Bab Dua Puluh

3K 331 2
                                    

Sesosok wanita dengan pandangan menunduk. Senyum seringainya bisa dilihat dari jarak kejauhan. Abu hanya bisa terdiam kaku. Sungguh, demi apa pun ia ingin berbalik saat ini juga. Melihat sosok itu tetap di sana, menyeringai. Sebelum akhirnya mendongakkan kepalanya yang jika diperhatikan secara detail seolah miring ke kanan.

Mata Abu melebar begitu mendengar suara tawa itu menggelegar. Memecah keheningan yang ada. Namun sayang, yang mendengar hanyalah Abu saja. Yang lain masih larut dalam buai mimpi mereka masing-masing.

Sejenak, Abu menghela napas panjang begitu sosok itu menghilang setelah mengumbar tawa. Akhirnya, Abu bisa kembali bergerak. Ia kembali ke tempat semua. Tidur di antara Lutfi dan Red yang sudah seperti ibu dan anak. Saling berpelukan seolah tak bisa berpisah.

Abu menghembuskan napasnya kasar sebelum kembali meraih mimpinya. Semoga saja wanita itu tidak kembali mengganggu. Karena sungguh, malam ini Abu ingin beristirahat dengan tenang. Tanpa gangguan apa pun dan oleh siapa pun.

.

Minggu pagi merupakan hal yang seharusnya tak boleh dilewatkan. Namun bagi mereka, Minggu pagi adalah waktu yang tak bisa dilewatkan untuk kembali tidur setelah melaksanakan kewajiban lima waktu.

Seperti saat ini, jam telah menunjukkan pukul sembilan pagi, dan mereka berlima masih asik bergelung dengan selimut yang semalam telah mereka pakai.

Hingga suara alarm dari ponsel Andre menjadi alat mereka untuk segera bangun. Kelimanya bangun bersamaan. Menguap lebar sebelum merilekskan tubuh mereka dengan pemanasan-pemanasan kecil. Setelah itu, bergantian keluar mencuci muka.

Minggu pagi yang sepi di rumah Andre. Kedua orang tuanya yang bekerja sebagai dokter membuat mereka jarang mempunyai waktu libur. Oleh karena itu, Andre memutuskan untuk membawa kelima temannya untuk menginap bersama.

Red adalah orang yang pertama kali selesai mencuci muka. Kaki jenjangnya melangkah menuju balkon kamar Andre. Berniat mencari angin segar yang sebenarnya sudah tak lagi terasa segar. Dikarenakan matahari yang kian meninggi.

Dan tanpa sengaja, kaki Red menendang sesuatu. Lantas membuat ia menunduk, mencari tahu apa yang baru saja kakinya injak.

Sebuah kotak.

Red langsung membawanya ke dalam, begitu melihat Tito juga berada di kamar Andre. Sedang membereskan kamar Andre yang terlihat acak-acakan setelah mereka tiduri semalam. Red takut sebenarnya. Takut apa yang ia pegang saat ini berisi bom atau bahkan lebih parahnya potongan tubuh manusia. Sungguh demi apa pun, Red membenci hal-hal berbau gore.

"To," panggilnya ketika telah berada beberapa meter di belakang Tito yang sedang membelakanginya.

"Hmm," jawab cowok itu pelan.

"Gue nemu ini." Mendengar ada yang menarik, Tito sontak membalikkan badan.

Yang ia lihat hanya Red dengan kotak berwarna hitam dan merah di tangannya. Kotak yang tak terlalu besar juga tak terlalu kecil. Entah isinya apa, Tito merasa tertarik membukanya.

"Isinya?"

"Gue enggak berani. Mending kita tunggu yang lain aja."

Tito mengangguk seraya kembali membalikkan badan. "Oke."

Melihat itu, Red hanya bisa berdecak. Terkadang, Tito bisa berdikap jauh lebih dingin nan cuek dari Abu.

Red meletakkan kotak itu di meja belajar Andre. Kemudian membantu Tito membersihkan kamar Andre. Sembari menunggu teman-temannya berkumpul, baru ia berani melihat apa isi kotak tersebut.

Lima belas menit kemudian, Andre, Lutfi dan Abu datang dengan nampan berisi roti isi selai coklat. Melihat hal itu, Tito berdecak.

"Red nemuin kotak itu." Tito menunjuk kotak misterius di atas meja belajar Andre. "Dia minta buat buka bareng."

Abu mengangguk, paham. Lantas menyimpan nampan yang ia pegang di samping kotak dan membawa kotak itu di tangannya. Ia duduk lesehan. Diikuti keempat lainnya. Awalnya mereka menahan napas begitu Abu ingin membukanya.

Dan ketika Abu berhasil membukanya. Teriakan, menjadi hal pertama yang mereka lakukan. Bukannya lebay atau apa. Tapi isi di dalamnya sungguh membuat mereka ngeri.

Sebuah kelinci yang mati bersimbah darah dengan leher diikat dengan tali. Seolah mencerminkan bahwa kelinci itu telah melakukan bunuh diri. Namun bukan itu yang menjadi fokus mereka. Melainkan sebuah tulisan di kotaknya.

Dan kalian akan mengalami hal serupa.

Bersambung...

120119

Midnight MessageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang