Pagi ini Salsa sudah siap dengan seragam yang begitu lengkap dan rapih. Ia pun segera beranjak dari duduknya dan menghampiri Abang nya yang tengah asik memainkan game online nya di ponsel.
"Bang"
"Hah?" ucap Zein yang masih terfokus kepada game online nya itu.
"Anterin gue"
"Ke?"
"Sekolah lah tulul"
"Yaudah sana berangkat"
"Anterin gue lah"
"Kan ada Bang Nino"
"Bang Nino lagi keluar, makanya gue minta anterin lo"
"Ah elah gue lagi main FF"
"Prioritas nya lebih milih game lo mah"
"Ah elah, yaudah gue anterin" pasrah Zein.
Zein beranjak dari duduk nya dan menuju ke laci untuk mengambil kunci mobil nya. Mereka pun masuk ke dalam mobil dan melaju membelah kota jakarta untuk menuju ke sekolah.
Zein sedari tadi senyum-senyum tidak jelas seperti orang gila. Salsa yang melihat nya pun juga sedikit aneh.
"Heh bang lo ngapa senyam-senyum macem orang gila?"
"Gue heran aja gitu, kenapa gue bisa ngemiliki Silvia"
Salsa hanya menggelengkan kepalanya. "Heran ya? Iya, itu semua gua yang bantu supaya Silvia bisa jadian sama lo bang"
"Bukan soal itu. Gue nggak tau kenapa, bisa suka sama Silvia. Padahal kan dulu gue benci banget sama dia"
"Kan ada yang pernah bilang, benci jadi cinta. Menurut gue sih ya, itu bisa bener terjadi" ucap Salsa.
"Gue nggak percaya sama kayak gituan, yang gue alamin sekarang itu hanya keberuntungan semata"
"Terserah lo deh bang" ucap Salsa memutar bola matanya sebal.
Akhirnya Salsa pun sudah sampai di sekolah. Ia segera masuk keburu gerbang sekolah nya di tutup dan menuju ruang kelas yang berada di lantai dua.
Setelah sampai di depan ruang kelasnya, Akmal berdiri di depan pintu masuk kelasnya. Salsa jadi terhalingi dan tidak bisa masuk kedalam.
"Permisi kak" ucap Salsa sopan.
Akmal menengadah kan tangan nya seraya meminta.
"Kakak mau apa? Mau uang?"
Akmal tidak merespon dan tangan nya masih seperti semula.
"Mau permen?"
Lagi lagi Akmal tidak merespon nya dan dengan tangan yang masih seperti semula.
"Kakak mau apaan sih?"
Di dalam sana, Naila dan Silvia sedang melihat kejadian mereka. Sekali kali mereka tertawa dengan tanpa suara.
"Teh kotak" ucap Akmal pelan.
"Dari tadi bilang apa kak. Yaudah aku taruh tas nya di kursi aku dulu ya"
"Nggak usah"
Akmal pun langsung menarik tangan Salsa dengan langkah yang terburu buru menuju ke kantin sekolah.
Salsa pun segera mengambil ponsel nya yang berada di saku seragam nya untuk memotret tangan nya yang sedang di tarik oleh kakak kelas nya itu. Lumayan kan, buat wallpaper handphone.
Alhasil, fotonya buram dan agak sedikit samar samar jelas. Salsa berdecak sebal karena foto nya tak sesuai dengan harapan nya.
"Sekarang lo beli teh kotak buat gue"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Boy ✔
Teen Fiction"Sal, itu yang kirim surat ke lo bukan Libra dan yang menyatakan cinta itu juga bukan Libra" "Lah terus siapa?" tanya Salsa yang agak sedikit bingung. "Itu gue" ucap Akmal pelan. "Hah? Kakak?" Salsa kaget dengan apa yang Akmal ucapkan tadi. "Iya...