010

4.6K 769 87
                                    

"Tadi itu... siapa?" tanya Doyoung dengan nada suara yang tenang namun terkesan dingin. Attara yang sedang memakan french fries-nya hampir tersedak. Walaupun dirinya sudah tahu cepat atau lambat Doyoung pasti akan menanyakan hal ini, tetap saja Attara tidak siap.

Gadis itu menyuapkan satu kentangnya kedalam mulut Doyoung yang sedang fokus menyetir tetapi juga menunggu jawaban tersebut, "Emm... temen SMA-nya Joy, kenapa?"

Doyoung juga hanya merespon dengan gumaman, dan perasaan Attara jadi tidak enak.

"Nggak apa-apa," sambung Doyoung kemudian, lalu lelaki itu menghela napas, "Lo suka?"

Kedua mata Attara sedikit membelalak mendengar pertanyaan itu dan mulutnya sendiri langsung gatal ingin menceritakan ini-itu yang terjadi kepadanya beberapa minggu lalu, tetapi dirinya tahu benar bahwa Doyoung tidak akan bisa menahan emosinya. Lagipula, siapa yang bisa suka kepada lelaki yang hampir memperkosa dirinya?

Tetapi tunggu, apa bedanya juga Yongguk dengan Doyoung?

"Enggak," sahut gadis itu, berusaha sebisa mungkin terdengar biasa saja. Hampir, tapi untung Tuhan masih sayang sama gue.

Lagi-lagi Doyoung hanya menjawab dengan 'hmm' yang tidak bisa diartikan oleh Attara. Gadis itu lalu hanya menghabiskan french fries-nya dalam diam selama perjalanan mereka di Kemang menuju arah Fatmawati.

Sementara Doyoung meminum cocacola-nya dengan sedotan stainless milik Attara saat lampu merah, tangan kiri lelaki itu menggenggam tangan Attara yang baru saja memakai hand sanitizer, membuat Attara langsung impulsif memasang tameng dalam pikirannya kalau-kalau saja Doyoung akan menyakitinya.

Tetapi gadis itu kemudian bingung ketika jemari lelaki itu hanya mengusap lembut tangannya seperti tidak terjadi apa-apa.

Dan jantung Attara langsung berdegup kencang, kali ini bukan karena takut atau emosi ingin melawan yang menggebu-gebu, tetapi juga bukan seperti yang ia rasakan ketika Doyoung menciumnya atau memeluknya erat. Entah apa yang dirasa.

Doyoung pun juga mengerti mengapa dirasanya tangan Attara langsung seperti membeku dan tidak merespon genggamannya seperti biasa. Lalu pikirannya mendadak kalut, dan segala pertanyaan bagaimana muncul di kepalanya. Untuk pertama kalinya, Doyoung merasa ada yang tidak beres.

"Kalau seandainya," Doyoung memulai, dan Attara menoleh kearahnya.

Lelaki itu menghela napas berat, "Ada yang lebih baik," kemudian Doyoung memalingkan wajahnya kearah yang berlawanan agar Attara tidak bisa melihat raut mukanya.

"Don't hesitate," suara Doyoung mulai tercekat, dan lelaki itu langsung berdeham.

Dan kali ini tangan Attara serta merta membalas genggaman tangan Doyoung yang sedang dalam gerakan melepas; seperti ingin menahan, namun tahu akan sia-sia karena sekarang tangan itu sudah kembali berada di stir.

Doyoung menginjak gas tepat saat lampu berubah hijau.

"Don't hesitate to leave me."


( 2 )  TASTE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang