prolog

305 13 2
                                    

Kau masih di sini?

Ya. Kau, masih di sini.

__________________

To : Alvin Pandu Prasetyo

Aku otw ya

From : Alvin Pandu Prasetyo

Ok. Hati-hati, Rum. Aku tunggu

__________________

"masuk sini, Rum." sapa Mamanya ketika motor scoopy hitam terparkir di depan ruko itu.

"iya Tante. Apa kabar, Te?"

"Alhamdulillah Tante baik. Mama gimana? Tante belum sempat lagi ke rumah, Rum. Masih sibuk di sini"

"gak apa-apa kok Tante. Mama juga Alhamdulillah membaik. Cuman kurusan sekarang"

"Arum anak kuat, hebat. Yang sabar ya. Tenang aja, kalo ada apa-apa langsung kasih tau Tio" muka penuh iba itu berusaha menenangkan hati Arum yang hampa. Kosong. Meski masih ada Tio.

"iya Tante. Arum pasti langsung kabarin Tio"


(Masa Orientasi Siswa hari ke-3, Nadin)

..."eh itu namanya siapa sih? Pratyo? Prasitio? Lupa gue", ucapnya sembari menunjuk anak laki-laki tinggi sekali yang sebaya dengannya.

"Prasetyo? Tio? Kenapa? Lo suka ya sama dia?", balas Nadin dengan pertanyaan lagi.

"bukan gitu, itu temen kecil gue. Anaknya Tante Ratna" tukasnya meyakinkan bahwa apa yang dikatakan Nadin itu salah.

"woi Dik! Ada yang suka sama Tio!", sembari menunjuk-nunjuk Arum.

"woi gila ni anak! Gue bilang dia temen kecil gue, Nadiin",

"hehe, iya deh. Tapi hati-hati, temen kecil ntar bisa jadi temen besar loh!"...

***


Mereka putus.

Yaa Allah, Arum tak ingin keputusan ini menjadi penyesalan.

Hubungan ini kandas setelah mereka menjalaninya selama dua bulan. Sudah jelas juga awal hubungan ini terbentuk hanya karena keberanian Neva menembak Arum secara langsung di depan semua teman-temannya. Di depan semua teman-teman mereka. Bukankah itu romantis? Sungguh masa-masa awal SMA yang penuh dengan kenangan. Namun setelahnya kejanggalan timbul. Percakapan di antara mereka hampa. Bahkan melihat mukanya saja Arum tak selera.

"kapan ya Din kita naik kelas? Gue nggak betah perang dingin terus sama Neva" keluhnya kepada Nadin, teman barunya di SMA.

"tunggu aja Rum, nggak akan lama kok. Neva juga aneh sih, hanya gara-gara putus dari pacaran, masa putus komunikasi juga. Nggak logis" hanya Nadin yang mengerti perasaan Arum sekarang.

"ini masih semester satu. Masa iya satu semester kedepannya kami cuman dingin-dingin doang"

"yaa, kalo lo mau ngajak dia ngobrol juga nggak masalah sih"

"dih, ogah. Dia aja jauhin gue kayak gitu. Pake acara deket sama cewek lain segala"

"tapi ya Rum, kalo menurut gue nih, misal kalian baikan, ngobrol lagi, deket lagi, kalian juga bisa balikan ujung-ujungnya. Dan lo juga udah tau sifat Neva gimana"

"Din, yang mau balikan itu siapa sih?"

"yakali kan kalo.. lo mau balikan gitu"

Arum mendengus kesal seraya memutar bola matanya. Nadin membalasnya dengan cengengesan tak bermakna.


Untuk TioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang