BAB 6

11 3 0
                                    

"Eee.. Thar."

Athar yang sedang mengobrol bersama ketiga temannya, mendongak saat suara seorang gadis memanggil namanya.

Amel.

Terlihat gadis berlesung pipi dengan rambut sepunggung itu berdiri di hadapan Athar dengan kedua tangan saling tertaut, serta senyuman canggung.

Melihat bahwa Amel-lah yang memanggil Athar, sontak ketiga temannya mulai usil. Melancarkan aksi konyol mereka.

"Eh, Amel cantik, kenapa, Mel? Mau nyariin Aa' Athar yaaa?" Bayu menggoda Amel dengan perkataan konyolnya. Yang sontak membuat Athar menggeplak kepala cowok dengan rambut cepak itu.

Tidak berhenti sampai di situ, Wendy malah ikut-ikutan. "Wis, Abang Athar nih ya, pagi-pagi udah diapelin cewek cantik ajaaa."

"Diapelin? Dijerukin aja dong." Tian menyaut. Membuat mereka sontak tertawa keras. Membuat Athar berdecak jengkel, lalu melempar kepala mereka bertiga dengan buku tebal di mejanya.

Tidak peduli dengan ketiga temannya yang mengaduh, Athar menoleh pada Amel yang makin kelihatan gugup. Padahal dia hanya akan bicara dengan teman sekelas, kenapa harus segugup itu coba?

Ah, pasti karena godaan ketiga temannya. Mereka bertiga memang sangat suka menggoda cewek pintar di hadapannya itu. Apalagi karena katanya Amel menyukai Athar. Padahal menurut Athar sendiri itu enggak mungkin sama sekali.

Biasalah cowok, enggak peka.

"Kenapa, Mel?" tanya Athar sambil menaikkan sebelah alisnya. Tidak sadar kalau tindakannya itu membuat cewek di hadapannya menggigit bibir bagian dalamnya.

Ayolah, Mel, jangan kayak orang bego deh.

Amel berdehem sebelum bicara. "Bu Mita bilang, bakal ada olimpiade Fisika dan Matematika lagi, dia mau lo ikut berpatisipasi. Gimana?"

Athar mengangguk kecil. "Oooh, kirain gue kenapa," ujar Athar, "Kenapa Bu Mita gak bilang sendiri sama gue?"

"Belum sempet katanya. Dia minta tolong sama gue." sahut Amel cepat.

"Oke, ntar gue kabarin lagi ya?"

"Kalau mau, pulang sekolah nanti, Bu Mita minta kita dateng ke ruang guru, Thar."

"Oke, liat ntar aja."

Amel mengangguk. Setelah berpamitan pada Athar dan ketiga temannya-walaupum mereka masih menggodanya-Amel langsung kembali ke tempat duduknya.

Athar memang sering mengikuti olimpiade. Kadang bersama Amel, atau perwakilan dari kelas yang lain. Biasanya olimpiade yang diikuti oleh Athar mengharuskan dirinya menginap beberapa hari, karena di laksanakan di luar kota. Dan Athar juga bersyukur sih, karena sekolah mereka selalu pulang dengan kemenangan. Walau enggak selalu juara pertama, tapi tidak pernah keluar dari juara tiga besar.

Seenggaknya perjuangan belajar sampe begadangnya membuahkan hasil. Kalau enggak kan, nyesek banget.

"Thar, mending lo sama Amel aja deh. Udah cantik, pinter lagi. Sayang, tuh cewek naksirnya cowok kaku kayak lo." ujar Wendy menyerocos, "Coba kalau naksir gue, pasti bahagia deh."

"Halah," Tian menempeleng kepala Wendy, "Mana mau Amel sama cowok buluk kayak lo."

Wendy melotot. "Sialan ya lo semua. Belum pernah di ceburin ke kali di belakang sekolah, 'kan?"

Sontak mereka semua tertawa.

***

Pagi ini setelah upacara Tata sedang sibuk menyalin tugas Kimia milik salah satu teman sekelasnya, Citra.

Kalau seandainya Tata enggak lupa dan bangun kesiangan sih, dia bisa minta ajarin dulu sama Athar. Huh.

"Udah belum, Ta?" tanya Salsa. Salsa sedang menunggu Tata selesai menyalin, yang kemudian akan di salinnya lagi. Soalnya Salsa ini nulisnya lambat, makanya lebih baik pinjem punya Tata saja nanti. Salsa juga enggak takut walaupun nanti bakal di omelin guru. Tipikal orang yang santai abis.

"Sebentar lagi, Sa, sabar." jawab Tata tanpa berhenti menulis.

Tepat saat Bu Resty-guru Kimia mereka-memasuki kelas, Tata berhasil menyelesaikan tugasnya. Tata menghembuskan napas lega, lalu meregangkan jari-jarinya yang pegal karena menulis sebanyak itu.

Tata menoleh pada Salsa. "Sa, Bu Resty-nya udah masuk, gimana dong?"

Salsa malah nyengir. "Santai dong, kayak gak tau gue aja. Paling cuma di omelin bentar doang." ujar Salsa. Lalu cewek itu mengambil pulpen dan mulai menyalin. Sangat santai, seakan-akan Salsa bukannya sedang mengerjakan tugas, tapi menulis buku harian. Bahkan sambil mengunyah permen karet.

Tata mencebik melihat kelakuan temannya yang satu itu. "Karepmu lah, Sa." ucap Tata sambil melangkah menuju bangku Citra. Mengembalikan buku.

***

FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang