BAB [8]

5.3K 157 8
                                    

Salsa, papa dan mama nya sedang menunggu di ruang tunggu untuk menunggu dokter keluar dari kamar, dan memberikan informasi tentang keadaan Zein.

"Dok, gimana keadaan anak saya Dok? Anak saya baik-baik saja kan Dok?" Ucap sang Mama dengan nada khawatir.

Dokter menghembuskan nafasnya, yang membuat sang Mama khawatir dengan keadaan Zein.

"Mari pak Bu, ke ruangan kerja saya, saya akan beri tahu keadaan anak ibu hari ini" ucap sang Dokter, yang membuat Mama Salsa tambah khawatir.

"Dan kamu dek, kamu boleh temenin Abang kamu di dalam"

"Baik Dok"

"Mari Pak Bu" ucap sang Dokter.

Dokter itu pun mengajak papa dan mama salsa ke dalam ruang kerja sang Dokter untuk menjelaskan bagaimana keadaan Zein hari ini.

"Mari Pak, Bu silakan duduk"

"Terima kasih Dokter" ucap mama papa berbarengan.

Sang Dokter menghembuskan nafasnya, untuk memulai pembicaraan nya.

"Jadi gini pak, Bu. Zein mengalami sayatan dekat urat nadi dan itu akan mengalami kematian. Saya akan berusaha dengan apapun itu caranya untuk menyembuhkan anak bapak dan ibu"

"Saya nggak mau tau, Dokter harus cepat menyembuhkan anak saya" ucap Sang mama.

"Iya Bu, bagaimana pun caranya, saya tetap akan menyembuhkan anak ibu"

"Saya minta tolong sama bapak dan juga ibu, jangan bikin anak merasa terpojokkan, karena dapat menimbulkan anak menjadi stres, dan akibatnya menjadi begini. Kalo bisa menasihati anak nya bicara dengan pelan-pelan, jangan sambil emosi dan mulut juga jangan pedas. Ingat itu ya bapak dan ibu nya"

"Baik Dok"

"Bapak dan ibu, bisa melihat keadaan Zein"

Semua yang di dalam ruangan tersebut keluar dan menuju ke kamar tempat Zein berbaring.

Sang mama menangis tersedu-sedu, begitu melihat keadaan Zein yang tengah berbaring di atas brankar rumah sakit.

"Pah, mama keluar, mau makan di restoran depan rumah sakit"

"Eh ma, tungguin papa dong. Ntar papa di culik sama tante-tante nih"

Sang istri hanya cuek, dan tak menghiraukan ucapan suaminya yang tidak jelas.

Salsa hanya duduk melamun, menatap lekat-lekat sang Abang nya yang melemah tak berdaya.

"Bang ini salah gue! Maafin gue bang, mungkin gue bukan adek terbaik yang Lo inginkan. Kalo Lo udah sembuh gue bakalan janji sama Lo, gue nggak akan bikin kesalahan yang fatal kayak gini"

"Sal, udah jangan nangis mungkin ini udah jadi takdir nya Zein. Lo harus bisa menerima kenyataan nya" ucap laki-laki tersebut mengelus pundak Salsa.

Salsa refleks menengok ke arah sumber suara. Ternyata laki-laki tersebut adalah...

"Kak Nathan?"

"Iya kenapa? Lo kenapa kaget begitu liat gue? Tadi siang juga"

"Terserah aku"

Salsa pergi meninggalkan Jonathan di dalam kamar rawat Zein. Ia benar-benar ingin menjauh dari Jonathan. Mungkin soal kejadian tadi pagi. Salsa milih duduk di ruang tunggu, untuk menjauh dari Jonathan.

"Sal, Lo kenapa menjauh dari gue? Gue ada salah ya sama Lo?"

"Nggak kak. Aku mau sendiri dulu"

Salsa bangkit dari duduknya menuju ke arah taman belakang rumah sakit. Duduk merenung memikirkan keadaan Zein.

My Ice Boy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang