Suasana kelas yang masih begitu ramai-ramainya karena semua anak membicarakan tentang kelegaan mereka setelah menjalani minggu-minggu berat UH (ulangan harian) dengan baik. Namun keriangan mereka seketika dibuat begitu senyap kembali dengan derap-derap langkah Arial di koridor yang baru saja kembali dari kantor dan tangannya... OH TIDAK sudah membawa kertas-kertas hasil UH yang siap dibagikan.
Seketika anak-anak kelas 12 IPA 1 langsung mengerubungi Arial di ambang pintu dan penasaran dengan nilai mereka masing-masing.
"Lihat yuk Ra," Anin mengajak Adara beranjak dari kursinya.
"Sebentar ini ada berita seruuu banget siih," Adara segera bangkit dari kursinya namun matanya masih melihat The Jakarta Post di dalam ponselnya itu dan tidak menggubris keributan sana-sini dalam kelasnya sama sekali.
"Ayoo Al bagiin aja!"
"Ini nilai keseluruhan Al? Kok banyak banget kertasnya ya?"
"Jangan sampe ada yang di remidi amin amin amin paling serius," ucap Bimo sambil mengusap wajahnya karena ngeri.
Dan ketika semuanya benar-benar mengerubungi Arial di depan papan tulis besar putih itu. Lantas semuanya menunggu ketua kelas mereka bersuara dan semua anak dipenuhi dengan wajah-wajah antusias, takut, penasaran, sekaligus pasrah menerima apa adanya yang mereka raih.
"Semua nilai ulangan harian kelas ini, yang paling tinggi di dominasi sama temen baru kita," ucap Arial seketika membuat anak-anak langsung membelalak kaget melihat Adara yang masih asik dengan ponselnya di kerumunan belakang bersebelahan dengan Anin.
Congrats Ra, rutuk Arial dalam hati.
Semua anak-anak berdecak kagum dengan tatapan woi-ni-anak baru-keren-pake-BANGET-masa!!!? Kemudian beberapa dari mereka juga menatap dengan pandangan KOK-BISA-LO-NGECHEAT YA??!! Dan ada beberapa pula yang merangkul, menepuk pundak Adara dengan takjub, dan juga langsung to the point menyanyakan MUSPATRA itu.
Padahal kalau di kelas, Adara tidak terlihat dan mungkin saja tidak ingin memperlihatkan seberapa besar kejeniusannya, karena what the hell, untuk apa? biar dihargai teman-teman? Atau ups, agar terlihat lebih pandai dari yang lain? Ia lebih terlihat seperti kebanyakan siswa lainnya yang jarang maju meskipun hadiahnya adalah cokelat dan susu kotak yang begitu enak dan bisa menjadi teman di waktu istirahat, belajar pun kalau ada guru, juga masih sering main ponsel kalau jam kosong, bahkan tertidur di kelas kalau lagi ngantuk-ngantuknya.
Hasil ulangan di letakkan di meja guru dan membuat semua siswa begitu histeris, langsung mengambil kertas mereka, jangan sampai terlihat oleh teman-teman yang lain.
Adara mengambil hasil kertasnya dan masih belum percaya, karena performanya saat ulangan harian tidak bagus-bagus amat.
Namun sebelum ia benar-benar duduk di kursi, tercetak senyum untuk dirinya sendiri, Dear my self, you did it! Congrats.
Tidak ada penyesalan sama sekali Adara membeli buku-buku SBMPTN sedari awal saat pertama kali bertemu dengan Arial dan saat itu pun ditemani dengan Arial. Tak ada rasa kecewa karena setiap malamnya ia biasa membaca buku-buku mitologi yang seharusnya bukan cakupannya tapi tak apa karena untuk mengatasi rasa insomnia dan menghadirkan rasa lelah agar Adara bisa lekas tidur dan berselimut dengan mimpi, karena Adara begitu menyukai—menghargai bidang-bidang keilmuan dan itu menarik minat baca dirinya sendiri.
Saat Arial sudah mengambil kertas nilainya kemudian berhenti sejenak untuk meratapi nilainya, sedetik, dua detik. Adara begitu sulit menerka air muka Arial yang begitu gamang dan samar. Namun ketika lelaki itu berjalan menuju kursinya, Adara sangat menunggu bagaimana reaksi Arial namun ternyata, lelaki itu beranjak pergi begitu saja dan meletakkan kertas UH di atas mejanya tanpa sepatah kata apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arial & Adara
Teen Fiction[ TERSEDIA DI TOKO BUKU SELURUH INDONESIA ] Di sudut Kota Solo, di rengkuh semesta yang sedih melihat pemuda bernama Arial Sakti Dhanurendra. Pasalnya, Arial yang dikenal rajin, berwibawa, dan baik hati itu ternyata memiliki keluarganya tidak seharm...