9. Tanya yang Mengudara

17K 2K 266
                                    

Apakah kamu akan mengerti Al? Ketika sebuah berita di lini masa menyebut namamu menjadi korban kejahatan manusia tak berperi kemanusiaan itu, aku sangat hancur.

Apakah kamu rasakan Al? Ini salahku. Salahku mengizinkanmu untuk mengantarku pulang, padahal aku bisa pulang sendiri, padahal pun kamu masih lemah dan butuh banyak istirahat. Ini hanya egoku, egoku yang terlalu ingin selalu di sampingmu, dekat denganmu.

Apakah kamu bisa bayangkan Al? Tentang luka yang tak terlihat di dalam hatiku ini, aku bingung dulu Adara yang polos dan tidak mengerti apapun tentang yang namanya cinta, kini malah jadi terjatuh dan terseret akannya.

Tunggu sebentar,

Tapi apakah perasaan ini bisa disebut sebagai cinta, Al? Jikalau cinta katanya selalu ada perasaan bahagia namun mengapa luka dan air mata yang mendominasi antara kita berdua? Namun mengapa harus selalu ada rasa sakit yang kian menghimpit? Apakah itu yang sebenarnya dinamakan cinta Al?

Ayo jawab Al, jawab! Izinkanlah aku mendengar suaramu, suara lembut nan menenangkan itu Al.

Aku hanyalah pecundang, tak apa kuakui memang begitu. Yang hanya berani menulis surat di balik lembaran kertas kosong lalu kusimpan diam-diam di balik tumpukan buku-buku tebalku. Biarlah ini menjadi rahasia sekaligus pelampiasanku; pelampiasan tentang betapa indah cerita dan lika-liku serta "rasa sakit" di antara kita berdua.

Sekali lagi aku ingin bertanya, apakah ini bisa disebut sebagai cinta Al? Toh kata mereka cinta itu sebuah pengorbanan. Tapi mengapa harus selalu kamu yang berkorban untukku Al? Apakah pengorbanan itu harus dengan keadaanmu yang kian terpuruk, kesehatanmu yang kian menurun, juga tentang kondisi ekonomi keluargamu yang seharusnya dipikirkan oleh Ayahmu namun semua malah dipikul hingga menjadi beban di pikiranmu? Hingga terkadang nyeri di kepalamu membuatmu jatuh tak sadarkan diri begitu saja?

Aku hanya tak habis pikir Al, entah apa rencana Tuhan mengapa aku bisa pindah ke Solo dan dipertemukan olehmu di Sedati Rama? Mengapa tidak di sekolah lain? Mengapa tidak di kelas IPA yang lain? Atau mengapa tidak di kursi yang lain? Asal tidak bersebelahan denganmu Al? Dari berjuta-juta manusia di bumi, kenapa Tuhan memilihmu? Akankah aku disuruh belajar banyak hal tentang nilai-nilai kehidupan, kemanusiaan, dan betapa arti penting keikhlasan?

Denganmu, aku sudah belajar banyak tentang itu Al. Tentang sebuah senyuman untuk melapisi betapa basahnya luka yang baru saja tercipta, betapa sedihnya kita jika orang-orang terdekat merasakan hal yang sama. Untuk itu aku mohon agar semesta tidak lagi memberikan luka itu padamu.

Kamu baik Al, kamu yang rasakan luka dan kamu sembunyikan di bawah langit jingga hingga senyap dan tak ada yang tahu. Namun semakin kau begitu, kamu perlahan membuhuh jiwaku Al, tolong jangan bermain petak umpet di sini.

Sebentar lagi aku dan Ayah akan berusaha mencarimu, berusaha mengembalikan kesehatanmu, memulangkan rasa sedihmu, meninggikan kembali harap dan mimpi-mimpimu. Untuk itu, jaga dirimu baik-baik ya. Tuhan selalu bersamamu Al, doaku menyertaimu.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Arial & AdaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang