Bab19

2.4K 114 2
                                    

Jangan ucapkan "semua akan indah pada waktunya".
Gantilah dengan "alahmdulillah 'ala kulli hal"

Abizar pov

Kacau, pikiranku sungguh kacau untuk saat ini. Entah apa yang harus aku lakukan aku gak mau ninggalin khanza sendiri di rumah dalam keadaan sakit seperti itu, namun di sisi lain aku juga gak tega liat aqila terbaring lemah di rumah sakit berjuang seorang diri untuk melawan kanker ganas yang menggerogoti tubuhnya.

Apalagi tadi mamahnya bilang aqila kondisinya semakin buruk, bahkan detak jantungnya sempat berhenti.

"Tante gimana sekarang keadaan aqila ?". Tanyaku pada mamahnya aqila begitu sampai di depan ruang inap aqila.

"Abizar, aqila.. bizar aqila...". Ucap mamahnya aqila dengan terbata, aku lihat matanya begitu sembab. Mungkin dari tadi dia nangis.

"Tante tenang dulu ya, kita serahin sama Allah minta yang terbaik. Kita sama sama doain aqila tante". Walau sebenarnya aku juga sangat terguncang, dan sangat syok.

"Dok gimana keadaan anak saya dok". Tanya mamahnya aqila begitu dokter keluar dari ruang inap aqila.

"Kita doakan saja, semoga Allah memberi mukzizatnya untuk anak ibu". Ucap dokter itu.

"Anak saya kenapa dok ?". Tanya mamahnya aqila, sambil berderai air mata

"Tante, tante mohon tenang dulu ya biar dokter jelaskan dulu kondisinya aqila". Ucapku berusaha untuk menenangkan.

"

Jadi begini buk, sebenarnya keadaan anak ibu kemarin ada peningkatan namun tadi dia drop lagi. Dia seperti kehilangan semangat untuk sembuh, saya harap ibu dan keluarga ibu harus tetap kasih aqila suport untuk sembuh. Misalnya buat dia punya tujuan untuk hidup dengan begitu dia punya semangat untuk sembuh karena dia punya sesuatu yang dia tujuan".

"Kalau dia punya semangat hidup yamg tinggi, otomatis dia akan berusaha untuk sembuh dan bertahan melawan penyakitnya bu. Percuma kalau kita berikan perawatan yang terbaik untuk aqila, tapi aqila sendiri tidak punya semangat untuk hidup. Saran saya jangan buat dia sedih, usahakan dia harus merasa senang. Jangan buat dia berfikir terlalu berat, karena itu sedikit banyak akan membuat kondisinya melemah".

"Iya baik dok, terimakasih". Ucap mamahnya aqila.

"Baik kalau begitu saya permisi". Lalu dokter itu pergi meninggalkan kami.

Aku dan tante dewi masuk ke ruang rawat aqila untuk melihat kondisinya.

"Nak cepet sembuh ya sayang, jangan buat mamah khawatir lagi ya". Ucap tante dewi, sambil menggenggam tangan aqila dengan suaranya yang terdengar begitu pilu. Aku jadi gak tega melihat situasi seperti ini.

"Mah". Panggil aqila dengan suaranya yamg terdengar begitu lemah.

"Iya sayang, mamah di sini. Kamu mau apa nak, mau minum". Aqila mengangguk kan kepalanya, lalu tante dewi membantunya untuk minum. Aku hanya diam melihat interaksi ibu dan anak itu, hatiku begitu terenyuh.

"Mah, mamah jangan sedih ya. Mamah jangan nangis aja. Aqila gak apa apa kok, qila baik baik aja".

"Iya nak, mamah janji mamah gak akan nangis lagi. Makanya qila ceper sembuh ya". Ucap tante dewi sambil mengusap pucuk kepala aqila yang tertutup sempurna dengan jilbabnya.

Kutunggu Cinta Dari Lauhul MahfuzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang