KESEMPATAN KEDUA

11K 462 7
                                    

Nina bersiap pergi ke kantor, dia merias diri dan bercermin. Dia memakai heelsnya dan jalan menuju keluar pintu, tapi Andi telah berdiri tegap di depannya. Nina tidak peduli dengan keberadaan mantan pacarnya itu, dia mengunci pintu dan terus berjalan memandang ke depan. Lalu dengan cepat Andi menarik tangannya.

"Lepas!," bentak Nina sambil berusaha melepaskan tangannya.

"Nina maafin aku, Nin. Kemarin Aku khilaf," ucap Andi.

Nina berdiri tegap dan bertolak pinggang. Dia menatap Andi dengan tatapan yang begitu sinis dan jahat.

"Khilaf? Enak ya khilafnya? Tahan berapa lama sama Dinda?," ucap Nina dengan gayanya yang tengil.

"Nin, kasih kesempatan aku sekali lagi," Andi memohon.

Randy memakirkan mobilnya di depan kontrakan Nina, dari kaca mobil dia melihat Andi yang sedang memegang tangan Nina.

"Duh!!! Ada yang pegang tangan calon nyonya gue nih! Ini mah enggak bisa di kasih kesempatan," ucap Randy dari dalam mobil sambil menggeleng.

Seketika itu Randy keluar dari mobil, nampaknya dia tidak rela jika ada yang memegang tangan halus gebetannya itu, dia segera berlari mendekat ke mereka yang sedang berdebat, dia merebut tangan Nina dari genggaman Andi. Andi merasa kesal dan menatap tajam kearah Randy.

"Lu ngapain sih ikut campur masalah gue sama Nina?," tanya Andi dengan kesal.

"Ck ck ck yang ada juga lu itu! ngapain gangguin Nina lagi?," ucap Randy dengan gaya yang tengil.

"Udah Ran. Kita pergi aja," pinta Nina sambil menggandeng tangan Randy.

"Lihatkan Nina aja pilih gue. Bye tuan Mahesa," ledek Randy.

Nina dan Randy pun berjalan menuju mobil sambil bergandengam tangan. Randy membukakan pintu untuk Nina. Sebelum menjalankan mobilnya Randy melambaikan tangan kearah Andi dengan senyuman yang menyebalkan.

***

Randy melajukan mobilnya, tapi berbeda arah dengan arah menuju Rumah sakit. Nina tampak bingung sambil memperhatikan jalan yang sedang di lewati.

"Ran, emang ke kantor bisa lewat sini ya?," tanya Nina sambil memperhatikan jalan.

"Siapa bilang kita mau ke kantor!"

Nina langsung menoleh, dia mengernyitkan alisnya.

"Gue udah firasat buruk sih kalau udah di ajak sama lu, Ran. Pasti ujung nya enggak pernah beres"

"Hahahha lu itu, Nin, Selalu aja berpikiran buruk tentang gue. Ketampanan gue ini enggak cukup meluluhkan lu ya?"

"Jangan salahkan gue kalau gue muntah di mobil ini ya!"

"Muntahin baju aku juga boleh"

Nina memalingkan wajahnya lalu kembali memperhatikan jalan.

Tiba - tiba Mobil Randy memasuki ke area pemakaman. Itu membuat Nina penuh kebingungan.

"Lah lah kok," ucap Nina dalam hati sambil melongo - melongo.

Randy menghentikan mobilnya lalu turun. Nina pun turut mengikutinya meski di pikirannya penuh pertanyaan.

"Mau ngapain ke kuburan?," pikirnya.

Randy mengeluarkan bucket bunga mawar merah dari bagasinya. Nina terus mengikuti langkah Randy di belakang.

Mereka terus saja berjalan, Nina pun membuntuti kemanapun Randy melangkah, sambil menengok kanan - kiri, melihat kuburan yang berbaris. Kemudian Randy berhenti di sebuah makam yang terisi 2 orang.

"Lah katanya belum pernah nikah? Tapi ini udah punya anak! Pasti Tere ini istrinya kan?. Oh jadi dia ini duda toh, ih duda ngaku belum pernah nikah," Nina berbicara di dalam hati.


Randy tak menghabiskan waktu lama disana. Merekapun kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan.

***

Lanjutan kisah ini tersedia di google playbook.
Link di profil.

COMPLICATED (tersedia di Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang