11. Sedikit Tentangku

15.2K 1.7K 439
                                    

ARIAL SAKTI DHANURENDRA

Aku masih mencoba berusaha baik-baik saja di depan malaikat baik ini. Jika lambat laun terbayangkan, aku hanya tumbuh menjadi beban untuk Adara, yang semakin ke sini semakin tersiksa karena adanya aku. Karena kondisi tubuhku yang kian lama kian membenci diriku sendiri, yang semula bersahabat jadi selalu berdebat.

Kalau saja Tuhan memperkenankan aku untuk dilahirkan kembali menjadi manusia yang lain, mungkin aku akan memilih menjadi manusia yang biasa saja. Manusia yang seperti pada umumnya; terkadang egois, terkadang apatis, dan terkadang pula tidak memikirkan sesama.

Ya meskipun itu sangat buruk sih permintaanku.

Namun sayangnya, Ibu dan Bapak telah memberikanku nama yang begitu teguh dan penuh makna untukku, "Arial Sakti Dhanurendra" aku sangat begitu yakin beliau tidak sembarang memberikan nama kepada bocah lanangnya itu. Pasti terselip banyak harapan-harapan baru yang beliau inginkan dari seorang aku. Dari pundak anak laki-lakinya yang kelak tumbuh menjadi "orang" yang bisa memanusiakan manusia lain.

Berat, sungguhlah berat.

Namun dari segala perjalanan panjang hingga aku duduk bersebelahan dengan perempuan yang memiliki hati lembut nan perhatian ini. Aku semakin belajar bahwa ternyata makna Arial itu adalah ketenangan. Kalau boleh kalian terka... bagaimana beruntungnya aku bisa mendapat teman yang sebegitu dalam tahunya tentang aku. Bahkan dia lebih mengenal sosok Arial daripada diriku sendiri.

Apalagi bagaimana ia yang begitu khawatir melihat darah yang begitu saja mengalir dari hidungku. Ah memang lemah sekali aku ini. Mengapa bisa tumpah di waktu yang tidak tepat? Aku jadi gagal keren kan di mata Adara.

Bagaimana bisa Adara yang baru kukenal tiga minggu yang lalu kini bisa selekat itu denganku, bisa menaruh kepercayaannya begitu kuat padaku, akankah dia tidak takut kalau suatu saat nanti aku bisa saja membuka gembok cerita itu lantas memberi tahunya pada setiap orang?

Namun bagaimana setiap luka dan liku kehidupan kurasakan, biarkanlah semua berjalan mengalir seperti tetes air hujan yang bermuara sampai pada akhirnya kembali ke lautan dan samudera luas.

Untuk saat ini aku tidak menginginkan sesuatu yang rumit nan pelik. Inginku begitu sederhana; aku hanya ingin bermanfaat untuk teman-teman, keluarga, tanpa harus sekalipun merugikan dan bahkan menyusahkan orang lain.

Tapi perjalananku menjadi Arial yang benar-benar SAKTI tidaklah bermula begitu saja. Entah mengapa sang penulis menyerahkan pena-nya begitu saja kepadaku tanpa memberitahu sebelumnya, akankah semuanya tidak perlu kututupi saat ini? Apakah memang sudah saatnya aku untuk jujur pada kalian? Ataukah memang kalian sebegitu perhatian pada kisahku hingga aku yang harus bercerita langsung? Sang penulis menyuruhku untuk jujur dan membeberkan semuanya pada pembaca.

Katanya mereka ( para pembaca ) sangat peduli dan sayang padaku, apakah memang benar, ya?

Apalagi katanya mereka ingin aku tetap hidup di sini?

Kalau aku lebih baik tinggal di surga dan merasa lebih nyaman kenapa harus berlama-lama di bumi?

Ah, tak usah dipikirkan. Jadi apakah kalian sudah benar-benar yakin membaca sedikit tentangku?

***

Semua yang terjadi di bumi, aku yakin itu adalah kehendak-Nya. Kehendak Tuhan yang pasti adalah suatu keputusan terbaik dan akan selalu ada makna yang bisa dipetik. Meski bukan saat ini. Meski bukan detik ini tapi aku yakin akan ada waktunya... nanti.

Waktu itu, aku sangat ingat sekali hari di mana Bapak begitu berkesusahan. Usaha kecil-kecilan yang dirintis oleh Bapak sejak lama, yang sangat bisa mencukupi kehidupan keluarga kecil kami bangkrut begitu saja. Tak hanya itu, bukan cuma usaha kecil-kecilan Bapak yang Ibu juga turut andil di dalamnya, namun melainkan Bapak yang dipecat secara tiba-tiba, dengan cara yang tidak menyenangkan dan tidak terhormat di kantornya.

Arial & AdaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang