Ketulusan Hati

48 5 2
                                    

Pernah gak sih ngerasain kepala kaya mau meledak waktu buka chat room, dan menemukan banyak undangan rapat di waktu yang bersamaan.

Serajin itu memang mengikuti hima komunikasi dan dua ukm, radio dan teater. Menyibukkan diri di kampus sampai malam, bahkan menginap di sekretariat waktu jadi panitia kegiatan. Kalau dipikir ulang, mau-maunya kuras tenaga, pikiran dan uang untuk hal seperti ini.

Tapi rasanya bahagia ketika bertemu banyak orang baru, berdiskusi dan bertukar pikiran. Belum lagi bisa berpartisipasi dan mensukseskan kegiatan yang kita kerjakan.

Beberapa rapat yang ada, aku ditugaskan dari ukm radio untuk mengikuti rapat gabungan antara BEM dan hima-ukm yang tidak aku ketahui apa agenda rapatnya hehe.

Di ruangan berAC dengan pembahasan paling membosankan dan tidak disiplin waktu yang membuatku sepenuhnya menyesal.

Pemilihan BEM ini panitianya harus perwakilan dari hima dan ukm, masing-masing delegasi dua orang.
Katanya sore itu, ya kurang lebih begitu. Aku tidak tahu siapa yang bicara, intinya cowok ini agak gemuk, tinggi dan agak brewokan. Gak tau, gak jelas.

Harusnya yang mereka bahas itu masalah dana kemahasiswaan untuk hima dan ukm yang sampai detik ini tidak dinaikan pihak kampus, gitu bos.

Aku tidak mendengarkannya lagi dan izin ke toilet, lalu tidak kembali lagi. Aku memilih minum es teh manis di kantin, sebelum akhirnya ada yang mengisi ruang kosong di sebelah kiriku.

"Es teh manis emang pas buat dinginin otak," aku menoleh ke arah suara itu. Suaranya terdengar biasa saja tanpa ada kesan annoying.

"Banyak bicara banget, males gue dengarnya," aku meresponnya sambil menawarkan es teh manis yang ada di tanganku. Dia menggeleng.

"Bentar. Lo memang tadi ada di ruangan membosankan itu? delegasi dari hima atau ukm mana?"

Hening sesaat. Bodoh. Aku merutuki diri sendiri karena terus menerus bicara. Bisa jadi dia langsung merasa menyesal karena mengajakku bicara.

Di luar dugaan, dia menjawabku.
"Iya, tadi gue dekat pintu. Gue iseng masuk aja tadi ke ruang rapat, penasaran apa yang mau dibahas."

Entah apa yang membuatku rasanya ingin tertawa keras ketika mendengar ucapannya itu. Dia juga tidak mempertanyakan tawaku yang mendadak itu. Dibilang gila bodo deh.

"Lo delegasi atau agen rahasia kaya gue?" kali ini aku menoleh dan melihat dia tersenyum waktu menanyakan itu. Aku bisa melihat jelas alis matanya yang tebal di atas mata belonya, hidung mancung dan kulit sawo matang. Cukup gila kalau ada yang bilang dia tidak keren.

Aku tertawa. "Gila aja, gue delegasi dari ukm radio."

"Gue request lagu doong, sheila on 7 yang 'kisah klasik untuk masa depan," dan saat itu juga aku tertawa mendengar pernyataanya, gak paham karena aku terlalu receh atau memang dia punya daya magnet kuat untuk menarikku ke dalam dunianya yang... cukup aneh.

"Requestnya sheila. Lo pasti Generasi 90an?" kataku masih dengan sisa tawa. Dia tertawa. "Lo dari jurusan apa?"

"Jurusan teknik arsitektur angkatan 2016. Nama gue Hangga Prawira kalau lo mau tau." Katanya cukup tenang, tanpa mengulurkan tangan.

"Ooooh oke," hanya itu tanggapanku tanpa mengenalkan diri. Dia juga tidak memrotes, cenderung cuek dengan earphone yang sudah terpasang di telinga kirinya. Cukup cool, dia tidak annoying dan sok dekat denganku, atau mencoba show off untuk menarik perhatianku. Aku rasa yang dia katakan sejak tadi ada refleks dari otaknya tanpa berpikiran aku akan suka ucapannya atau tidak.

BimbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang