Kok kamu jutek? Kan aku imut, kenapa di jutekin? Nanti nyesel lho. --- Nara Ghisellia Almara
***
"Ada tetangga baru!"
Pekikan Neysila terdengar hingga kamar Nara. Buru-buru Nara menghampiri kakaknya yang tengah hamil delapan bulan dengan tergesa. Neysila dengan perut yang terlihat membuncit seperti balon siap meledak membuka pintu gerbang yang hanya sebatas dada perempuan hamil itu.
Nara menghampiri Neysila dan membantu kakaknya itu membuka pintu gerbang yang sedikit kesusahan karena pintu sudah mulai berkarat.
"Kak Ney kenapa sih?" Keritan di kening Nara tercetak jelas melihat tingkah absurd kakaknya.
Neysila menepuk pundak Nara dengan semangat, sampai-sampai Nara terbatuk-batuk karena tepukan perempuan hamil itu begitu kecang.
Gila! Itu tangan manusia apa tangan babon sih?! Gerutu Nara dalam hati.
"Itu lho, Nar, di depan rumah kita ada tetangga baru. Kamu tau sendiri 'kan kalau komplek kita ini masih baru. Jadi, belum banyak yang ngisi," sahut Neysila keluar dengan sendal jepit dan daster kebesaran khas emak-emak.
Dengan terpaksa Nara mengikuti Neysila dari belakang. Takut-takut kakaknya itu melakukan hal-hal di luar dugaan, memanjat pohon mangga yang ada di samping rumah misalnya. Dimas---suami Neysila sudah menitipkan istri tercintanya kepada Nara selama lelaki itu bekerja. Ck! Sungguh lebay memang, karena Dimas bekerja hanya dari pagi hingga sore.
Komplek tempat dimana Nara tinggal saat ini memang terbilang baru. Masih banyak spot-spot rumah yang masih kosong bahkan masih belum di bangun. Di bloknya hanya rumah Nara dan satu rumah di sampingnya yang baru mengisi spot blok tersebut. Kini tambah satu rumah lagi karena hari ini tetangga baru mereka datang. Jadi, jangan heran kalau Neysila sangat antusias jika ada tetangga baru yang pindah karena perempuan itu punya teman baru untuk bergosip ria.
Just information, tetangga di samping rumah mereka ini sangat tertutup. Tidak padai bersosialisasi dan emm sedikit sombong. Tolong catat! Ini rahasia.
Di hadapan mereka mobil pick up pengangkut barang terparkir manis. Beberapa orang sibuk menggotong barang-barang yang ada di mobil tersebut ke dalam rumah. Wanita paruh baya berbadan kecil dan imut-imut terlihat mengatur orang-orang yang mengangkat barang-barang tersebut.
"Assalamu'alaikum, Bu.. Baru pindah ya?" sapa Neysila kepada wanita paruh baya itu.
Seyuman tersungging di bibir wanita paruh baya yang masih terlihat muda pada usianya yang sudah berumur.
"Wa'alaikumsalam.. Iya nih mbak, baru pindah.. Mbak tinggal di sini juga?"
"Iya, bu, kebetulan rumah saya tepat di depan rumah ibu, kita tetanggaan," sahut Neysila tersenyum ramah. "Oh ya, nama saya Neysila." Lanjutnya mengenalkan diri.
"Saya Iren. Tapi panggil saja Mami. Soalnya saya udah kebiasaan di panggil Mami dari dulu." Mami Iren menerima juluran tangan Neysila.
Bola mata Mami Iren bergulir menatap Nara yang setia berada di belakang Neysila. Seakan tau arah pandang Mami Iren, Neysila langsung menjawab pertanyaan yang akan di lontarkan wanita paruh baya itu.
"Dia adik saya, Mi," celetuk Neysila mendorong tubuh mungil Nara kedepan.
Nara memgangguk sopan kepada Mami Iren. "Aku Nara, Mami," ucap Nara memperkenalkan diri tak lupa senyuman manis setia bertengger di bibir tipisnya.
Mata Mami Iren berbinar menatap Nara yang tampak cantik di pagi hari ini. Yah, saat ini Nara menggunakan kaos oblong abu-abu lengan pendek, celana jeans pendek diatas lutut dan sendal bermotif bunga-bunga terlihat imut di pakai oleh kedua kaki jenjang Nara. Rambut panjang hitam gadis itu di biarkan tergerai indah hanya di beri bandana kain sebagai pemanis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Es Kepal Milo (TAMAT)
General Fiction"Mas itu kayak Es kepal Milo!" "Kenapa begitu?" "Kalian sama sama dingin. Tapi, ada manis manisnya." Nara Ghisellia Almara, diam diam memperhatikan Revano Kevin Agustio--tetangganya sekaligus orang yang paling tidak menyukai akan kehadiran Nara. S...