BAB 2

29 11 0
                                    

Tata memerhatikan penjelasan guru di depan kelas dengan niat-gak-niat. Soalnya jam pertama di kelas Tata hari ini adalah Matematika. Dan Tata memang enggak pernah bersahabat dengan pelajaran-pelajaran itu.

"Tau gak, Ta? Sedikit lagi Kim Soo Hyun selesai wamil tau."

Untung saja ada Salsa-teman sebangku sekaligus sahabatnya-yang sebelas-dua belas dengan Tata.

"Oh ya? Bagus dong, aku juga gak sabar tau mau liat Kim Soo Hyun comeback." ujar Tata dengan senyum lima dolar.

Salsa tersenyum lebar. Lalu kembali menggulir layar ponselnya, yang menampilkan feeds instagram milik aktor Drama Korea yang satu itu. Karena bangku mereka yang berada di belakang-tepatnya sih di barisan kedua dari belakang-membuat Salsa lebih mudah untuk diam-diam membuka ponsel.

Murid teladan banget 'kan?

Setelah itu guru selesai menjelaskan dan menyuruh para murid untuk mengerjakan soal yang di berikan. Sementara Tata yang agak 'mendingan' dari Salsa mulai mencatat soal di papan tulis. Soal-nya doang sih, karena Tata sendiri enggak yakin apa bisa menjawab atau engga.

"Kerjain ya, Ta, ntar gue liat."

Tata menatap Salsa sekilas. "Kamu kebiasaan, Sa, enggak mau usaha dulu." ujar Tata sambil mencoret catatannya yang salah. "Aku pinjem pulpenmu aja, Sa."

Salsa mendengus. "Lo juga kebiasaan, selalu pelit sama tinta pulpen. Padahal buat lo-lo juga." ujar Salsa sambil mengeluarkan pulpen dari tempat pensilnya.

Tata nyengir. "Ini tuh namanya simbolis mutualisme, lho, Sa."

***

Athar menghitung soal Fisika yang terpampang di buku LKS-nya. Berbeda dengan ketiga temannya yang malah asyik dengan ponsel, dan tinggal menjiplak hasil hitungannya saat selesai nanti. Athar justru terlihat sangat anteng dengan soal di hadapannya.

"Woi, pinjem pulpen dong, Thar." Bayu salah satu temannya menyenggol bahu Athar. Membuat Athar melotot karena catatannya tercoret sedikit.

"Buat apaan? Nulis juga enggak lo." Athar kembali menulis, lalu bergumam. "Cos enam puluh derajat..."

Bayu mendengus, tapi memilih untuk tidak menganggu Athar yang lagi konsentarasi. Selain karena Athar yang kalau udah marah itu nyeremin, Bayu juga takut Athar gak memberi contekan padanya.

Bayu yang mulai bosan langsung menoleh ke belakang, demi melihat Tian dan Wendy yang sedang asyik main game online. Tanpa babibu Bayu langsung merebut ponsel milik Wendy yang di pakai untuk main.

"Kambing, balikin gak, afk ntar." seru Wendy sambil melotot.

"Yaelah, masih classic aja belagunya bukan main. Biar yang udah legend yang mainin." ujar Bayu sambil menepuk-nepuk dadanya bangga.

Wendy mencibir lalu berusaha merebut kembali ponselnya. Hingga terjadi keributan antara mereka. Wendy yang ngotot minta ponselnya di balikin, dan Bayu yang enggak mau mengembalikan. Tian yang melihat keributan itu, bukannya melerai justru malah tertawa. Apalagi saat Wendy menjambak rambut Bayu sehingga kepala cowok itu tertarik ke belakang, membuat tawa Tian makin keras.

Hingga Wendy yang enggak tahan lagi, keluar dari bangkunya dan mendorong Bayu sehingga tubuh Bayu mengenai Athar yang sedang berhitung. Hal itu membuat mereka secara spontan menghentikan kegiatan mereka.

Dan secara bersamaan menahan napas saat mata hitam tajam Athar menatap mereka bertiga bergantian.

"Lo bertiga," Athar menatap mereka berurutan, lalu menujuk wajah mereka dengan pulpen, "Kalau gak bisa diem, jangan harap gue kasih contekan."

Setelah itu seperti seorang babu pada majikan, mereka semua serentak diam dan duduk dengan tenang.

Bayu yang enggak mau kena semprot, langsung mengembalikan ponsel milik Wendy dan mengusap dadanya, gue lebih rela gabut akut daripada kena semprot Athar dan gak di kasih contekan.

FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang