2. Buku Sakti Arial

31.4K 1.9K 227
                                    

Setelah selesai mencari buku, dan untungnya Ayah Adara juga tidak telat untuk datang menjemput. Adara senang telah membawa banyak buku yang siap disantap di rumah nantinya.

Entah kenapa saat Ayahnya ada di depan toko buku. Ia langsung menghampirinya tanpa memikirkan dengan siapa tadi ia berjalan.

Hingga yang ada dipikirkan Adara saat ini adalah:

ADARA LUPA KALAU ARIAL PULANG NAIK APA?!

Bahkan Adara tidak ingat sama sekali apakah Arial berangkat futsal naik sepeda atau tidak. Atau tadinya berangkat bersama Bimo atau Elang dengan motor. Tapi kalau sampai benar naik sepeda. Iya tahu sekali kalau gramedia dengan sekolahnya itu jaraknya cukup jauh.

Seketika jantung Adara berdetak dua kali lebih cepat dari sebelumnya."

"Ayah."
"Adara kayaknya ketinggalan sesuatu deh di toko buku tadi."
"Serius Nak?" tanya Ayah lalu melirik ke arah gadis kesayangannya itu. "Yang ketinggalan apa Nak?" tanya Ayah lagi.

"Em, itu Yah, apa sih namanya... oh iya pulpen kesayangan Adara!! Please Yah puter balik ya? Oke? Ayah kan pahlawan yang baik."

Ayah Adara tersenyum, "Tentu saja sayang, oke kita putar balik ya."

Adara menghembuskan napas lega seraya berkata, "Terima kasih Ayah! Sayang deh sama Ayah."

Setelah putar balik mata Adara tak henti-hentinya melihat pinggiran jalan untuk memastikan apakah Arial sudah mengayuh sepedanya pulang atau belum. Adara hanya takut kalau Arial kenapa-kenapa?

Atau Adara takut kalau besok tidak bisa melihat Arial lagi di sekolah?

Hei, pikiran apa sih yang selalu terputar dalam memori? Pekiknya dalam hati. Mengapa ia bisa se-per-hatian itu dengan Arial yang baru saja sehari ia kenal?

"Nah sudah sampai sayang, Ayah tunggu di mobil ya."
"Baik yah."

Adara segera turun dari mobil. Mencari Arial di basement toko buku itu. Sampai berlari ke arah lapangan futsal yang Arial gunakan tadi. Semuanya nihil.

Arial sudah pulang. Semesta, Arial sudah pulang, lantas kenapa aku masih memikirkannya? Dia laki-laki yang kuat, lantas kenapa aku mengkhawatirkannya? Dia orang yang baru saja masuk ke duniaku, lantas kenapa perlahan berubah menjadi poros semestaku? Adara bertanya-tanya pada dirinya sendiri sampai air matanya berlinang satu tetes kemudian ia sekap dan hapus oleh jemari tangannya.

Arial jahat! Arial nggak boleh terlalu perhatian sama Adara. Adara nggak pernah ngerasain yang namanya jatuh cinta. Adara nggak mau. Nanti Adara jadi nggak fokus belajar.

Arial jahat, walaupun Arial nggak kasih bekas luka apa-apa.

Arial jahat, walaupun Arial sudah teramat sangat baik hati.

Arial jahat, karena sudah masuk ke hati Adara tanpa permisi lalu mendirikan sebuah rumah di sana.

Karena yang dicari pun tak kunjung ditemui. Adara memutuskan untuk kembali ke mobil.

"Kayaknya udah ilang deh Yah."
"Yah, mau masuk ke toko bukunya lagi buat beli?"
"Udah nggak apa-apa Yah, nanti malah kemaleman lagi pulangnya."
"Ya udah, kita pulang sekarang ya. Adara jangan cemberut dong."

***

Keesokan harinya, Adara tidak menghabiskan sarapan yang sudah dibuat Bi Irna, oh iya, Bi Irna sudah merawat Adara sejak ibunya masih ada. Tapi setelah ibunya sakit-sakitan sejak di Bandung, sampai seluruh dokter-dokter hebat rekan Ayahnya turut membantu. Namun takdir tetap berkata lain. Ternyata Tuhan lebih sayang dengan ibunya, Tuhan memberikan surga lebih dulu untuk tempat perempuan terbaik di hati Adara itu.

Arial & AdaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang