bab9

2.7K 130 1
                                    

Akan selalu ada orang yang datang dalam hidupmu untuk menguji kesabaranmu menguji kekuatan hatimu dan menggoyahkan kekuatan cintamu orang itu adalah cara tuhan untuk menilaimu apakah kamu pantas mendapatkan cinta yang berkelas atau tidak

Setelah lama terdiam saat mendengar kembali  suaranya, akhirnya aku mampu mengeluarkan suaraku walau sedikit tergagap karena aku betul-betul tak menyangka dia, dia kembali menghubungiku.

"A.. arfan". Jawabku tergagap
"Iya khanza ini aku, arfan. Bagaimana kabar kamu ?". Entah apa yang ku rasa, aku bahagia tentu saja aku bahagia karena dia yang selama ini aku rindukan kembali namun satu sisi aku kecewa karena dia kembali di waktu yang tidak tepat. Kenapa dia kembali saat aku akan menikah dengan orang lain.

"Hallo khanza, kamu masih di sana ?".
"Eh.. iya, iya aku masih disini". Dia terdengar terkekeh.
"Kamu apa kabar khanza ?"
"Alhamdulillah aku baik fan, kamu gimana ?".
"Sukurlah kalau begitu, alhamdulillah kabarku juga baik". Kembali hening karena jujur aku sangat bingung, aku gak tahu harus bersikap seperti apa, jujur aku sangat bahagia tapi aku juga harus bisa menjaga batasanku karena statusku sekarang yang sudah menyandang calon istri orang.

"Khanza".
"Iya".
"Aku udah pulang ke indonesia, bisa kita ketemu besok di cafe biasa yang dulu sering kita datangi ada yang mau aku bicarakan".
"InsyaAllah, jam berapa ?"
"Jam 10".
"Iya, fan udah dulu ya aku di panggil mamah. Assalamualaikum". Aku langsung memutuskan sambungan telpon.

Salah gak ya kalau aku seteju ketemu sama dia, tapi kalau ketemunya berdua aja nanti takut menimbulkan fitnah, apa aku ajak nala aja ya. Iya betul aku harus ajak nala.

"Hallo, assalamualaikum nal".
"Iya, wa'alaikumsalam za, ada apa tumben nelpon".
"Nal besok kamu ada acara gak, aku mau minta kamu temani aku ketemu sama arfan. Kalau berdua aja aku takutnya ada fitnah".
"Apa ? tar dulu tar dulu ini aku yang salah denger apa gimana sih, kamu mau ketemu arfan. Arfan miyaz awwab irawan yang mantan kamu itu".
"Iya tadi, dia nelpon dia pulang ke indonesia dan katanya mau bicara sesuatu sama aku. Aku gak enak kalau berdua aja sama dia".
"Ngapain ketemu sama dia, jangan bilang kamu mau balik lagi sama dia, please deh za aku gak bakal setuju. Iya sih arfan emang baik tapi inget za kamu itu udah di khitbah sama pak abizar, apalagi pernikahan kamu itu 1 minggu lagi".
"Ya ampun nala kamu mikirnya jelek banget sih tentang aku, aku ya gak sejahat itu kali. Otak aku masih waras nal, dia cuma mau bicara sesuatu sama aku aja kok".
"Dia udah tahu kalau kamu udah di khitbah orang ?"
"Belum aku belum sempat cerita, tapi besok aku bakal kasih tahu sama dia".
"Kok feeling aku jadi gak enak ya za".
"Udah deh kamu jangan berburuk sangka dulu, jadi besok kamu mau ya temani aku".
"Iya insyaAllah za". Panggilan pun di akhiri.

Setelah memutuskan telpon aku berniat untuk tidur, aku lelah sekali tapi mataku tak mau terpejam ingatanku melayang ke beberapa tahun yang lalu.

Saat awal ajaran baru ya itu sewaktu aku kelas 2 SMA, aku mengenalnya dia arfan miyaz awwab irawan teman 1 angkatanku namun kami beda kelas. Waktu itu dia menyatakan perasaannya padaku karena aku juga memiliki rasa yang sama maka dari itu aku terima dia. Dia anak yang baik, rajin solat, pintar, tanggung jawab, ramah dan masih banyak lagi sifat baiknya yang membuat aku kagum sama dia. Kami menjalin hubungan cukup lama 2 tahun lebih dan ketika akan menginjak tahun ke-3 aku memutuskan hubungan kami, aku mengakhiri hubungan kami bukan karena dia selingkuh atau masalah lainnya. Di antara kami tidak ada masalah apapun, malah semuanya baik baik saja namun saat itu aku yang baru mengetahui kalau pacaran itu di larang aku langsung mengakhiri hubungan kami. Dia mengerti keinginanku walau awalnya dia menolak tapi akhirnya dia mengerti dan menyetujuinya.

Kutunggu Cinta Dari Lauhul MahfuzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang