Bab22

2.4K 135 16
                                    

Belarilah jika kamu ingin berlari untuk menghidari kenyataan pahit ini
Namun ingatlah, sejauh apapun kamu berlari sekeras apapu kamu berusaha kenyataan ini tidak akan berubah

Hari ini hari terakhir khanza di rumah sakit, besok dia sudah di perbolehkan pulang.

"Sayang, mas ke kantor dulu ya nanti jam makan siang mas ke sini mau di bawakan makan siang apa ?". Ucap abizar

"Terserah mas aja, tapi kayanya aku mau makan bakso". Jawab khanza

"Kamu kan baru pulih jangan dulu makan bakso ya, ga baik".
"Ya udah terserah mas aja". Ucap khanza akhirnya, sambil mengulas senyum.

Lalu abizarpun pergi ke kantor, sepeninggal abizar ke kantor khanza kembali menangis. Sungguh dia muak dengan ini semua, dia cape harus pura pura semua seolah baik baik saja.

Semua orang mengira khanza dan abizar baik baik saja, tanpa mereka tahu keadaan yang sebenarnya.

Orang tua khanza dan abizar mereka selalu menjaga khanza di rumah sakit saat abizar pergi ke kantor, selama mereka menjaga khanza semuanya normal khanza ceria seperti biasanya.

Namun saat mereka pamit pulang, dan abizar belum datang ke kamar rawat khanza. Khanza akan menangis sendiri di kamar rawatnya, hanya alat alat rumah sakit yang menjadi saksi bisu bagaimana khanza menumpahkan kesedihannya.

Abizar menunggui khanza di rumah sakit, bahkan tidur di situ. Dia teramat sangat mengkhawatirkan keadaan khanza, namun dia juga mencemaskan keadaan aqila. Abizar seolah tidak bisa tegas pada dirinya sendiri, pada perasaannya sendiri.

Dia selalu menjaga khanza, tapi saat akan ke kantor atau pulang dari kantor dia selalu menyempatkan untuk menemui aqila. Keadaan aqila berangsur membaik, saat abizar rajin menjenguknya. Orang tua aqila tentu senang melihat perubahan itu, melihat kondisi putrinya semakin membaik.

Hanya saja abizar tidak pernah tahu, bahwa khanza mengetahui semuanya. Khanza mengetahui semua kebohongannya, khanza selalu berpura pura tidur setiap malam dan mendengarkan semua yang di bicarakan abizar. Khanza juga kadang mendengar saat abizar tiba tiba berbicara di telpon dengan seseorang, saat abizar menerima telpon itu dia seperti khawatir lalu akan meminta maaf pada khanza meminta izin pada khanza yang sedang tidur untuk pergi.

Saat itu, ketika abizar sudah pergi, khanza akan bangun dan menangis seorang diri di kamar inapnya. Sampai khanza tertidur, dan saat khanza bangun membuka matanya abizar sudah ada tidur di sofa yang ada di ruang inapnya.

"Sebegitu kerasnya usahamu untuk membohongi istrimu". Ucap khanza dalam hati, sambil senyum menahan begitu banyak kesakitan.

Abizar memaikan perannya dengan baik, menutupi kebohongannya dengan baik. Namun khanza jauh lebih baik dalam menjalankan perannya, sampai membuat abizar bahkan semua orang tidak sadar tentang apa yang dia rasa. Khanza begitu rapih dalam menutupi lukanya, dan membuat topeng di wajahnya.

Bukannya khanza tidak ingin mengatakan yang sebenarnya, bukan justru khanza ingin sekali membicarakan dengan abizar. Namun bukan sekarang, khanza masih di rumah sakit dan di sini banyak orang ada orang tuanya dan orangtua abizar juga. Walau bagaimanapun abizar masih suaminya, sudah menjadi tugasnya untuk menjaga hargadiri suaminya itu.

Abizar hanya perlu menunggu waktu, kapan khanza akan meledakan bomnya.

***

Kutunggu Cinta Dari Lauhul MahfuzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang