Kenapa harus ada kata patah hati dalam sebuah kisah cinta? --- Nara Ghisellia Almara.
***
"Kalau misalnya saya ini duda, apa kamu masih mau sama saya?"
Nara terdiam mendengar serentetan kata yang terlontar dari mulut Kevin. Lama Nara menatap wajah tampan Kevin yang terlihat menegang. Dari sorot matanya, Kevin memancarkan sebuah luka yang kembali basah setelah lama mengering.
"Mas ngomong apa sih?" Kening Nara berkali-kali mengernyit. Sikap Kevin hari ini memang membuatnya bingung. Kadang lelaki itu berubah menjadi kloningan Dilan, lalu marah-marah saat dia mengobrol dengan lelaki lain dan kini serentetan kalimat yang ditanyakan Kevin kepadanya membuat Nara benar-benar bingung.
Kevin dengan cepat mengubah mimik wajahnya setelah melihat kebingungan di mata Nara. Lelaki itu menyunggingkan sebuah senyuman yang Nara bisa pastikan senyuman itu bukan dari hati lelaki itu. Sebuah senyuman yang dipaksakan.
"Mas lagi nyoba bercanda sama Nara, ya? Pakai segala bilang udah duda lagi. Enggak lucu tau!" gerutu Nara memukul lengan kekar Kevin berkali-kali.
Kevin tampak terkekeh pelan, membiarkan pacaranya itu memukuli lengannya. "Iya saya tadi cuma bercanda, kok." Kevin menggenggam erat tangan Nara dan perlahan mencium punggung tangan gadis itu.
"Ish!" Sekali lagi Nara memukul lengan Kevin dan ikut terkekeh kecil.
"Gapapa kok Mas cemburu, Nara memakluminya." Manik mata Nara menatap Kevin lekat. "Asal Mas percaya kalau Nara hanya mencintai lelaki yang bernama Revano Kevin Agustio." Senyuman Nara kali ini mengembang begitu lebar.
Senyuman Nara menular kepada Kevin. Lelaki itu membawa telapak tangannya ke atas puncak kepala Nara dan mengacak-acak rambut pacaranya itu.
"Enggak kreatif. Itu kan kata-kata saya sebenarnya," ucap Kevin terkekeh pelan.
Nara mencurutkan bibirnya, lucu. "Biarin. Kan Nara copas kata-kata pacar Nara ini, kok."
Kevin mencubit pelan pipi chubby Nara. Dia sangat gemas dengan gadis itu. "Karena kamu pacar saya, saya memaafkan kamu karena udah mengcopy kata-kata saya."
Nara maju selangkah, mengikis jarak antaranya dan Kevin. Kedua tangannya terulur mencubit kedua pipi putih Kevin dengan tak kalah gemas. "Ih gemesnya Nara sama pacar Nara ini. Makin cinta, makin saya sama Mas."
Kevin tergelak. Mereka tidak memperdulikan tatapan orang-orang yang memperhatikan mereka dengan tatapan geli. Benar kata pepatah, jika tengah dimabuk asmara, serasa dunia milik berdua dan yang lain hanya mengontrak.
"Kak Nana, Mas Kevin, jadi enggak traktir Tata sama Bawang?" teriak Tata yang sudah berada di depan pintu masuk resto siap saji.
Nara melepaskan tangannya dari pipi Kevin dan mengandeng lengan lelaki itu. "Siap-siap ya kantong Mas bakalan dikuras sama Tata dan Aswan," bisik Nara terkekeh geli.
"Enggak masalah. Asal kalian senang," sahut Kevin santai lalu membawa Nara menghampiri Tata dan Aswan yang sudah tidak sabar memesan banyak makanan.
Yang namanya gratis itu memang sangat nikmat.
***
Nara menatap pantulan dirinya di depan cermin besar yang di sediakan resto siap saji yang mereka kunjungi saat ini. Perlahan jemari lentik Nara mulai membenahi tatanan rambutnya lalu setelahnya Nara mencuci kedua tangan dengan sabun hingga bersih.
Sedangkan Tata, Aswan dan Kevin kini menunggu di meja yang sudah mereka pesan. Sedari tadi Tata tidak bisa berhenti tersenyum karena Kevin benar-benar mentraktirnya apa saja. Kevin membebaskan Tata dan Aswan memilih menu yang akan mereka pesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Es Kepal Milo (TAMAT)
قصص عامة"Mas itu kayak Es kepal Milo!" "Kenapa begitu?" "Kalian sama sama dingin. Tapi, ada manis manisnya." Nara Ghisellia Almara, diam diam memperhatikan Revano Kevin Agustio--tetangganya sekaligus orang yang paling tidak menyukai akan kehadiran Nara. S...