kembali kumengecek arloji di pergelangan tangan kiriku, entah kenapa setiap melihat arloji ini selalu mengingatkanku akan seseorang yang namanya masih terukir jelas dalam hati.
yoonbin, dia pacarku, setidaknya sampai detik ini. dan arloji ini hadiah darinya saat pertama kali kita merayakan ulang tahun bersama.
bagi kita ada untungnya juga punya tanggal lahir yang hanya terpaut sehari, dia tanggal 11 sedangkan aku 12 nya.
waktu itu kita merayakannya di tanggal 12 karena yoonbin yang memaksa. aku seperti biasanya tidak pernah bisa menolak suatu statement dari yoonbin.
kita menghabiskan waktu seharian cuma berdua hari itu.
aku senang sekali, yoonbin bahkan rela mengosongkan semua jadwalnya demi merayakan ulang tahunku sekaligus ulang tahunnya.
kita bertukar kado yang sama, karena memang kita berdua sudah sepakat tidak memberi surprise kalau menyangkut kado, karena kita membeli kadonya bersama-sama.
kata yoonbin, kenapa harus bingung memilihkan kado kalau bisa milih bareng si doi?
ada benarnya juga, dan aku selalu iya-iya saja waktu kita membeli kado untuk masing-masing dari kita.
iya sih kesannya jadi boring dan tidak seru kalau sudah tau kado yang akan kita dapat itu apa, tapi sejauh ini aku nyaman saja.
toh sekalian ngedate bareng yoonbin, hehe.
kembali ke cerita, sekarang aku sedang menunggu yoonbin di kafe dekat kampus, tempat kita biasa ketemu.
kalau diingat sudah lumayan lama aku dan yoonbin bertemu di kafe ini sejak terakhir kali kita kesini.
itu waktu kita selesai uts dan sekarang kita baru ketemu lagi kira-kira setelah 2 minggu?
entahlah, aku merasa akhir-akhir ini intensitas komunikasi kita tidak berjalan begitu lancar.
hanya aku yang setiap hari tidak pernah absen menanyakan kabarnya, tapi yoonbin?
aku tau dia tidak begitu peduli lagi padaku.
tapi aku layaknya orang lain yang udah terlanjur jatuh di suatu lingkaran dimana kalian akan kesulitan kalau ingin melewati lingkaran itu, aku tetap bertahan meski rasanya sudah tidak nyaman.
lingkaran itu tidak lain ya hubungan kita, aku dan yoonbin.
tring~
ada sebuah pesan dari yoonbin.
dia bilang seperti ini,
sorry kalau agak telat, kamu masih disitu kan?
yup, aku masih disini. aku tidak masalah yoonbin akan datang jam berapapun juga karena beginilah aku.
terlalu lemah bahkan hanya untuk membatalkan janji temu yang kuyakin yoonbin juga terpaksa datang kesini, kan?
aku tau yoonbin sibuk, aku juga sama sibuknya tapi kita selalu egois.
di satu sisi kita tidak bisa mengesampingkan urusan masing-masing, di sisi lain kita haus akan kasih sayang yang dulu kita berdua selalu berikan hampir setiap saat.
dan alasan itu juga yang membuat hubungan kita semakin merenggang.
15 menit berlalu sejak pesan teks yang dikirim yoonbin terakhir tadi.
tentu aku tidak marah, itu cuma masalah sepele yang tak perlu dibesar-besarkan.
aku tersenyum hangat ke arah yoonbin seperti biasanya, berharap dia akan membalas senyuman tulusku ini.
tapi, tidak. dia kukuh dengan ekspreksi tripleknya.
dia duduk dan diam.
terus seperti itu sampai sekitar 3 menit kita hanya larut di pikiran masing-masing tanpa ada niatan untuk menciptakan konversasi.
"eung, bin? kamu mau pesen minum?" ucapku akhirnya memecah keheningan.
"enggak, ga mau pesen apa-apa, cuma pengen ngomong sesuatu sama kamu."
nada bicara yoonbin berubah, tidak seperti dulu yang meski suaranya tak melantun merdu tetapi masih bisa membuat perasaanku menghangat.
tapi kali ini, dingin layaknya es batu.
"kamu masih nyaman sama hubungan ini?" entah kenapa dia tiba-tiba menayakan soal itu.
aku hanya mengigit bibir bawahku sebelum akhirnya menjawab, "masih kok, aku masih sayang sama kamu."
jawabanku terlalu jujur. harusnya aku tidak segamblang itu soal perasaanku supaya nanti kalau ada hal tak terduga yang terjadi aku tidak akan terlalu malu.
"oh ya? kalo aku udah enggak tuh?"
ah ralat, bukannya tam terduga. tapi sudah aku duga sebelumnya meski tadi aku sempat berpikiran positif.
"ga bakal nyaman lagi kan kalo salah satu pihak udah ga sayang sama pihak lainnya, pada akhirnya kita cuma ngejalanin hubungan penuh kepalsuan."
aku menunduk setelah dia bilang itu.
enggak,bin! aku selalu sayang sama kamu dan ga ada kepalsuan, setidaknya perasaan aku ke kamu.
"iya kamu emang tulus, aku tau. tapi aku bosen sama itu semua. tiap hari gitu-gitu aja dan ga ada yang namanya spesial lagi kalau yang spesial udah jadi kebiasaan, bukan?"
aku tak tau harus jawab bagaimana. aku tak tau harus berbuat apa?
"kamu harusnya tau kalau aku itu udah lama menghindar dari kamu, apa kamu cuma pura-pura ga tau, iya?" dia berkata seakan bermaksud memojokkanku.
"aku cuma--"
"cuma egois? kamu mau aku tetep bertahan sama kamu meski aku udah muak sama hubungan ini?"
ugh, sial. kenapa aku menangis sih cuma karena hal ini?
"yoonbin, a-aku sayang sama kamu. aku juga ga mau kamu pergi ninggalin aku."
yoonbin tersenyum miring, seperti meremehkanku, dan aku sungguh tak menyukainya.
"gimana ya? gue udah ga sayang sama lo."
barusan yoonbin memakai lo-gue? pertanda buruk, serius.
"jalan terbaik saat ini cuma kita hidup masing-masing, lo sama dunia lo dan gue sama dunia gue. gue kira itu yang perlu lo denger dari gue, semoga lo bisa dapet cowok lain yang lebih cocok sama lo."
dengan kalimat itu, yoonbin resmi putus, pegat, talak, pisah, denganku.
dia pergi begitu saja tanpa salam atau apapun dan aku hanya... huft diam, atau tepatnya menangis dalam diam.
baru saja aku ingin mengeluarkan suara tangisanku, tapi urung karena si pelayan kafe datang membawa minuman pesananku.
tadi sebelum yoonbin datang aku sengaja memesan terlebih dulu.
pada akhirnya aku sendirian dan terpaksa minum 2 gelas americano.
rasa sakit karena terlalu banyak minum di perutku tidak sebanding dengan luka yang ditinggalkan yoonbin.
setidaknya setelah ini tidak ada luka lain akibat perasaanku pada yoonbin.
harusnya sih begitu.
aku sudah cukup berurusan dengan hal yang sering disebut manusia 'cinta'.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.