Sesuai kesepakatan, mereka masih memilih untuk menginap di rumah Abu. Rasa penasaran yang tinggi membuat mereka memutuskan untuk kembali. Ya, meskipun terkadang mereka percaya tidak percaya akan hal itu.
Mereka memutuskan untuk bermain catur sembari menunggu jam di mana biasanya sms itu berbunyi. Namun kali ini mereka tidak hanya berlima, kakak Abu dan Ayah Abu pun ikut bermain. Walaupun sebagian hanya menonton, tapi tetap saja hanya permainan itu yang membuat mereka tidak bosan.
"Koplak sih," seru Andre menepuk pelan kepala Lufti, ketika ia tak bisa mengalahkan lawannya, Red.
Di saat yang lain sibuk menyoraki dan menyemangati mereka yang bermain, berbeda dengan Abu dan Tito. Mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing-masing meski matanya masih menghadap papan catur.
Tito dan Abu masih memikirkan hal yang sama. Siapa dalang di balik pesan itu? Jelas Tito tak mempercayai jika yang melakukan hal itu adalah setan dan sejenisnya. Sedangkan Abu berpikir dalang di balik semua ini berkaitan dengan suatu kejadian. Dan ia tak tahu kejadian apa yang di maksud.
Keduanya menghela napas bersamaan meski tidak berdekatan.
Pusing. Jelas mereka berdua pusing memikirkan hal yang masih sangat abu-abu ini, sama seperti Abu. Sulit ditebak.
Jam masih menunjukkan pukul 11 malam. Masih ada beberapa menit sebelum pesan itu masuk. Abu memilih untuk undur diri, bukannya hendak tidur. Ia hanya ingin menenangkan pikirannya sejenak. Masalah pesan ini membuat kepalanya terasa berat.
Abu berjalan perlahan memasuki kamarnya, kemudian membuka pintu balkon dan berdiam diri di sana. Lama, Abu hanya diam sembari menatap langit malam. Merasakan belaian angin malam yang seolah menusuk tulang. Hal ini cukup membuatnya merasa rileks, seperti beban yang ia pikul berkurang meski hanya sedikit.
Beberapa menit kemudian, Abu mendengar suara langkah kaki. Ia tak tahu itu siapa tapi instingnya mengatakan kalau pemilik langkah kaki itu adalah Tito. Melihat gerak-gerik Tito yang sedari tadi diam, seolah sedang memikirkan sesuatu membuat Abu berspekulasi bahwa Tito juga berpikiran yang sama seperti dirinya.
Dan benar. Sesaat kemudian, Tito berdiri di sampingnya. Ikut merasakan sejuknya angin malam.
"Ngapain?"
Abu menoleh begitu mendengar Tito bertanya. Tumben.
"Mumet."
Tito mengangguk. "Gue juga."
Hening dalam beberapa menit. Keheningan mereka seolah terisi oleh hembusan angin yang semakin lama semakin terasa dingin.
"Bu ...." Abu menoleh. "Lo percaya sama hal gituan?"
"Hal gituan? Maksud lo?"
"Semacam hantu." Tito menghela napas, menatap Abu.
"Gue percaya."
Tito memejamkan matanya dengan kepala masih menghadap ke depan. Membiarkah hatinya berteriak lantang jika ia tak memercayai hal tabu macam itu.
"Apa yang buat lo percaya?" Lagi, Tito bertanya.
"Banyak. Lo nggak perlu tau itu semua, karena gue yakin lo nggak bakal percaya." Abu memutar badannya hingga menghadap Tito. "To, mau lo percaya atau enggak, itu terserah lo. Apa kata hati lo. Jangan karena kami percaya, lo ikutan percaya padahal hati lo bilang enggak."
Diam-diam, Tito mengangguk sebelum akhirnya ia membuka mata dan mendapati tak ada Abu di sampingnya. Tito tetap diam di tempat, tak ingin beranjak mengikuti Abu. Cowok itu kembali memejamkan mata, merasakan angin malam membelai wajahnya.
Hingga Tiba-tiba ia merasa sebuah tangan kasar bergerak di wajahnya. Sontak membuat Tito membuka matanya. Melihat kanan dan kiri yang tak terdapat siapa pun selain dirinya. Hawa di sekitarnya mendadak berubah. Tito merasa seolah ia sedang menonton film horor sendiri, seakan mencekam. Namun Tito tetaplah Tito yang tak memercayai hal mistis apa pun. Ia tetap tak peduli sebelum saku celananya bergetar.
Tito mengecek jamnya terlebih dahulu. Pukul 11.25 malam. Jam di mana pesan itu masuk. Dan Tito tetap tidak mempercayai hal apa yang akan terjadi selanjutnya.
Bersambung...
060119
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Message
Mistério / SuspenseTeror berupa pesan dialami oleh beberapa siswa SMA Tanjung. Teror yang berawal dari ketidaksengajaan salah seorang siswa, tak sengaja melihat sebuah koran lama yang berisi berita tentang bunuh diri seorang siswi SMK Tanjung yang tak jauh dari lokasi...