Bab Enam Belas

3.5K 365 5
                                    

Sungguh demi apa pun, Tito tak bisa melupakan apa yang telah ia alami selama beberapa hari belakangan ini. Ia masih mengingat jelas bagaimana rupa arwah wanita itu juga kejadian aneh yang menimpanya juga teman-temannya. Apalagi sejak pesan itu datang.

Padahal beberapa hari sebelumnya, hidup mereka masihlah aman dan nyaman. Tak ada gangguan apa pun. Ya meski dari kejadian ini Tito akhirnya percaya akan namanya makhluk-makhluk tak kasat mata, namun kejadian ini membuatnya pening.

Belum lagi tugas sekolah yang menumpuk akibat terlalu lama berada di rumah Abu. Akhirnya ia dan teman-temannya memilih untuk pulang hari ini. Berharap semoga tak ada kejadian aneh yang menimpa mereka lagi meskipun misteri ini belum terpecahkan.

Tito juga memutuskan untuk tidak menceritakan kejadian yang menimpanya semalam. Ia pikir merahasiakannya jauh lebih baik daripada harus membeberkannya. Tito pasti akan semakin merepotkan temannya saja.

Kini mereka telah berada di rumah masing-masing. Walaupun sempat diomeli karena terlalu lama menginap di rumah Abu, mereka masih dipebolehkan untuk masuk ke dalam rumah. Ya, namanya orang tua, meskipun telah memberi ijin omelan pasti akan datang menghampiri telinga mereka.

Mereka berlima kini aktif dalam obrolan grup. Saling melontarkan canda sambil tertawa-tawa tak jelas. Untung tugas sekolah telah mereka selesaikan semua. Kini tinggal beristirahat dengan menggenggam benda persegi kesayangan mereka. Apalagi kalau bukan ponsel.

Tak lupa mereka membahas tentang pesan misterius itu. Tito yang lebih dulu mengingatkan jika pesan itu masih akan terus berlanjut sebelum mereka menemukan siapa pelakunya. Pendapat Tito disetujui oleh semuanya. Abu dan Red bahkan menambahkan, jika mereka harus mencari dalang di balik semua ini jika ingin teror pesan itu berakhir.

Dan sepertinya memang benar, karena mereka yang mendapatkan pesan, mereka jugalah yang harus menemukan siapa pelakunya. Jika memang benar-benar ingin terlepas dari semua pesan, terutama penampakan wanita seram itu.

.

Keesokan harinya, di kantin sekolah. Mereka kembali membahas tentang rencana menemukan pelaku. Terlebih dahulu membahas siapa gerangan kandidat pelaku. Baru mereka bisa menyelidiki siapa pelakunya.

"Gue rasa orang itu ada di dekat kita." Red berpendapat.

"Bisa jadi, tapi gue yakin orang itu kenal kita banget. Bisa jadi temen sekelas atau bahkan temen SMP kita." Pendapat Lutfi mendapat pro dan kontra dari teman-temannya.

"Kalau menurut gue sih enggak Lut. Pelakunya pasti pinter banget. Banyak akal. Gue rasa kalau temen sekelas kita kayaknya enggak. Mereka cenderung bodo amat dan malas melakukan hal seperti ini," kata Abu.

Semuanya mengangguk, membenarkan perkataan Abu. Mereka masih berusaha mencari dalam proses pertama dan ini sudah mempusingkan, bagaimana jika mereka harus menyelidiki. Namun lagi-lagi mereka harus melakukan hal ini jika ingin semuanya kembali normal.

"Dendam kesumat, pelaku pintar. Itu dugaan sementara," ujar Tito seraya mencatat.

Ia rasa hal ini perlu, karena raa-rata mereka pelupa, Tito mengambil inisiatif untuk mencatatnya.

"Tambahin To. Yang jelas orang itu bukan anak SMA. Dia udah dewasa. Yakin gue." Abu menyampaikan pendapatnya. Dan mendapat anggukan dari lainnya.

"Oke. Dendam kesumat, pintar, bukan anak-anak. Begini?"

"Ya."

"Dan menurut kalian, siapa yang cocok jadi pelaku?" Andre akhirnya bersuara.

"Gue rasa ini orang tertutup. Dia lebih suka memperhatikan dari jauh dan ... Misterius."

"Pak KepSek?" Lutfi berkata sembari menutup mulut. Takut didengar yang lain.

"KepSek? Lo yakin?" tanya Abu.

"Nggak sih. Cuma gue perhatiin beliau misterius banget. Tapi bisa jadi dia pelakunya."

Red terdiam sebelum menyuarakan pendapatnya. "Kalau Pak KepSek, motifnya apaan? Masa iya dia punya dendam?"

"Bisa jadi. Dia tertutup, karena gue perhatiin dia lebih sering nelfon sama seseorang. Dia sering banget ngomong dengan suara kecil dan sering banget bisik-bisik sama kaki tangannya," ujar Andre.

"Tau dari mana lo?" tudung Tito.

"Kayak nggak tau Andre aja. Dia sering remed. Sering juga dipanggil ke ruang kepsek karena sering banget telat. Dia juga pernah disuruh bersihin ruang KepSek." Lutfi tertawa setelah mengatakannya.

"Oke. Catat KepSek sebagai dugaan. Gue rasa dia emang sedikit misterius," putus Abu dengan tegas.

Bersambung...

A/N

Akhirnya boom update. Tujuh bab buat hari ini. Huaaah.

060119

Midnight MessageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang