Bab DuaPuluh Lima

2.8K 331 1
                                    

Berita mengenai pesan misterius itu menyebar dengan cepat. Bahkan hampir seluruh siswa tengah membicarakan hal itu. Mereka berlima juga memilih untuk bungkam. Enggan membeberkan lebih dalam apa yang telah mereka alami berkaitan dengan pesan tersebut.

Mereka hanya takut membahayakan keselamatan yang lain ketika mereka mencoba memberitahukannya kepada khalayak ramai. Ingat, si pelaku ini adalah orang yang sadis. Dan juga orang yang tak merasa takut pada apa pun. Mereka berlima juga mengakui itu.

Dan keputusan mengenai apa hal yang akan mereka lakukan mencari tahu kabar terakhir SMK tetangga, belum mereka putuskan. Mereka terlalu terkejut begitu lewat, mendengar banyak gosip tentang pesan itu.

Seperti saat ini.

"Hati-hati sama pesan itu. Jangan sampe kita sama kek si Afi. Gue enggak mau mati sekaranglah."

"Maatiin hp lo pas mau tidur. Jangan sampe ketemu tuh kunti."

"Lo percaya hal ini nggak? Gue sih percaya. Afi aja matinya mendadak."

Seperti itulah contoh gosip yang beredar dari mulut ke mulut. Selalu saja ketika Abu dan kawan-kawan bersinggungan dengan temannya yang lain, topik pesan itu sering kali dibahas.

Sungguh membuat mereka berlima jengah.

Ya, meskipun dalam hati mereka juga ingin membeberkan bahwa mereka mengalami hal yang lebih mengerikan. Setidaknya lebih mengerikan dibanding gosip yang beredar saat ini.

"Sumpah, ya. Gue enek banget denger gosip pagi ini," ungkap Lutfi kesal. Ia membanting tasnya begitu sampai di kelas. Membuat seisi kelas yang semula ramai mendadak hening.

"Apa? Kalian mau gosip juga? Keluar sono! Gabung sama yang lain."

Hingga salah seoang temannya berkata, "Lo lagi PMS ya, Lut?" Dan seketika itu mereka semua tertawa. Lantas membuat raut wajah Lutfi yang sebelumnya sudah kusut kini bertambah kusut.

"Awas kalau kalian ketahuan gosip kek gini lagi. Gue cincang mulut kalian pake kuku gue." Dan tawa kembali memenuhi isi ruangan.

Tak terkecuali keempat temannya. Mereka pun turut menertawakan emosi Lutfi yang terkesan seperti perempuan sedang datang bulan. Sensi.

"Nggak usah sensi bisa, Lut? Asli, gue ngakak, nih." Ucapan Andre yang kelewat santai bahkan terkesan mengejek, membuatnya mendapat hadiah manis dari Lutfi. Berupa jitakan yang berhasil membuat Andre mengaduh kesakitan.

Dan lagi-lagi tawa menghiasi tiap sudut kelas. Hingga akhirnya sebuah pengumuman membuat mereka terdiam. Suasana kembali hening.

Diharapkan kepada seluruh siswa SMA Tanjung untuk segera menuju aula.

Seruan kekecewaan serta kekesalan menguar di udara. Hal yang paling membosankan bagi para pelajar, khususnya mereka.

Dengan berat hati, perlahan semua murid meninggalkan kelas masing-masing menuju aula. Tempat biasanya mereka mengadakan rapat organisasi atau bahkan ditempati ketika guru-guru rapat.

Setelah dirasa semua murid telah berkumpul, Kepala Sekolah mereka, Pak Anton memasuki aula dan berdiri di atas panggung dengan naik di atas podium berukuran sedang.

Semuanya terdiam begitu melihat sosok pria paruh baya dengan tinggi proposional itu mulai mengetes micnya.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh. Selamat pagi menuju siang. Saya, selaku kepala sekolah mempunyai tujuan mengumpulkan kalian di sini. Tujuannya adalah mentitah kalian untuk tidak menyambung-nyambungkan pesan entah yang seperti apa itu dengan kematian salah seorang dari teman kalian. Jujur saja, saya selaku Kepala Sekolah turut berdua atas meninggalnya anak didik kami.

"Namun saya tidak akan membiarkan gosip seperti itu memenuhi sekolah. Kematian ananda Afi bukanlah hal yang patut dibicarakan. Ia meninggalkan secara tiba-tiba lalu kalian hanya bisa bergosip tentangnya. Teman macam apa kalian jika berbuat seperti itu?" Semuanya menunduk.

"Mulai detik ini, saya akan memberikan sanksi kepada siapa-siapa saja yang masih bergosip tentang hal ini. Mengerti?" Seluruh siswa menjawab mengerti.

Di ujung ruangan, Abu, selaku orang yang sangat penasaran akan hal ini, begitu teliti melihat Kepala Sekolah. Ia ingin semuanya cepat terbongkar dan memastikan bahwa pelaku dari pesan misterius ini tidak berasal dari sekolah mereka.

Namun yang Abu lihat dan amati, ia menemukan satu keganjilan. Keganjilan yang nantinya akan membawa mereka dalam titik terang.

Bersambung...

Empat bab. Wkwkwk. InsyaAllah mulai besok, saya akan mencoba sistem odoc. One day one chapter.

Oh, iya. Perlu diingatkan, saya baru pertama kali menulis genre ini. Jadi mohon koreksinya apabila ada kesalahan yang kurang logis. Atau adegan-adegan yang kurang nyambung, bisa langsung koreksi.

Terima kasih telah membaca.

Elnaya.

180119

Midnight MessageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang