Mereka berkumpul di gedung kosong yang sudah tua. Bukannya apa, mereka ingin hantu itu muncul. Juga ingin melampiaskan amarah mereka. Terbukti dari Red dan Tito yang sedari tadi tak henti menendang bola yang mereka bawa ke tembok gedung tua itu. Sembari berteriak marah.
Rasa sedih, marah dan kecewa berkumpul menjadi satu. Membentuk emosi yang begitu kuat. Abu yang memang lebih bisa mengendalikan emosinya, tetap diam di tempat. Mengamati betapa beringasnya sepupu dan temannya itu ketika sedang emosi.
Kendati rasa kehilangan masih begitu menyatu di hatinya, Abu lebih memilih untuk mengusut misteri tentang siapa yang membuat pelaku ini dendam, sendiri. Membiarkan mereka berdua melampiaskan emosinya.
"HANTU SIALAN! PASTI LO YANG BIKIN TEMEN GUE MATI!"
Abu terkejut begitu suara lantang itu terdengar di telinganya. Yang pasti keluar dari bibir Tito. Dan seketika, hawa yang awalnya biasa saja, berubah menjadi sedikit lebih panas dan pengap. Malam hari yang bisanya dingin, kini berubah menjadi lebih panas.
Perlahan namun pasti suara tangis seorang wanita tertengar. Membuat mereka berhenti dari kegiatan masing-masing. Tapi Tito, yang emosinya kini tak bisa terkontrol kembali tersulut.
"LO PASTI HANTU PEREMPUAN ITU. GUE NGGAK TAKUT! SINI LO KALAU BERANI!" teriaknya.
Abu yang berada agak jauh dari mereka mulai melihat sekelebat sesuatu berwarna putih melewatinya. Cowok itu memutuskan untuk mendekat. Ingin melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.
Dan yang terjadi adalah, sesosok makhluk tak kasat mata, menampakkan dirinya di hadapan mereka. Emosi yang memuncak membuat ketiganya tak merasa takut sama sekali. Meski penampakan di depan mereka sama sekali tak terlihat bagus. Begitu menyeramkan dari biasanya.
"Bukan aku..." Hantu perempuan itu menjawab dengan lirih.
"Kalau bukan elo, siapa hah? Siapa?" Perempuan itu menggeleng pelan.
"Maksud lo apa sih? Datengin kita, ancam-ancam kita, padahal kita nggak tahu apa-apa. Bukan kita yang perkosa lo. Bukan kita yang bikin lo kayak gini. Lalu kenapa harus kita, hah?! KENAPA?" Tito menaikkan intonasi bicaranya.
"Aku ... Tidak bisa memberitahu kalian."
Yang terjadi selanjutnya adalah, Tito yang kembali berteriak marah. Matanya memerah setelah melepas emosi yang tak kunjung surut. Abu mendekat. Menepuk punggung cowok itu. Begitupun Red. Mereka berdua mengapit Tito. Jaga-jaga takut cowok itu melakukan hal yang bisa menyakiti dirinya sendiri.
"Bilang ke siapapun yang nyuruh, lo. Gue enggak takut apa pun. Gue enggak takut ancamannya. Dan gue pastikan siapapun yang nyuruh lo, akan gue temuin. Nggak akan pernah gue kasih ampun." Tito masih emosi.
"Akan ada konsekuensi jika aku memberitahu pada kalian apa yang sebenernya terjadi."
.
"Sial-sial. Kenapa semua yang saya lakukan, tak berefek apa-apa. Anak-anak juga tak ada yang bereaksi. Seharusnya mereka takut. Dan memilih mengundurkan diri dari sekolah. Apa lagi anak-anak itu ... Apa saya harus berbuat hal yang lebih kejam? Saya tak mau semua usaha yang mati-matian saya lakukan musnah begitu saja.
"Ya, saya harus melakukan sesuatu yang lebih dari ini. Menyimpan mayat manusia di kelas mereka, misalnya. Hahaha."
Suara seorang pria paruh baya menggema. Sebelum sesosok makhluk yang berbeda dengan dirinya itu menghampiri. Membuat tawanya terhenti.
"Aku tak bisa melanjutkan ini semua."
"Kau harus bisa. Bukankah ini juga merupakan dendammu? Ingat, dendam kita hampir sama."
"Aku hanya ingin membalaskan dendam padanya. Bukan pada adiknya."
"Sama saja."
"Aku tidak bisa. Sungguh."
"Kau tahu sendiri apa akibatnya jika berhenti sampai di sini. Tinggal sedikit lagi, saya akan berhasil menyelesaikan dendam ini."
Tiba-tiba wanita tadi tertawa khasnya. Matanya nyalang. Mulut seringainya kembali melebar.
"Kurasa kau akan salah, Pak tua. Mereka yang kau jadikan boneka dendam, lebih pintar dari kau."
Hantu wanita itu pergi perlahan. Meninggalkan seorang pria paruh baya yang kini tengah menggeram, kesal.
"Hantu sialan!"
Bersambung...
020219
![](https://img.wattpad.com/cover/170266798-288-k997196.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Message
Misterio / SuspensoTeror berupa pesan dialami oleh beberapa siswa SMA Tanjung. Teror yang berawal dari ketidaksengajaan salah seorang siswa, tak sengaja melihat sebuah koran lama yang berisi berita tentang bunuh diri seorang siswi SMK Tanjung yang tak jauh dari lokasi...