Kata orang, kalau ada dua orang yang berbeda jenis kelamin berdekatan dalam satu ruangan, maka orang ketiganya setan. Terus orang ke empat di sebut apa, ya? --- Nara Ghisellia Almara.
***
"Pi, anak kita udah besar ya ternyata."
"Iya Mi, udah bisa main sosor-sosoran."
"Kayaknya bentar lagi kita punya mantu ya, Pi?"
"Ho'oh Mi, mantunya cantik lagi. Anak kita emang pinter nyari bibit unggul."
Kevin mengeram kesal mendengar celotehan Mami Papinya. Tadi saat detik-detik dia ingin mencium Nara, tiba-tiba suara maminya yang melengking itu menghentikannya. Tapi Kevin cukup berterima kasih juga, kalau Mami Papinya nggak datang tepat waktu, maka Kevin akan kebablasan mencium Nara.
Posisi Nara saat ini masih dalam kukungan tubuh tegap Kevin. Jangan tanya sudah seberapa merah wajah Nara saat ini. Mungkin tomat busuk lewat merahnya dengan wajah Nara. Malu. Nara malu banget. Bayangkan saja dia baru saja keciduk di sosor Mas Kevin-nya sama Mami Iren dan Papi Agus.
Helaan napas kasar Kevin begitu terasa oleh Nara. Saat ini posisi mereka masih begitu dekat sedangkan Mami dan Papi Kevin berada di belakang mereka berbisik-bisik tetangga.
"M---mas nggak mau jauhan dikit? I---itu di belakang Mas ada Mami sama Papinya Mas. Kalo nanti Nara di omelin gimana?" cicit Nara pelan.
"Kamu mau saya jauhan?" tanya Kevin menaikan sebelah alisnya.
Nara mengangguk pelan. Kevin tersenyum culas. Perlahan Kevin mendekatkan wajahnya ke wajah Nara membuat Nara beserta Mami Iren dan Papi Agus menahan napas.
"Tapi saya belum cium kamu. Gimana dong?" ucap Kevin pelan tepat di telinga Nara.
Nara mendongak dan matanya bersikokoh dengan manik mata Kevin. Perlahan pandangan Nara turun ke hidung mancung Kevin. Tangan Nara gatal rasanya pengen tarik hidung mancung Kevin. Manik mata Nara kembali bergulir turun kebawah menatap bibir merah menawan Kevin yang terlihat menggoda.
Astagfirullah..
Nara menggeleng pelan, menghilangkan pikiran kotornya. Sedangkan Kevin terkekeh di dalam hati. Dua-satu Nara. Batin Kevin berteriak menang.
Baru saja Kevin ingin memajukan wajahnya lagi, tiba-tiba saja tubuhnya terasa di tarik oleh seseorang.
"Astagfirullah ya Allah.. Kamu kalo mau nyosor anak orang, ya di halalin dulu dong, Mas," sentak Papi Agus menjewer telinga Kevin.
Kevin meringis kesakitan. Bukan apa-apa, jeweran Papinya ini memang super duper pedih. "Pi, kuping Mas sakit," ringis Kevin.
"Ini hukuman buat kamu!" ucap Papi Agus setelah itu melepaskan jeweranya.
Kevin mengusap telinganya yang memerah dan Nara menatap itu menjadi prihatin. Tangan Nara gatal rasanya pengen ngelus telinga Mas Kevin-nya yang memerah.
"Nara, kamu tadi jadi di cium Kevin?" tanya Mami Iren memutar-mutar tubuh mungil Nara, seakan wanita paruh baya itu memastikan jika anak sulungnya nggak melakukan hal yang enggak-enggak kepada Nara.
Nara menggeleng pelan. Mami Iren dan Papi Agus mengela napas lega. Sedangkan Kevin mendengkus kesal.
"Kamu kenapa pucet, Nar? Ya Allah.. Ayo sini masuk, duduk dulu biar kamu nggak terlalu pucat." Mami Iren membimbing Nara masuk dan duduk di sofa ruang tamu. Papi Agus mengekori dari belakang, sedangkan Kevin melolong masuk ke dalam kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Es Kepal Milo (TAMAT)
Ficção Geral"Mas itu kayak Es kepal Milo!" "Kenapa begitu?" "Kalian sama sama dingin. Tapi, ada manis manisnya." Nara Ghisellia Almara, diam diam memperhatikan Revano Kevin Agustio--tetangganya sekaligus orang yang paling tidak menyukai akan kehadiran Nara. S...