bab 18

2.3K 107 3
                                    

Jadikanlah diam sebagai sarana atas pembicaraanmu, dan tentukan sikap dengan berfikir

Khanza pov

Aku mengerjapkan mataku, seketika pusing langsung menyerang kepalaku.

"Khanza, sayang". Ucap mas abizar, aku sedikit terkejut kapan mas abizar pulang dan kenapa aku tiba tiba ada kasur.

"Mas, udah pulang". Ucapku sambil berusaha untuk duduk, namun rasa pusing kembali menyerang.

"Udah udah gak usah bangun dulu, tiduran dulu aja. Kamu haus mau minum, bentar ya bentar aku ambilin". Aku menahan tangannya, saat dia akan mengambil minum untukku.

"Enggak mas ga usah, mas kapan pulang ? Mas udah sarapan ? Semalam mas tidur dimana ?". Tanyaku beruntun, karena memang dari semalam aku mencemaskannya.

"Udah dulu kamu jangan dulu banyak bicara, sekaramg biar mas yang nanya sama kamu. Kenapa semalam gak makan hum ?".

"Aku gak laper mas, mana bisa aku makan sedangkan aku tahu kamu juga belum makan sama sepertiku".

"Ya udah yuk kita makan dulu, kamu mau makan sama apa biar mas belikan".

"Apa aja terserah mas".
"Ok tunggu sebentar".

Lalu mas abizar keluar, aku memperhatikan setiap langkahnya sampai menghilang dari pintu kamar.

Jujur aku bingung, nanti setelah sarapan aku harus menanyakan segala sesuatunya.

Abizar pov

Saat aku pulang, betapa terkejutnya aku mendapati khanza yang sudah tergeletak pingsan di kamar kami.

Aku memperhatikan setiap lekuk wajahnya, wajahnya yang pucat, lingkar hitam jelas di sekirar matanya, belum lagi matanya yang bengkak apakah khanza nangis semalaman. Apa yang sudah aku lakukan, ya Allah ampuni aku.

Di saat kondisinya yang kurang sehat seperti itu, masih saja dia mengkhawatirkanku. Dan bodohnya aku, aku yang buat dia seperti ini membiarkan dia menangis semalaman dan aku malah menjaga wanita yang bukan siapa siapaku suami macam apa aku ini.

Setelah membeli makan untukku dan khanza, aku langsung bergegas pulang. Aku gak mau membiarkannya menunggu terlalu lama.

Khanza pov

"Assalamualaikum".
"Loh mas kok cepet belinya".
"Iya sengaja, biar gak buat kamu nunggu lama". Aku hanya senyum menanggapinya.
"Ya udah yu kita makan". Ucap mas abizar sambil membuka bungkusan makanannya, dan memindahkan ke piring.

"Aku suapin ya". Kata mas abizar.
"Emm.. gak usah mas khanza bisa sendiri, lagian kan mas abizar juga harus makan".
"Udah gak apa apa, sini mas suapin. Aaaa". Aku menurut membuka mulutku.

"Mas juga harus makan". Ucapku padanya.
"Iya iya ini mas makan". Lalu mas abizar menyuapkan makanan ke mulutnya, dan akhirnya kami makan sepiring berdua.

"Emm.. m.. mas". Ucapku terbata
"Iya ada apa khanza, apa kamu perlu sesuatu. Biar mas ambilkan". Mas abizar segera berdiri, namun aku memegang kengannya untuk mencegahnya pergi
"Enggak mas, khanza gak mau apa apa. Khanza cuma mau tanya semalam mas ada urusan apa ?". Mas abizar nampak terdiam, tidak langsung menjawab pertanyaanku.

"Mas semalam ke rumah sakit, teman mas sakit di rawat". Aku mengernyit, heran. Teman, teman seperti apa yang mas abizar maksud sampai kami harus pulang dari acara kami. Apakah temannya itu sesepesial itu, bukannya aku gak rela kami pulang lebih cepat hanya saja aku merasa janggal.

"Ohh, sakit apa teman mas ?".
"Kanker stadium akhir". Aku langsung menutup mulutku dengan tanganku, ya ampun kasihan sekali.
"Terus gimana keadaannya sekarang mas ?".
"Dia masih di rumah sakit, keadaannya masih sangat kritis". Mas abizar nampak sangat sedih.
"Boleh aku ikut menjenguknya mas, aku ingin tahu kondisinya. Aku merasa kahian mas, aku ingin meligatnya. Boleh ya ?". Mas abizar terdiam, seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Mas kok malah bengong sih, jadi gimana boleh ya aku jenguk".
"Tidak". Ucapnya tegas dan dingin, sampai membuatku tersentak kaget.

"Maksudku, kamu jangan dulu jenguk kamu jugakan lagi sakit. Jangan dulu ke sana, lebih baik kamu istirahat dulu nanti kalu kamu udah benar benar sembuh. Baru kamu boleh jenguk dia".

"Ya ampun mas, aku udah gak apa apa kok, udah sehat lagi nih. Udah bisa lari lari, kalau mas gak percaya ayo kita tanding lari". Ucapku.

"Enggak khanza, pokonya enggak untuk saat ini. Sudah keputusan akhir gak ada tawar menawar lagi".
"Tapi mas". Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, mas abizar sudah memotongnya.
"Udah udah sekarang kamu minum obat dulu, abis itu istirahat. Mas mau mandi dulu". Lalu mas abizar berlalu pergi ke kamar mandi.

Karena minum obat aku jadi mengantuk, laly memutuskan untuk berbaring memejamkan kepalaku.

Tak lama aku mendengar pinty kamar mandi yang di buka, mungkin mas abizar sudahandinya.

Aku merasa ada lengan yang sedikit dingin mengelus pucuk kepalaku, aku tatap menutup rapat mataku entah kenapa aku enggan membukanya.

"Khanza maafkan aku, aku membuat kamu mengangis semalaman dan membuatmu sakit seperti ini. Aku sebenarnya tidak ingin membuatmu seperti ini, tapi jujur aku tak mengerti apa yang harus aku lakukan. Maafkan aku". Setelah itu aku mendengar ponselnya berdering.

"Ya assalamualaikum". Ucap mas abizar pada seseorang di seberang sana

"Apa, iya iya tante sekarang biar aku kesana sekarang. Aku mohon tante sekarang tenanglah, semua pasti akan baik baik saja".

Ada apa kenapa suara mas abizar terdengar begitu panik, telpon dari siapa tadi.

"Khanza maafkan aku, lagi lagi aku harus pergi. Maafkan aku sekali lagi maafkan aku, mungkin setelah ini aku akan banyak meminta maaf kepadamu. Aku harap kamu tidak akan bosan mendengarnya, dan aku harap kamu bersedia memaafkanku karena kesalahanku. Karena sungguh aku tak berdaya". Ucap mas abizar padaku yang langsung membuatku bingung, apa maksud dari ucapannya.

"Sekali lagi minta maaf aku harus pergi". Dia mencium keningku dan mengecup kedua mataku yang terpejam rapat, aku mendengar langkah kakinya menjauh dari tempat tidur dan suara pintu tertutup.

Setelah aku merasa mas abizar sudah benar benar pergi, aku membuka mataku dan bangun lalu duduk di pinggir ranjang.

Kenapa mas abizar bicara seperti itu, apa maksud dari ucapannya. Ya Allah, apa yang mas abizar sembunyikan dariku.

Assalamualaikum..
Alhamdulillah, terimakasih banyak untuk yang masih baca cerita ini samapi sejauh ini😄😄 Mohom maaf apabila masih ada typo, atau kekurangan yang lainnya


Kutunggu Cinta Dari Lauhul MahfuzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang