Ini adalah chapter terakhir yang aku publish di wattpad. Tapi bukan akhir kisah dari mereka berdua. Kalian sudah tahu kabar baiknya bukan?
Iya... nantinya kalian bisa menikmati cerita ini secara keseluruhan dalam buku. Arial & Adara segera diterbitkan!! Ini semua berkat doa baik dari kalian semua. Terima kasih, ya.
Jenius itu sudah tidak sabar kalian membaca keseluruhannya langsung di sana. Kalau di sini mungkin ia masih belum mau jujur terlalu banyak.
Arial juga berpesan bahwa di chapter terakhir ini kalian membacanya pelan-pelan saja, ya? Oke?
Tarik napas,
Mainkan lagu atau playlist favorit kalian.Selamat membaca kawan.
***
Setelah pintu otomatis terbuka di depan sebuah mall besar di Kota Solo, Adara segera menarik tangan Arial untuk segera melangkah keluar menuju halte.
Arial merapikan rambutnya dengan jemarinya, kemudian melihat sekitaran dan tidak menyangka kalau Adara akan mengajaknya ke sini.
"Mas Al kenapa bengong begitu, ya? Ayo langsung masuk," ajak Adara.
Yang diajak bicara masih terdiam dan melihat bangunan besar di depannya, juga mall yang didesain dengan jejeran wayang di atasnya—kau pasti tau kan? Wayang termasuk dalam deretan hal-hal indah dihidup Arial.
"Harus kugandeng ya biar masuk?" tanya Adara menginterupsi Arial.
"Ehehe, ndak kok. Tapi... aku nggak punya cukup uang Ra untuk masuk ke sini, kita ketempat lain aja, ya?"
"Adara memegang ponselnya," menunjukkan tiket bioskop yang sudah ia beli melalui aplikasi online. "Semuanya udah aku beli Al, santai aja. Yuk kita masukkk, jangan lama-lama nanti filmnya keburu tayang."
"Oh iya-iya, makasih Ra," jawab Arial kikuk kemudian mengikuti langkah Adara di belakang.
Adara hanya bisa senyum-senyum melihat Arial yang begitu kaku dan kikuk jika diajak masuk ke dalam mall.
"Emang kamu ada acara apa sih Ra? Kok sampe ngajakin aku ke sini?"
"Kamu masih inget kan gimana waktu itu kamu nyebelin banget seharian? Cuma buat kasih surprise ke aku?"
Arial mengangguk, "Iya inget banget, dan aku nggak bakal lupa. Terus kenapa?"
"Jadi... aku mau traktir kamu balik deh, kan yang ulang tahun hari itu adalah aku. Udah seharusnya aku yang traktir kamu Al."Arial menggeleng, "Duh, aturan dari mana sih itu? Aku cari di UU Pemkot Solo, atau UUD RI juga nggak ada pasal yang ngatur begituan Ra."
"Ih serius banget sih Mas Al!" Adara mencubit pipi Arial yang kenyal itu.
Omong-omong tentang bagaimana mencubit pipi Arial yang menggemaskan itu, dan respons Arial setelahnya adalah tertawa atau nyengir kuda bahkan meminta pipi satunya lagi dicubit Adara. Begitu lucu dan lugu, Adara nggak bakal bisa lupa momen-momen seperti ini yang entah kapan tinggal beberapa saat lagi.
Ketika mereka sama-sama menaiki tangga eskalator, Adara selalu senang menangkap wajah Arial yang begitu menawan. Karena biasanya ya... Adara kalau tiap kali main ke mall itu pasti salah fokus alias salpok sama cowok-cowok cakep dan mulus. Ya... wajarlah mereka anak Kota dan bisa mengurus diri karena dikasih uang jajan banyak oleh orang tuanya.
Coba lihat deh Arial, ia juga begitu tampan bahkan tak kalah dengan cowok-cowok lainnya yang berseliweran sana-sini. Bahkan menurut Adara, Arial yang paling tampan di sini. Jadi Adara nggak perlu harus salpok sana-sini deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arial & Adara
Ficção Adolescente[ TERSEDIA DI TOKO BUKU SELURUH INDONESIA ] Di sudut Kota Solo, di rengkuh semesta yang sedih melihat pemuda bernama Arial Sakti Dhanurendra. Pasalnya, Arial yang dikenal rajin, berwibawa, dan baik hati itu ternyata memiliki keluarganya tidak seharm...