Jam beker di meja sudut kamarku menunjukkan pukul 9 pagi. Aku masih bermalas-malasan di ranjang. Selain karena masih libur, badanku masih terasa pegal setelah mengadakan perjalanan yang lumayan melelahkan kemarin.
Ditambah lagi semalaman tak bisa tidur dengan nyenyak. Bayangan Alika dengan tatapan memohon wanita itu menari-nari di pelupuk mata. Sebenarnya apa yang terjadi dengannya?
Adalah sangat mustahil seorang istri meminta wanita yang jelas-jelas punya ikatan dengan suaminya di masa lalu untuk dijadikan madu. Ingat ... madu! Kalau madu lebah mah enak, sehat. Nah, ini ....
Pasti ada sesuatu. Tapi apa?
Tak ada jalan lain. Ardian. Hanya dia yang bisa menjelaskan semua itu.
Aku segera melompat dari ranjang. Meraih tas ransel yang masih tergeletak di bawah tempat tidur. Merogoh kantong depannya untuk mencari sesuatu.
Ponsel.
Dengan cepat jempolku membuka aplikasi WhatsApp. Ternyata pesan masuk berjibun begitu paket data aku aktifkan. Sejak kemarin siang benda pipih itu sama sekali tidak tersentuh.
Pertama kali yang kubuka pesan dari Mama.
Ya Allah, bagaimana bisa aku lupa mengabari wanita terkasihku itu. Pasti ia sangat khawatir. Benar saja. Ada sederet pesan.
'Aira, kamu sudah sampai?'
'Kenapa WA nya gak akfif?'
'Kamu baik-baik saja 'kan?'
... dan sederet pesan lainnya. Juga panggilan di beberapa aplikasi.
Aku mengusap layar android kesayangan itu. Mencari kontak atas nama 'Mama❤'.
"Assalamu'alaikum, Ma."
"Aira, ke mana saja kamu?!" teriak Mama dari ujung sana. Persis seperti dugaan. Wanita itu kalau panik, cerewetnya meningkat berkali-kali lipat. Tapi aku sangat tahu, begitulah caranya mengungkapkan rasa sayang.
"Maaf, Ma. Aira tertidur dari sore kemarin pas nyampe."
"Jadi belum makan juga dari kemarin itu?!"
Aku menggeleng, meski tahu Mama tidak akan melihat.
"Kamu tuh kenapa sih, Ai ...."
"Mah, ngomelnya ntar aja ya? Aira lapar," potongku sebelum Mama menyampaikan wejangan yang pasti tak 'kan berujung.
"Kamu tuh ..., ya sudah! Jaga kesehatan! Baik-baik di sana! Jangan lupa salat!" Akhirnya nada suara Mama sedikit menurun.
"Iya Mama sayang."
"Udah, buruan makan sana. Ntar sakit lagi."
"Iya, Ma," sahutku pelan.
'Andai saja ia tahu'.
Ujung jemariku beralih ke kontak Ardian. Pas banget. Ia pun lagi online. Belum juga aku mengetikkan sesuatu, tulisan 'Ardian sedang mengetik' muncul di layar ponsel. Aku sengaja menunggu.
'Ai.'
'Apa?'
'Dih, galak.'
'Mo ngapain?'
Sesaat tak ada balasan. Tapi aku yakin ia masih di sana. Memulai untuk bertanya rasanya aku juga enggan. Lalu sebaris tulisan pemberitahuan itu kembali muncul.
'Kemarin Alika ketemu lo?'
'Lo yang nyuruh?'
'Gak. Gue malah tau setelah dia pulang. Dia ngapain, Ai?'
KAMU SEDANG MEMBACA
DILEMA (Antara Cinta dan Persahabatan)
General FictionRasa yang tertinggal membuat Aira harus pergi menjauh dari orang-orang yang ia sayangi