Baper yang berujung laper --- Nara Ghisellia Almara
****
"Na, kamu udah pulang?"Nara menghampiri Bunda Aswan yang terlihat mengenakan pakaian rapih, sepertinya wanita paruh baya itu akan berpergian. Saat ini mereka tengah berada di perkarangan rumah Aswan. Nara memang baru saja pulang kerja. Dengan wajah letih yang berusaha disembunyikannya, Nara menyalam tangan wanita itu dengan sopan.
"Iya, Bun. Bunda mau kemana?"
Wanita paruh baya itu menenteng kantung plastik yang awalnya ditaruh di atas kursi teras rumah.
"Ini, Bunda mau ke toko sebentar, Na. Aswan lagi anterin Tata nyerahin berkas ke kampus tempat dia kuliah nanti, paling sebentar lagi mereka pulang. Jeffri juga lagi dalam perjalanan pulang, kok," jawab Bunda Aswan.
Nara mengangguk, mengerti. Bunda Aswan memang membuka toko kue yang letaknya tidak jauh dari kawasan komplek tempat mereka tinggal saat ini.
"Bunda juga udah masak buat makan kamu nanti. Kamu enggak apa-apa ditinggal sendiri 'kan, Na?"
Nara menggelengkan kepalanya hingga rambut yang diikatnya terlihat menari-nari mengikuti gerakan kepalanya. "Enggak apa-apa kok, Bun."
Bunda Aswan menghela napas lega. Wanita itu tersenyum dan mengelus sayang rambut hitam Nara yang dikuncir kuda. "Yaudah kalau gitu, Bunda pergi dulu ya," pamitnya.
Nara mengangguk. "Iya, Bun. Hati-hati di jalan."
Bunda Aswan melangkah sekitar lima langkah, lalu menghentikan langkahnya. Hal itu membuat kening Nara mengernyit, bingung. Wanita paruh baya itu memutar tubuhnya menghadap Nara.
"Bunda sampai lupa. Di dalam ada tamu yang nyariin kamu. Bunda udah sediakan minuman dan cemilan buat dia, kamu buruan temui dia, gih!"
Tamu? Siapa? Tanya Nara dalam hati.
Setelah mendapatkan anggukan kepala dari Nara, Bunda Aswan langsung melanjutkan langkahnya meninggalkan Nara di perkarangan rumah. Kini tinggal Nara yang bertanya-tanya siapa tamu yang datang untuk menemuinya itu? Tidak mungkin Bang Willy karena Abang kandungnya itu masih berada di rumah sakit menemani Kak Ney karena Mas Dimas kembali keluar Kota untuk menyelesaikan pekerjaannya. Jika bukan Bang Willy, lalu siapa?
"Kamu nggak masuk, Nar?"
Spontan Nara membalikkan tubuhnya menghadap empu suara. Kedua bola mata Nara membeliak tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tepat tiga langkah di hadapan Nara, Kevin berdiri dengan setelan khas pegawai kantor yang menambah ketampanan lelaki itu berkali-kali lipat.
"Mas, kok bisa di sini?" tanya Nara sedikit terbata. Dia masih kaget dengan kehadiran Kevin di hadapannya yang secara mendadak seperti ini.
Kevin memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana bahannya. Manik mata lelaki itu menatap lekat wajah cantik Nara. "Saya ke sini untuk menemui kamu."
Menemuinya? Jadi tamu yang dimaksud Bunda Aswan itu Kevin? Kenapa Kevin ingin menemuinya? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di kepala Nara.
"Kamu yakin nggak mau masuk? Udah mau maghrib lho."
Pertanyaan Kevin memecahkan lamunan Nara. Buru-buru gadis absurd itu melangkah memasuki rumah yang diikuti oleh Kevin di belakangnya. Di ruang tamu Nara lihat sudah ada segelas jus jeruk serta cemilan di atas meja. Jus jeruk itu sudah diminum setengah gelas. Mungkin Kevin sudah lama menunggu kedatangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Es Kepal Milo (TAMAT)
Genel Kurgu"Mas itu kayak Es kepal Milo!" "Kenapa begitu?" "Kalian sama sama dingin. Tapi, ada manis manisnya." Nara Ghisellia Almara, diam diam memperhatikan Revano Kevin Agustio--tetangganya sekaligus orang yang paling tidak menyukai akan kehadiran Nara. S...