Jalanan hampir sesak pagi ini. Arakkan awan memperjelas wajahnya. Pagi ini, langit tak dapat berdusta lagi, ia seenggukan menumpah amarah. Sedangkan aku, masih tersayat memikirkan Tio. Bodoh.
“guys, gue barusan dapat kabar dari bu Rini, kalau malam nanti kita juga tampil di acara Sparta. Karena nggak ada sambutan dari sekolah, jadi terpaksa tarian angkatan kita yang diambil”
“malam ini?” tanya Serli meyakinkan
“iya malam ini. Sekitar jam tujuh sudah pada disini ya, ntar abis Isya kita tampil”
“wow. Gue deg-degan guys”
“yaudah yuk latihan lagi” Windri bersemangat.
***
Petang tiba. Malam ini mereka berkumpul lagi di sekolah, tepatnya di studio musik kesayangan anak band. Hati Arum tak sepenuhnya gusar. Ia memang tak merasa akan ada Tio di sana.Benar. Anak band memang tidak ada didalam sana kecuali Danu dengan gitar kesayangannya.
“kalian ngapain disini?” tanya Danu disela dentingannya.
“nari” jawab Febi singkat.
“ooh, ada nari juga ya. Keren”
“iya dong jelas, sekolah kita apa sih yan nggak ada”
“jelas. Eh Tio, kok lu telat, udah dari tadi kita latihan” napasnya benar-benar berhenti. Mata Arum dan Nadin saling melihat bergantian. Nadin berusaha biasa aja dan menenangkan Arum yang cemas.
Tio mendentingkan gitarnya sebentar dan keluar setelah melihat Arum sejenak.Aku paham.
Isya berlalu, tarian sudah tampil, dan Tio juga sudah nge-Band.
“gue pulang sama siapa ya Din?”
“sama Tio aja deh, aman”
“buset! Sakit otak lu ya!”
“semua ada pengorbanan. Mau mengorbankan hati atau lo tidur di sekolah” ucapnya sembari meneguk soda dingin di tangan kanannya.
“sumpah. Gue nggak tau harus ikut kata lo untuk kesekian kalinya lagi atau engga. Gue rasa lo ngaco deh Din. Woi, mana mau seorang Tio bon-”
“ssstt. Berisik. Gue mau liat api unggun dulu! Balas dendam taun lalu nggak bisa liat api unggun dan nggak bisa liat temen gue JADIAN secara live. Hahaha!” potong Nadin disela kepanikan Arum.
“gue seriusan Nadin! ini udah malem. Aduh, malah Windri nggak pulang ke rumahnya. Gue.. oh iya, gue kan tidur rumah eyang malam ini. Lo anterin gue pake motor Dika ya”
“ogah!! Lo berat. Gue nggak bisa bonceng lo”
“gue deh yang bawa motornya kalo gitu. Plis?”
“udah ntar gue bilangin ke Tio. Santai”
“gue.. gila lo!”
“kesempatan nggak datang dua kali” Arum terdiam sejenak. Pikiran dan hatinya berperang hebat sekarang. Mau kapan lagi ia mendapatkan kesempatan itu? Apa?! Kesempatan dekat dengan Tio di saat yang memang belum waktunya? Arum benar-benar kacau sekarang, “jadi lo pulang sama Tio kan?” sambungnya.
“gue nggak tau”
“cieee, temen gue, aiiih, malam mingguan boncengan sama doi”
Ia tersenyum. Seakan nama Alfira benar-benar hilang entah kemana. Ia bersembunyi dibalik awan hitam itu dan memberikan ruang bahagia untuk Arum walaupun sesaat.
Terima kasih Alfira, begitulah kira-kira yang ada di benak Arum sekarang.
“kok gue yang deg-degan yah. Ntar lo aja yang bilang ke Tio, kan lo yang butuh”
“ya elah, Din. Mau dimana lagi harga diri gueee”
“yaudah, lo nggak pulang” kata Nadin kembali menyeruput soda dinginnnya yang tinggal sedikit itu “gila lo. Yaudah buruan cari Tio. Ntar dia pulang duluan lagi”
Lima menit, ah itu Tio!
“Tio!” ya Allah, berikan hamba kekuatan.
“apa”
“sini dulu”
“apa?!” Tio meninggikan nadanya. Masih enggan menuju ke tempat Arum.
“ntar gue nebeng ya, anterin ke rumah eyang”
Dia diam sejenak, mungkin dalam hatinya “kenapa harus gue sih, kan banyak manusia di muka bumi ini selain gue. Cewek modus.”
“em.. lo pake motor gue aja dulu” seraya menyerahkan kunci motor yang sudah diduduki oleh cewek cantik pujaannya itu.
“ya.. terus.. motor lo gimana? Lo pulang gimana? Gue nggak tau mau pulang sama siapa lagi” sembari memasang muka melasnya.
“iya juga ya. Yaudah, tunggu gue”
“nggak jauh kok” meyakinkannya sekali lagi. Ia mengangguk lalu kembali mengemasi alat-alat band-nya yang barusan ia mainkan dengan sangat indah.
Ini seriusan gue boncengan sama Tio!?, hatinya berteriak.Ini menegangkan,
Ini pertama kalinya kita sedekat ini,
Dari belakang saja kau setampan itu,
Luar biasa Tio.Seolah sepuluh menit perjalanan menuju ke rumah eyang adalah mimpi. Itu hanya imajinasi Arum yang keterlaluan akan Tio. Benarkah Tio dan Arum sedekat itu? Hanya mereka yang bisa merasakannya.
Ah, Nadin, terima kasih banyak!
11 Maret 2017, Ya Allah, terima kasih telah menjadikan kebetulan-kebetulan ini begitu berharga.
“jazzakallahu khorion Yo”
“aamiin”
“hati-hati"
“oke”
Iya, biarlah Arum tersenyum setelah mendung menemani hari-harinya.
“assalamualaikum eyaang”
“waalaikumsalam, wah cucu eyang sudah sampai. Sini masuk. Tadi sama siapa?”
“Tio, hehe”
“Tio? Kok dia mau ngantar kamu?”
“iya Eyang, ini terpaksa juga, darurat”
“seneng tapi kan? Hayoo”
“ah eyang, udah yuk tidur, udah malem”
“ciee, mimpi indah malam ini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Tio
Romancemungkin sudah biasa ketika cinta tak tergenggam, bahkan amat menyakitkan jika dipertahankan. mungkin melepaskan adalah sebuah jalan. dan mungkin percaya takdir adalah suatu jawaban.