november-februari.

726 55 5
                                    


*2018

" jauh ya, sekitar 3-4 bulanan"
" bulannya aja jauh, kitanya deket"
" seandainya kamu yang di november, dan aku di februari, atau kamu seharusnya lebih tua lagi"
" iya, seharusnya begitu. seharusnya aku lebih tua beberapa tahun dari kamu"
" jangan nyesel ya, gara gara usia kita"
" aku ngga pernah nyesel punya kamu, bareng kamu"
" iya, aku nyeselnya harus dilahirkan lebih muda dari kamu"
" tapi kamu beda"
" gimanah"
" beda aja, pikiranmu, tingkah lakumu, ga seperti anak seumuran aku kamu, kayak ada sosok yang lebih tua di dalam dirimu"
" oh mungkin itu maksudnya tua itu pasti dewasa itu pilihan"
" iya bener, kamu dewasa"
"mungkin kamu lihatnya gitu, tapi aku cuma lihat yang ada didepan. saat anak anak lain lihat dua atau tiga langkah didepan mereka, aku mencoba dua puluh atau tiga puluh langkah didepanku, aku menekuni apa yang aku sukai, memperbanyak relasi dan sebagainya, aku kekanakan kok, marah kalo kamu ga bales chat misalnya"
" iya dasar emang, ga sabaran banget jadi orang"

"maaf ya"
"nothing to forgive, kedewasaanmu lebih dari segalanya"
" dasar november"
" dasar februari"
" keren dong, bisa kabisat"
" empat tahun sekali itu? ya kerennya empat tahun sekali"
" sisanya?"
" sama aja wlee"
" tapi menurutku november melahirkan orang orang spesial seperti kamu, meski ia tidak se istimewa februari" aku nyengir.
" bagaimana istimewanya"
" mereka berisi orang orang anggun yang gemar mengalah, aku mendengar cerita dari langit, kalau..."
" kalau apa?"
" yakin mau masuk zona dongengku lagi?"
" iya nyaman, silahkan dilanjut mr februari"
" baiklah, aku nguping dari langit, kalau sebenarnya november lah yang diberi titah menutup tahun, desember selalu masuk tahun depan, desember sebelum januari, disana ada hari ibu, kurang lumrah jika hari ibu kita peringati di akhir tahun, seharusnya di awal tahun, agar kita memahami intropeksi akan sosok yang melahirkan kita.

" terus terus"

" november sudah girang bahagia, tapi desember berbisik pada kalender, seharusnya aku, aku yang mengadakan pergantian tahun, sajak nama berakhir padaku, september, oktober, november, desember"

" lantas?"

" seluruh isi langit sedih terhadap november, seharusnya ia yang mendapat posisi istimewa itu. tapi ia pengalah, malah mengundurkan diri, mempersilahkan desember maju ke depan panggung"

" kau tau apa kata november?"
"apa?"
" tenang, segala hal yang dibumi ini sudah diatur sesuai posisinya, kadang ada yang didahulukan dan diakhirkan, tapi pencipta alam semesta tidak pernah salah perhitungan"
" umm indah"

" begitu katanya, sembari november menyerahkan tanggal tiga puluh satu kepada si angkuh desember"

" udah?"
" sudah :)"

" kamu paling pinter ya kalo ngedongeng, anak anak kita kelak pasti lebih ingin kamu yang nemenin mereka tidur daripada aku"

" kamu paling pinter ya kalo membayangkan masa depan"

" kamu pengen punya anak berapa?"
" ummm sebelas, biar bisa buat kesebelasan"

kau hanya membalas dengan tatapan ngeri.

" semoga dia lahir di bulan november, secantik ibunya"

" atau di februari, tampan seperti ayahnya"
" masih banyak yang lebih tampan kok"
" masih banyak juga yang lebih cantik"
" tapi hanya beberapa yang bisa mengerti"
" dan hanya satu yang bisa diajak sehidup semati"

ketika sedang ingin menulisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang