ADARA THAMRIN
Baiklah, sang penulis baru saja memberikan kepercayaan besar untuk memberikan pena-nya padaku setelah sebelumnya pena ini, katanya digunakan oleh sahabat terhebatku—Arial Sakti itu untuk jujur pada kalian yang katanya kalian sangat teramat sayang pada dirinya, uhm, Arial maksudku.
Karena sesungguhnya aku menyayanginya (pula) begitu dalam dan begitu luas seperti benua dan samudera.
Kali ini giliran aku yang diberikan pena secara estafet itu meskipun sebelumnya aku tidak pernah tahu Arial menceritakan apa di bab kemarin. Karena pasti kau tahu, dia adalah pemegang rahasia terhebat yang pernah ada di bumi. Aku sebenarnya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, kata sang penulis (para pembaca kesayangannya) membutuhkan aku untuk bercerita secara langsung dan luwes mengenai Arial.
Oh, baiklah.
Karena katanya juga, aku sangat lekat dan dekat dengan jenius itu. Maka dari itulah penulis membiarkan aku bercerita panjang lebar di bab ini. Oh iya hampir lupa, sang penulis pun menitipkan pesan katanya cerita ini sudah hampir habis. Maka dari itu kuminta dengan sangat (kalian pembaca kesayangan) membaca bab ini dengan baik ya.
***
Ini sudah minggu kedua aku selalu bersama dengan Arial, mulai dari pagi—siang—sore—bahkan sampai malam.
Mulai dari berjalan bersamaan di koridor menembus keramaian dan meyimpan pelbagai keheningan, juga cerita-cerita yang terus bergulir dan tak bisa kami hentikan kala kita menikmati es dawet ibu kantin ataupula disambung menikmati soto terenak dan termurah yaitu soto Pak Hadi, dan keseruan-keheningan yang melebur menjadi satu di dalam BST saat menuju tempat bimbel kami berdua. Sungguh, hari-hari yang sangat membuatku lelah itu namun menyenangkan dan selalu aku nikmati setiap harinya.
Lelaki itu memang sangat menikmati pekerjaan tambahannya sebagai tutor SD dan SMP di salah satu bimbingan belajar ternama di Kota Solo. Ia berdedikasi penuh dan bahkan sampai lupa dengan jam makannya sendiri. Karena lihatlah, meja Kak Sakti ini (panggilan adik-adik kepada Arial) selalu dipenuhi murid-murid berseragam putih biru dan didominasi perempuan yang—uhuk-uhuk, mungkin juga senang mendapatkan tutor yang ganteng dan berbakat seperti Arial.
Aku hanya bisa tersenyum tipis dari kejauhan, memang benar, dua minggu ia baru bekerja di sini sepertinya sudah berhasil menjadi tutor terfavorit. Ia hampir selalu tersenyum, oh kalian pasti tahu kan bagaimana senyum Arial? Tolong jangan buat aku tersipu dan harus menggali memori bagaimana senyuman itu merekah dari bibir tipis berwarna jingga kemerahan miliknya.
Begitu manis dan khas, apalagi dia juga memiliki eye's smile yang diikuti dengan tautan alis tebalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arial & Adara
Teen Fiction[ TERSEDIA DI TOKO BUKU SELURUH INDONESIA ] Di sudut Kota Solo, di rengkuh semesta yang sedih melihat pemuda bernama Arial Sakti Dhanurendra. Pasalnya, Arial yang dikenal rajin, berwibawa, dan baik hati itu ternyata memiliki keluarganya tidak seharm...