Bab Tiga Belas

3.6K 386 28
                                    

Kejadian semalam tak akan pernah mereka lupakan begitu saja. Terutama Tito. Ia melihat dengan jelas sosok perempuan itu. Tertunduk dengan rambut panjangnya yang menjuntai. Yang lain mungkin tak melihat bagaimana mulut perempuanbitu menyeringai, namun Tito melihatnya.

Seringaian wanita itu terlihat jelas di matanya. Tito hanya bisa diam tak bergerak sebelum akhirnya ikut berteriak bersama keempat temannya. Teriakan keras mereka mengundang orang datang, yaitu kedua orang tua Abu dan kakak laki-lakinya.

Mereka berusaha menjelaskan apa yang sebenwrnya terjadi namun kedua orang tua Abu maupun kakaknya tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka alami.

Tito sebenarnya ingin sekali tidak mempercayai apa yang telah ia lihat. Berusaha keras berkata dalam hati bahwa perempuan itu hanyalah imajinasinya belaka. Namun sayang, hatinya memilih untuk percaya. Mau tak mau membuat Tito akhirnya memercayai apa yang baru saja ia alami. Ia percaya akan adanya hantu dan aktifitas supranatural mereka.

Saat ini, mereka berlima tengah berkumpul di kamar Abu. Kebetulan sekolah mereka diliburkan karena akan di tempati lomba. Mereka berkumpul guna ingin membahas apa sebenarnya motif dari dalang pesan itu.

"Gue bener, kan." Andre bersuara terlebih dahulu. "Pesan itu bener. Gue sama Lutfi nggak lagi sandiwara atau apa."

"Gue percaya," sanggah Abu terlebih dahulu. "Gue percaya sama apa yang kalian bilang waktu itu. Cuma, gue enggak mau bilang. Gue butuh bukti biar yang lain percaya. Sekarang kalian percaya, kan?"

Red dan Tito mengangguk. Mereka percaya setelah berusaha tidak memercayainya.

"Gue cuma pengen cari tahu, apa motif dalang dari semua ini, dan mengapa dia bekerja sama dengan setan wanita nggak jelas itu," kata Abu.

"Gue enggak tahu jawaban pastinya, tapi menurut gue, orang ini punya dendam." Red bersuara.

Tito yang sedari tadi diam, akhirnya menyahut. "Lalu, apa hubungannya sama kita?"

Semuanya terdiam. Berpikir keras.

"Apa dulu kita pernah ngelakuin kesalahan fatal? Misalnya sampe bikin orang itu mati?" Andre berusaha menyampaikan pendapatnya.

"Gue rasa enggak," kata Abu.

"Lalu apa?" sahut mereka berempat bersamaan.

Hening kembali menghampiri. Mereka terdiam dengan pikiran masing-masing. Berusaha memecahkan motif dari semua ini, meskipun mereka tak tahu jawaban pastinya.

Menurut Abu, motif ini berisikan dendam kesumat. Ia membenarkan apa yang Red katakan. Namun ia masih belum menemukan, dendam yang disebabkan oleh apa hingga membuat pelaku begitu gencar meneror mereka. Yang jelas, ini pasti ada hubungannya dengan mereka berlima.

Tito dan Red mempunyai pemikiran yang sama. Menurut mereka, dendam ini ditujukan kepada mereka. Meski mereka tak tahu kesalahan apa yang mereka lakukan di masa lalu. Mereka tak pernah membunuh, apalagi melakukan kejahatan. Sepertinya ini dendam terselubung. Maksudnya dendam yang sebenarnya ditujukan kepada orang lain, melalui mereka. Itu menurut Red dan Tito.

Sedangkan Lutfi dan Andre belum bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi.

"Lalu?" Lutfi akhirnya bersuara.

"Gue yakin ini dendam." Tito yang berkata. Diikuti seruan persetujuan dari yang lain.

"Tapi dendam apa? Kita belum pernah melakukan hal jahat apa pun." Abu mengusap tengkuknya pelan. "Gue rasa, bukan cuma kita yang akan jadi korban pesan misterius ini."

Keempatnya mengernyit. "Maksud lo?" Lutfi bertanya.

"Kayaknya pesan ini bukan cuma buat kita. Gue ragu sih. Tapi liat aja nanti. Maksud gue, pesan ini ditunjukkan pada orang banyak. Mungkin anak-anak sekolah kita?"

Mereka semua kembali terdiam. Membenarkan dalam diam sembari menunggu, apakah yang Abu katakan akan benar-benar terjadi?

Bersambung...
060119

Midnight MessageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang