Adara yang sedang mengunyah beng-beng di kursi Taman Sedati Rama terbelalak kaget mendengar tawaran Arial setelah lelaki itu sudah berhasil memasukkan bola basket ke dalam ring puluhan kali.
"Kamu nggak kecapean?" hanya itu yang keluar dari mulut Adara, kemudian menatap wajah Arial yang dipenuhi keringat, jadi tambah menawan dan tampan.
Adara akan dengan sangat senang hati menemani kemanapun Arial pergi, seperti detik ini, ketika Arial meminta Adara menunggunya sebentar bermain basket di lapangan sekolah, Adara mengangguk menyetujui tanpa ada pertanyaan lagi. Adara malah sangat senang karena dengan begitu Arial jadi tidak lupa berolahraga dan mengeluarkan keringat, lagi-lagi tujuannya demi kesehatan Arial membaik.
"Tunggu sebentar ya, aku ganti baju dulu, nanti kamu risih sama aku kalo keringetan gini," ucap Arial sambil tersenyum, memperlihatkan kostum basketnya yang sungguh basah kuyup dipenuhi keringat, kemudian bergegas lari menuju toilet.
Adara hanya tersenyum dan masih asyik berselancar di pinterest untuk menemukan berbagai wallpaper keren. Karena ia tengah sendiri di lapangan sebesar ini dan Arial beranjak pergi, Adara memilih untuk berjalan menuju kantin. Menghampiri kios-kios yang masih buka untuk membeli makanan ringan.
Tak lupa membeli isotonik untuk Arial.
"Aku cariin kemana-mana taunya di sini, ngajak main petak umpet ya?" tanya Arial sembari tersenyum.
"Ngapain juga sih ahahaha, nih buat kamu Al, pasti capek kan?" Adara memberikan sebotol isotonik untuk mengganti ion tubuh Arial yang sudah terkuras tadi."Seriusan buat aku?" Tanya Arial tak percaya, "tumben baik?".
"Ish! Kenapa sih selalu nyebelin begini, bukannya bilang makasih!"
"Ahahaha aku cuma pengin sering liat kamu ngambek Ra, cute banget sih! Matur suwun Adara gemess."Adara hanya tersenyum kemudian memalingkan wajahnya untuk melihat langit sore, ah pasti sudah merah seperti tomat rebus, Arial memang paling jago untuk masalah ini.
"Tapi aku seneng banget lho nemenin kamu main basket tadi,"
"Kenapa tuh?"
"Ya karena dengan begitu kamu jadi olahraga Al, terus permainan kamu juga keren."
"Oh begitu, kirain akunya yang keren."Kamunya juga keren Al, ucap Adara dalam hati dan menyembunyikan senyumnya.
Sebenarnya Adara ingin sekali membahas surat yang diberikan Arial kepadanya semalam. Ingin sekali mempertanyakan apa maksudnya ia membawa-bawa diksi "surga" di paragraf akhirnya. Ingin menyuarakan hal-hal terpendam tapi caranya bagaimana? Nggak tau kenapa ada sesuatu yang mengganjal di hati Adara dan membiarkan gadis itu membungkam semuanya dan membiarkannya mengalir begitu saja.
Mereka berdua sudah duduk di halte BST Sedati Rama, dan tiba-tiba Adara memegang tangan kanan Arial.
"Lho kenapa nih tanganku dipegang-pegang?" tanya Arial dengan wajah kaget.
"Kasih revanol sama hansaplast, ketauan banget lukanya cuma kamu kasih air aja udah gitu nggak ada penanganan lagi. Nanti kan bisa infeksi. Gimana sih calon dokter ini," Adara segera memberikan revanol yang ia bawa kemana-mana dalam kotak tasnya juga hansaplast yang ia beli di kantin.
"Habis nonjokin siapa sih? Sok jagoan amat!"
Arial hanya tertawa-tawa nyengir sembari menahan rasa perih, "Nonjokkin tembok."
"Tuh kan tembok nggak salah apa-apa aja ditonjok? Buat apaan lagi sih Al? Ini kan mau UAS, dijaga dong Al fisik dan kesehatannya."Adara memang tidak sepenuhnya mengerti akan apa yang Arial alami. Tapi dengan begitu, hadirnya saja bisa menyembuhkan luka lama di hati. Jadi bimbang kalau Arial pergi siapakah orang yang menjaga Adara nanti?
"Yuk naik," Arial menggenggam tangan Adara hingga sampai di bus dan duduk bersebelahan.
"Jadi kita mau kemana?"
"Banyak tempat yang pengin aku kunjungi,"
"Oke, jangan lama-lama."
"Kamu ada acara bareng Ayah ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arial & Adara
Ficção Adolescente[ TERSEDIA DI TOKO BUKU SELURUH INDONESIA ] Di sudut Kota Solo, di rengkuh semesta yang sedih melihat pemuda bernama Arial Sakti Dhanurendra. Pasalnya, Arial yang dikenal rajin, berwibawa, dan baik hati itu ternyata memiliki keluarganya tidak seharm...