BAB 7

7 3 0
                                    

Tata melangkahkan kakinya yang di balut sepatu converse berwarna hitam menuju ke ruang guru yang ada di ujung koridor kelas dua belas.

Tata baru saja dari kelas Athar, tapi teman-teman Athar bilang kalau cowok itu ada di ruang guru. Mengurus olimpiade. Membuat Tata diam-diam berdecak jengkel karena Athar tidak memberitahu apa-apa.

Bertepatan dengan itu, Tata melihat Athar dan seorang gadis cantik di sampingnya yang baru saja keluar dari ruang guru. Buru-buru Tata mengejar mereka.

"ATHAR!!"

Athar menoleh, pun dengan gadis di sampingnya. Saat sampai di depan Athar, Tata sedikit membungkuk untuk mengatur napasnya yang satu-satu karena habis berlari.

Iya, Tata emang selemah itu. Lari dikit aja langsung ngos-ngosan, deh.

Athar menaikkan alisnya melihat Tata. "Lho, Ta, gue pikir nunggu di parkiran." ujar Athar sambil memasukkan sebelah tangannya ke saku celana.

Tata mengakkan badannya, lalu menggeleng-walau masih ngos-ngosan. "Enggak lah, aku ke kelas kamu, tapi temen-temenmu bilang kamu lagi di ruang guru tadi."

Athar mengangguk.

Tata yang merasa kalau di perhatikan langsung sadar kalau Athar tadi tidak sendirian. Tata tersenyum pada gadis yang bersama Athar tadi, dan gadis itu membalasnya. Menampilkan lesung pipitnya, yang membuat gadis itu semakin cantik.

"Hai, Amel." gadis itu mengulurkan tangannya. Mengenalkan diri.

Dan buru-buru Tata menyambut. Tidak lupa menyebutkan namanya juga.

Tidak lama kemudian, Amel pamit pulang karena Ayahnya sudah menjemput. Meninggalkan Tata dengan wajah masamnya, dan Athar dengan ekspresi datarnya.

"Gue berangkat minggu depan. Olimpiadenya di Bandung, Ta." jelas Athar yang sangat tau alasan kenapa Tata berwajah masam seperti itu.

Di tempatnya, Tata makin cemberut. "Kenapa enggak bilang-bilang sih, aku malah tau-nya dari temen-temenmu."

"Yang penting sekarang udah tau kan?" ujar Athar, "Lagian, gue juga baru daftar tadi."

Tata masih menatap Athar dengan mata menyipit. Tidak tahan, Athar langsung menarik tangan Tata menuju parkiran motor.

"Gausah lebay kayak anak alay, deh."

***

Athar : bsk gue dluan. Mau keperpus, bljr.

Tata cemberut membaca pesan dari Athar. Terpaksa deh, besok Tata harus minta Ayah mengantarnya ke sekolah.

Tata bukannya enggak seneng sih, kalau Athar ikut olimpiade. Tata malah bangga punya sahabaf yang pintar. Tapi masalahnya, Tata jadi susah. Tata harus bangun lebih pagi kalau berangkat sekolah bersama Ayah. Apalagi Ayah itu sangat disiplin.

Biasanya kalau Athar akan mengikuti olimpiade, cowok itu akan berangkat lebih pagi dari Tata. Menuju ke perpus, dan belajar di sana sampai jam masuk berbunyi. Lalu akan mengulangnya lagi saat jam istirahat tiba. Membaca materi, dan berlatih soal seharian.

Ya, Athar memang se-ambisius itu.

Jangankan mengikuti olimpiade, bahkan jika sedang ulangan sekalipun, Athar lebih betah tinggal di kamarnya, berlatih soal, daripada pergi kemana-mana. Dulu bahkan Tata sampai kaget, melihat Athar yang mengerjakan tugas Fisika semester dua. Padahal jelas-jelas saat itu mereka masih ada di semester satu. Yang otomatis materi-nya pun belum diajari oleh guru. Tapi Athar dengan pintarnya, bisa mengerjakan semua soal-soal itu.

Luar binasa sekali, 'kan.

Tapi kadang sifat Athar yang ambisius seperti itu, membuat Tata gemas sekaligus kagum. Kagum karena di usianya yang masih remaja, Athar sudah tau apa yang dia ingin capai di masa depan. Gemas karena tidak jarang Tata selalu jadi korban Athar.

Maksudnya selalu di omelin, karena Tata yang kadang-kadang males ngerjain tugas.
Apalagi kalau eksak.

Tata juga kadang heran, kenapa sih, menghapal rumus eksak jadi begitu susah untuknya? Padahal menghapal wajah-wajah orang korea-yang kata orang-orang mirip semua-begitu mudah untuk Tata.

Ah, Tata jadi pusing karena mikirin Athar dan sifat ambisius-nya itu. Jadi lebih baik malam ini, Tata tidur lebih cepat saja, kalau gak mau kesiangan dan di tinggal Ayah.

***















FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang