu ternyata tak semudah bayangannya. Banyak sekali perbedaan pendapat, tidak hanya antara dia dan Diandra, tapi juga antara keluarganya dan keluarga Diandra. Dia lelah jika berkali-kali mengalah dan ujung-ujungnya bapak ibunya yang akan mencecarnya. Misal soal dress pernikahan saja, apa yang diinginkan Diandra dengan apa yang diinginkan ibunya, beda selera. Termasuk tempat resepsi juga jadi bahan perdebatan. Orang tua Diandra ingin di rumah saja. Tamu yang diundang tak begitu banyak, sedang orang tua Rayga ingin resepsi diadakan di gedung agar bisa menampung jumlah tamu undangan yang banyak karena rekan dan kerabat bapak ibunya juga cukup banyak. Dan ini pertama kali bagi orang tua Rayga menyelenggarakan pesta pernikahan, mungkin akan menjadi satu-satunya pesta pernikahan yang mereka adakan, karena Bayu sudah menikah dan tidak dirayakan. Karena itu mereka menginginkan pesta yang meriah.

Sebenarnya Rayga pun tak ingin sesuatu yang ribet. Dia menyukai sesuatu yang simple. Karena baginya yang terpenting adalah kehidupan setelah menikah, bukan pestanya. Namun ada perasaan orang tua yang harus ia jaga. Dia juga ingin memenuhi keinginan orang tuanya.

Melihat calon suaminya membisu, Diandra menatapnya lembut.

“Kamu marah? Ya udah kalau kamu ingin design yang itu. Aku ngikut aja.”

Brondong, I'm in Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang