Jangan seperti Pelangi, yang datang lalu pergi kembali. --- Nara Ghisellia Almara
***Tiga hari berlalu setelah banjir melanda. Saat mengetahui kondisi Nara dan Neysilla, Bang Willy serta Ayah langsung membawa mereka untuk tinggal sementara di rumah Bang Willy. Ayah bahkan sangat khawatir melihat dua anak perempuannya terkena bencana banjir.
Namun hanya tiga hari, Neysilla sudah merengek meminta pulang. Wanita hamil itu ingin cepat-cepat pulang lantaran kangen dengan suasana rumah. Aneh memang. Namanya juga wanita hamil.
Mas Dimas masih belum juga pulang dari luar kota. Tuntutan pekerjaan membuat laki-laki itu tidak bisa langsung pulang menemui Neysilla---istirnya.
Dan di sinilah Nara, Neysilla dan Bang Willy saat ini. Di depan rumah Neysilla yang terlihat berantakan pasca banjir. Banjir surut sehari setelah kejadian, hingga para warga yang tidak mengungsi langsung bisa membersihkan rumah mereka masing-masing. Namun ada juga yang masih mengungsi karena takut jika tiba-tiba banjir kembali melanda.
Awalnya Ayah sangat melarang Neysilla dan Nara pulang. Ayah takut jika kedua anak gadisnya kenapa-napa, walau Neysilla bukan gadis lagi, namun ayah tetap menganggapnya masih gadis.
"Rumah masih kotor. Mending kalian pulang lagi ke rumah Abang. Nanti Abang suruh orang buat bersihin rumah ini."
Nara mengangguk setuju dengan ucapan Bang Willy. Sejujurnya dia juga malas untuk membersihkan bekas banjir ini. Lebih baik Nara di rumah Bang Willy, bisa santai dan tentram menonton drama Korea dan bisa melihat ketampanan para idol K-Pop yang baru-baru ini Nara suka.
"Ini kan rumah aku, Bang. Jadi aku pengen rumah ini bersih dengan hasil tangan aku," ucap Neysilla mulai bergegas membersihkan lumpur-lumpur bekas banjir.
Yah, rumah ini memang sangat berharga bagi Neysilla. Dengan rumah inilah Dimas membuktikan jika laki-laki itu benar-benar serius menjalani hubungan dengannya.
Nara berdecak kesal. Kakaknya ini memang keras kepala. Padahal kalau mau Neysilla bisa saja santai-santai saat ini. Memang kalau sudah cinta itu susah untuk di ganggu gugat.
Mendengar decakan Nara, Neysilla langsung melototi adiknya itu. "Dari pada kamu decak-decak nggak jelas gitu, mending kamu ikutan bersihin nih!"
Neysilla menyodorkan selang dan kain pel kepada Nara yang di terima ogah-ogahan oleh gadis itu. "Kenapa nggak nyuruh orang aja sih kak? Bener kata Bang Willy tuh," dumel Nara.
"Buat apa nyuruh orang lain kalo kita sendiri masih bisa ngerjainnya?" sahut Neysilla sewot.
Bibir mungil Nara mencurut. "Tapi kan ini kotor, Kak. Trus kalo Nara kecapean, gimana?"
"Kecapean? Manja banget kamu! Lagian selama di rumah Bang Willy, kerjaan kamu cuma mantengin layar leptop nontonin cowok yang mirip cewek joget-joget nggak jelas. Nggak ada faedahnya, Nar!" omel Neysilla dengan berdecak pinggang.
"Ihh... Di mata Nara mereka tetap tampan kok," sanggah Nara mencak-mencak.
"Udah, udah! Kalian kenapa jadi berantem sih?" Bang Willy geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua adiknya ini. "Abang udah nyuruh beberapa orang untuk bantuin kita beresin semua ini."
"Tapi, Bang---"
"Nggak ada tapi tapi, Ney! Inget, kamu lagi hamil tua, nggak boleh kecapean! Lagian kalo Dimas tau kamu nekat beresin rumah, dia juga bakalan ngelarang kamu. Nurut aja apa yang abang bilang, jangan ngebantah lagi!" ucap Bang Willy mampu mengatup rapat bibir Neysilla yang ingin protes.
Nara menghembuskan napas lega, setidaknya dia tidak terlalu capek membersihkan rumah ini. Neysilla melirik tajam Nara yang tengah tersenyum menang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Es Kepal Milo (TAMAT)
Fiksi Umum"Mas itu kayak Es kepal Milo!" "Kenapa begitu?" "Kalian sama sama dingin. Tapi, ada manis manisnya." Nara Ghisellia Almara, diam diam memperhatikan Revano Kevin Agustio--tetangganya sekaligus orang yang paling tidak menyukai akan kehadiran Nara. S...