3. Surat kabar sore ini

28.8K 2.6K 356
                                    

Suasana kantin memang masih ramai, makan sendiri pun sebenarnya tidak apa-apa karena ya memangnya kenapa? Tapi sayangnya empati Adara pun masih memancar kuat sehingga ia mana tega makan sendirian di sini lalu melupakan Arial yang sedang bersusah hati.

Di detik setelahnya Adara ingin menyusul langkah Arial dan sebelumnya berkata, "Maaf Bu, pesanannya kami makan nanti ya."

"Yah, ini udah jadi Mbak, gimana ya?" tanya ibu penjual tampak bingung karena sudah menyuguhkan dua mangkuk bakso panas yang siap disantap.

Adara menghembuskan napas berat kemudian tampak berpikir sejenak, "Ya udah, ini uangnya ya Buk. Nanti saya dan teman saya balik lagi ke sini."

Setelah meletakkan uangnya di atas meja, Adara menghampiri kelasnya yang sudah ramai, dilihatnya Arial yang sedang merapikan kertas-kertas buku yang sudah berhamburan di lantai.

"Kamu itu maunya apa sih Lev? Kalau kamu bego ya bego aja! Hhh, dasar pengecut! Kamu nggak bisa salip juara umumnya Arial dari dulu dan bikin kekacauan di sini?! Malu-maluin IPA 2 banget!"

Baru saja tiba Adara sudah disambut suara-suara yang tidak mengenakkan sekali untuk diterima telinga.

"Haha," Levina tertawa dengan mendongakkan kepalanya ke atas menunjukkan sekali sifat keangkuhan dan kemaha-cerdasannnya, "Lho aku nggak salah kan kalau ngomong anak-anak kelas 12 IPA 1 semuanya bodoh? Cuma ngandelin buku sakti Arial doang? Hhh, sampah banget sih kalian!"

"Eh kamu bilang apa, kita semua bodoh?" Adara angkat suara.

Ketika suara Adara mengudara, Arial berusaha mencegah bahu Adara yang sepertinya nampak kesal.

"Yang bodoh itu kamu Lev! Percuma banget kalo kamu pinter tapi attitude kamu 0 besar! Apalagi nggak bisa hargain hasil kerja keras orang kayak gini, Arial salah apa sih sama kamu?!"

Arial menepuk pundak Adara yang nampak emosi, kemudian berdiri di sampingnya seraya berbisik ke telinga perempuan itu, "Udah nggak apa-apa Ra, buku gue masih baik-baik aja kok."

"Haha, kamu yang anak baru itu ya? SMAN 2 Bandung itu bagus lho. Kamu bego, tolol apa gimana ya? Atau dikeluarin dari sana makanya nggak sanggup bertahan di sana? Mana masuknya kelas 12 IPA 1, yang katanya kelas genius, sayang banget deh kamu, tambah bego deh nanti bergaul sama mereka-mereka ini."

"Lev cukup," sahut Arial sambil memegang pundak Adara. Ia menatap mata Levana tajam, deru napasnya sudah tak karuan. Namun masih ia usahakan untuk tetap tenang. Sebenarnya Arial tahu kalau Levana sudah tidak menyukai keberadaanya sejak kelas 10. Namun baru kali ini Levana melakukan pemberontakan yang sebenarnya amat bodoh dan malah menurunkan derajat "anak cerdas" yang disandang perempuan congkak itu.

"Kamu kalau mau hina saya. Kata-katain saya sepuas kamu silakan, tapi jangan cela Adara, atau teman-teman saya mereka nggak salah apa-apa Lev!" Rahang Arial tampak mengeras.

"Dapuranmu cah, tak doakke koe ra lulus sesok, ra entok SNMPTN, ra lulus SBMPTN, sombong men dadi menuso," ucap Bimo sepertinya sudah sangat kesal.

"Asu tenan cuk!" sahut Elang setuju dengan ucapan Bimo.

"Lev, aku nggak nyangka aja selama ini, aku kira kamu baik banget. Ternyata, kamu malah nyakitin Arial yang udah baik banget dan emang dia punya salah apa sih sama kamu?" tanya Aurel teman kelas Adara.

"Salah Arial? Salah Arial itu karena dia nggak ngasih tempat buat aku ada di posisi pertama!" Levina pun beranjak pergi ke kelasnya dengan menubruk lengan Arial yang dari tadi diam saja, menatap nanar buku saktinya yang sudah berantakan kemana-mana.

Arial & AdaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang