6

12.5K 522 11
                                    

Aku baru saja bangun dari mimpi ku, mimpi yang paling indah sepertinya.

Aku melirik laci disamping kasurku, disana masih ada surat dari almarhum papa rizky yang dibungkus dengan map biru. Aku terdiam ketika mengingat kejadian semalam, dimana aku bilang kepada rizky bahwa aku menerima perjodohan ini.

Entah apa yang ada di pikiran aku semalam. Tak terasa aku menitikan air mata kala aku mengingat isi surat yang ditulis langsung almarhum untuk ku.

Surat yang setiap kata katanya berasal dari hati. Yang mungkin bisa menyentuh hati setiap pembacanya. Semalam aku juga sholat untuk memastikan keputusan ku.

Aku menatap langit langit kamar, membayangkan gimana nantinya nasibku, sampai aku tersadar karena ponsel ku berbunyi.

"siapa disana?" ucap ku setelah memencet tombol hijau dilayar ponsel. "kamu ga simpen nomer telfon ku?"

"buat apa? Ngga penting" ucap ku sambil memutar bola mata ku.

"ini aku, calon suami mu." ucap disebrang sana membuat aku tersedak dan berdiam.

"ada apa?" ya, aku mengalihkan pembicaraan.

"aku baru saja sampai di bali, kamu lagi apa?"

"baru bangun tidur"

"ya allah syifa, aku udah jalan kerja terus kamu baru bangun tidur?"

"iya, aku kecapekan"

"yasudah, aku kerja dulu ya. Kamu baik baik. Jaga sholat kamu" ucap rizky membuat ku makin terdiam.

Aku mengangguk, iya aku tahu kalau aku mengangguk pun dia tak akan pernah tau.

"nanti aku telfon lagi, dahh"

Telfon dimatikan. Aku bangun dari tidur ku, lalu mengambil handuk setelah itu melanjutkan ritual mandi ku.

Setelah mandi, aku memakai baju rumahan karena aku tak tahu ingin pergi kemana hariini.

Aku menuruni tangga tangga dirumah menuju ruang keluarga untuk menonton serial televisi kesukaan ku, aku mencium wangi brownis coklat.

"syif, nih mama bikin brownis coklat" ucap mama yang kini membawa sepiring brownis coklat kesukaan ku.

"hmmm enak banget mah wanginya!" ucap ku lalu mengambil sepotong brownis.

"memang jodoh ya, rizky juga suka brownis mama, sampai kata mamanya waktu dikasih 1 box brownis sama mama, dia habisin sendiri" ucap mama membuat lu tersedak.

"ya ampun minum dulu minum dulu" ucap mama mememberi aku segelas susu.

"itu bukan nya suka mah, tapi rakus" ucap ku lalu menggigit brownis coklatnya lagi.

"tapi kamu juga suka gitu!" seru mama membuat aku melirik sadis kearahnya.

Aku terkejut ketika mama tiba tiba membenarkan posisi duduknya yang kini menghadap ku sambil menatap ku tajam.

"kenapa sih mah?" ucap ku sambil mundur sedikit, takut mama ku ini tiba tiba mengamuk. Tak lama ia tersenyum, lalu menepuk pundak ku.

"mama denger... Kamu nerima perjodohan ini ya?" tanya mama membuat aku melebarkan mata ku. Si king kong itu benar benar ya!!.

Aku menghembuskan nafasku, lalu tersenyum terpaksa.

"mama tau darimana?" ucap ku mendekatkan muka ku kepadanya.

"taulah! Mama gituloh, apasih yang gatau"

"serius mama tau darimana?" mama mengeluarkan ponselnya, disana ada pesan dari mama ika.

"jeng, kita jadi besanan!!"

Muka ku memerah, dan mataku makin melebar.

TUHAN!.

Aku tersenyum ciut, dan tak lama mengangguk.

"kamu kesambet apa?" ucap mama membuat ku mengerutkan dahi ku.

"mama ih apasih" aku mengalihkan pembicaraan, lalu menatap televisi yang sedang menampilkan film doraemon.

"jadi mau lamaran resmi kapan? Nikahnya? Mas kawin? Mau nikah dimana?" ucap mama membuat ku pusing, "mah aku baru nerima semalem, dan kata rizky kita lamaran setelah dia tugas, jadi aku belum tau apa apa" ucap aku sambil menopang kepala ku.

"ah kamu nih! Gaseru" ucap mama lalu kembali ke dapur.

---

Kini aku berada dikedai kopi kesukaan ku dan faiz, sahabat ku yang tak berguna.

"iya, gue udah nerima perjodohannya" ucap ku membuat mata faiz melebar. Tak lama ia tertawa.

"Iya deh, lo nikah aja sana. Biar gue bisa cepet cepet gendong keponakan" ucap faiz, membuat ku memukul pelan lengannya.

"tapi nih iz yang gue bingungnya, gue masih ada kontrak kerja sama salah satu majalah, nah syaratnya tuh gue masih belum diperbolehkan menikah sampai tahun depan, sementara ini baru awal tahun, dan pasti pernikahan gue diadainnya secepatnya" ucap ku sambil menggaruk belakang leher ku.

"selama perusahaan majalah itu gatau, why not?" ucapan faiz ada benarnya juga.

"iya juga sih..." ucap ku sambil mengelus dagu ku, sambil berfikir.

---

DREAM.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang