Sudah saatnya kamu tahu siapa saya sebenarnya --- Revano Kevin Agustio.
***
Nara berjalan di belakang Kevin. Tangan gadis itu memegang erat ujung baju Kevin tanpa berniat sama sekali melepasnya, hingga ujung kaos yang Kevin kenakan terlihat kusut. Manik mata Nara menatap sekitar dengan takut-takut. Setelah insiden Nara menyembur Kevin dengan bubur ayam bang Eko yang berujung mereka sarapan pagi bersama, akhirnya Kevin mengajaknya ke suatu tempat yang kata lelaki itu akan menjadi tempat untuknya menjelaskan segala keruwetan hubungan mereka.
Langka demi langkah sudah terlewati, namun Kevin belum juga memberitahu Nara kemana tujuan mereka sebenarnya. Rasa takut mulai menghinggapi Nara saat suasana sekitar semakin tampak lengang dan sepi.
Nara menghentikan langkah saat matanya menatap tidak percaya pada sebuah papan plang yang berada sekitar lima langkah darinya dan Kevin. menyadari Nara menghentikan langkah, Kevin ikut berhenti dan berbalik menghadap Nara yang diam membeku.
"Kamu kenapa?"
Nara terlihat meneguk ludah, takut-takut. "M---mas enggak ada maksud jahat ke Nara kan?"
Kening Kevin mengernyit bingung mendengar tuduhan Nara kepadanya. Kepala lelaki itu menggeleng menjawab tuduhan Nara barusan. Dia memang tidak ada niatan jahat kepada Nara. Untuk apa? Toh juga Nara gadis yang dia cintai.
"Terus, kenapa Mas bawa Nara ke pemakaman? Mas enggak bakalan bunuh Nara kan? Nara masih mau hidup, Mas. Dosa-dosa Nara masih banyak, Nara belum siap mati...."
Nara terus berceloteh ketakutan membuat Kevin gemas dengan pacarnya ini. Kevin melangkah menarik pinggang ramping Nara mendekat, kini tubuh mungil Nara tidak memiliki jarak dengan tubuh tegapnya. Gadis itu terkesiap saat wajahnya dengan Kevin hanya berjarak beberapa jengkal saja.
Belum sampai di situ saja, kini manik mata Nara terbelalak sempurna saat Kevin memajukan wajah mendekati wajahnya. Hingga Nara bisa merasakan hembusan napas hangat Kevin menerpanya.
"Untuk apa saya membunuhmu, kalau kamu adalah sebagian dari hidup saya," bisik Kevin pelan namun terdengar lembut hingga membuat detak jantung Nara berpacu cepat.
Kalau begini caranya, sama saja Kevin membunuhnya karena lelaki itu sangat bisa membuat Nara jantungan. "Bohong!" Kening Kevin mengernyit mendengar ucapan Nara. "Justru Mas sekarang lagi mencoba membunuh Nara. Detak jantung Nara berdetak kencang gara-gara Mas! Tanggung jawab pokoknya!"
Kevin menganga lebar mendengar celotehan Nara. Namun lelaki itu sedikit bernapas lega karena maksud dari kata 'Membunuh' yang Nara lontarkan bukan arti dari membunuh sebenarnya. Kevin buru-buru mengubah ekspresi wajahnya menjadi tersenyum manis.
"Jadi saya harus bertanggung jawab nih?" tanya Kevin sembari merapihkan anak-anak rambut Nara yang mencuat dari ikatannya.
Nara mengangguk. "Em... Harus!"
"Baiklah."
Kevin memajukan wajahnya mendekati bibir tipis Nara dan mengecup bibir berwarna merah muda itu dengan singkat namun lembut dan hangat. "Sudah. Saya sudah bertanggung jawab. Ayo kita lanjutkan perjalanan, sebentar lagi sampai," ucap Kevin menggenggam tangan Nara dan menuntun gadis itu melanjutkan perjalanan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Es Kepal Milo (TAMAT)
Ficção Geral"Mas itu kayak Es kepal Milo!" "Kenapa begitu?" "Kalian sama sama dingin. Tapi, ada manis manisnya." Nara Ghisellia Almara, diam diam memperhatikan Revano Kevin Agustio--tetangganya sekaligus orang yang paling tidak menyukai akan kehadiran Nara. S...