bab13

2.5K 123 7
                                    

Kesabaran itu ada dua macam :
Sabar atas sesuatu yang tidak kau ingin dan sabar menahan diri dari sesuatu yang kau inginkan
(Ali bin abi thalib)

***

Setelah mas abizar kembali membeli ice cream, aku sengaja tidak menanyakan tentang wanita itu. Aku pura pura tidak tahu, padahal aku melihatnya dengan wanita itu di danau tadi, bukan aku gak berani menanyakannya bukan. Hanya saja aku ingin tahu sejauh mana kejujurannya padaku, namun sedari tadi sore kami pulang dari danau itu sampai sekarang belum juga dia membuka pembicaraan untuk menjelaskan atau hanya memberi tahuku tentang wanita tadi.

Sebenarnya siapa wanita itu, kalau temannya kenapa aku gak melihat dia waktu pesta kami padahalkan semua teman temannya di undang. Terus kenapa mas abizar tidak mengenalkannya padaku, oh allah rasanya kepalaku hampir pecah. Astagfirullah, ya allah ampuni hamba jangan biarkan hamba su'udzon pada suami hamba sendiri.

"Hey, ko ngelamun malam malam gini. Mikirin apa sih serius banget". Ucap abizar tiba tiba sudah ada di sampingku.

"Engga ko mas, gak ada. Mungkin cuma cape aja. Belum lagi kan besok kita ke swiss". Jawabku sambil tersenyum padanya.

"Iya sih, ya udah kalau gitu istirahat tidur yu". Ucapnya sambil membaringkan tubuhnya pada tempat tidur, dan aku pun membaringkan tubuhku di sampingnya.

Tidak butuh waktu lama untuk abizar terlelap, menyelami alam mimpinya. Lain denganku, biasanya aku paling mudah untuk tertidur tapi tidak untuk malam ini. Aku memperhatikan setiap inci wajahnya, yang sudah terlelap damai dalam tidurnya. Dia tidur begitu tenang dan damai, alisnya yang tebal sampai hampir menyatu, hidungnya yang mancung.

"Sayang, sampai kapan akan memperhatikaku seperti itu terus". Ucapnya tiba tiba, yang membuatku tersentak kaget.

"Eh anu.. mas belum tidur". Jawabku kikuk, dia tersenyum padaku.

" Gimana mau bisa tidur, kalau di liatin seperti itu terus". Aduh aku harus jawab apa, sungguh aku malu sekali ketahuan memperhatikannya

"Kenapa bekum tidur hum ?". Tanyanya lembut padaku.
"Aku gak nisa tidur".
"Kenapa, ada yang kamu pikirin. Cerita sama mas". Aku menggelengkan kepala.
"Engga ada mas". Jawabku sambil menyenderkan kepalaju di dada bidangnya, dia pun membawwku dalam pelukannya dan membelai sayang rambutku. Aku ingin sekali menanyakan tentang wanita itu tapi rasanya berat untuk menanyakannya sekarang.

"Mas". Panggilku
"Iya sayang, ada apa ?".
"Boleh tidak mas bacakan surat Ar-Rahman seperti waktu nikahan kita". Dia tersenyum hangat padaku.
"Tentu saja sayang, tidak perlu bertanya lagi kalau itu". Lalu dia membawaku kembali dalam peluknya, dan membacakanku surat ar-rahman. Perlahan tapi pasti mataku terlelap.

Abizar pov

Di danau tadi tak sengaja aku bertemu lagi dengannya, entah kebetulan macam apa tadi siang. Kaget tentu aku kaget, setelah sekian tahun aku tak melihatnya dan tadi siang secara tidak sengaja bertemu kembali dengannya.

Wanita itu, wanita yang pernah aku kagumi, wanita yang pernah aku pinjam namanya di sepertiga malamku, wanita pertama yang membuat hatiku merasakan getaran halus. Dia aqila misha shafana.

Flashback on

"

Mau ice crem ?". Tanyaku pada khnaza.
"Boleh". Jawabnya
"Ok, tunggu sebentar ya".
"Iya mas".

Aku pergi untuk membeli ice cream, ketika aku sudah mendapat ice cremnya dan saat aku akan kembali ke khanza tiba tiba ada yang memanggilku.

"Mas abizar". Suara itu, aku langsung mematung di posisiku saat itu. Aliran darahku seperti berhenti, nafasku sempat terhenti beberapa detik. Sungguh aku tak menyangka akan bertemu dengannya di sini.

"Mas abizar apa kabar ?". Tanyanya,
menyadarkanku dari lamunanku.

"Aqila". Dia tersenyum, senyumnya masih sama seperti dulu, astagfirullah abizar apa yang kamu pikirkan. Aku merutuki diriku sendiri.

"Iya mas abizar apa kabar ?". Ucapnya seraya tersenyum
"Alhamdulillah aqila saya baik".
"Alhamdukillah kalau begitu".
"Ya sudah kalau begitu saya duluan ya". Aku melangkahkan kakiku untuk segera pergi
"Eh.. mas abizar tunggu".
"Iya aqila ada apa ?".
"Emm... Boleh minta kontak mas. Soalnya ada yang mau aqila sampaikan". Akupun memberi nomor ku pada aqila.

Sebenarnya aku gak mau memberikannya, karena walau bagaimana pun juga dia itu masalalu aku. Bukannya aku mau ke geeran atau apa, tapi memang sudah seharusnya aku menjaga jarak dengan mereka yang bukan mahramku apa lagi sekarang ada seseorang yang harus aku jaga perasaannya.

Semoga saja khanza tidak melihatku tadi saat bicara sama aqila, dia pasti nanti salah paham.
Tadinya aku akan mengenalkannya, tapi sayang aqila buru buru.

Flashback off

Kini mataku tidak bisa terpejam, aku memandamgi wajah khanza. Dia terlihat berkali kali lipat lebih cantik di mataku, saat di tertidur lelap seperti ini tidurnya begitu tenang dan damai. "Lailatukum sa'idah(semoga malammu membahagiakan), bidadari duniaku yang insyaAllah sampai ke jannah-Nya" bisikku lirih di telinganya lalu memeluknya erat.






Assalamualaikum, terimakasih untuk teman teman yang membaca ceritaku😄jangan bosen bosen yaa hihihi😂
Maaf untuk part ini pendek, karena memang cuman ada segitu di otaknya😂 author lagi krisis ide😅😅😂😂😂
Dan jangan juga pelit ngasih vote dan komentarnya yaa😂 insyaAllah bermanfaat😇

Kutunggu Cinta Dari Lauhul MahfuzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang