BAB [16]

3K 91 3
                                    

"Ada apa kamu suruh aku kesini?!" ucap Silvia.

"Kok ngegas?"

"Nggak tuh"

"Tadi itu apa?"

"Nggak ada"

"Kamu kenapa?"

"Nggak"

"Kenapa ga?"

"Nggak"

"Kamu itu kenapa?!" nada ucapan Zein meningkat satu oktaf.

"Nggak papa"

"PMS?"

"Hm"

"Oh"

"To the point cepet!"

"Besok kita jalan yuk, mumpung aku ada waktu senggang"

Menurut Silvia, ia percuma datang kesini kalo Zein hanya mengucapkan itu. Di kira ingin menyampaikan hal yang benar-benar penting sekali.

Hanya membuang buang waktu saja, menurut nya.

"Cuma mau bilang itu?"

"Iya"

"Aku pulang"

Silvia pun berdiri dari duduk nya, berbalik badan dan pergi meninggalkan Zein.

Zein yang melihat ke arah rok belakang Silvi, ia sedikit kaget. Gimana ia ingin bicara ke sang kekasih nya?

Zein pun menghembuskan napas nya, siap untuk berbicara. Mumpung Silvia belom berjalan jauh sekali.

"Sayang"

"Kenapa?"

"Itu,,, "

"Apa?"

"Kamu,,, "

"Kamu apa?"

"Itu kamu rok nya ada darah. Kamu tembus"

Silvia membulatkan matanya, kaget bukan main, bagaimana ia ingin pulang kalo rok nya ada darah haid. Malu bukan?

Silvia meremaskan rok nya, kepala di tundukkan, keringat bercucuran. Ia harus apa? Ia benar-benar malu di depan pacar nya itu. Kenapa harus menimpa dirinya?!

"Ini gimana?" ucap nya sedikit ketakutan.

Zein membuka tas nya, mengambil jaket yang berada di dalam tas tersebut, dan mengulurkan jaket nya ke arah Silvia.

"Kok kamu malah kasih aku jaket si? Aku lagi nggak kedinginan tau"

"Anuu, itu buat nutupin itu tuh" Zein menunjukkan ke arah rok belakang Silvia.

Silvia menerima jaket nya, dan menutupi belakang rok nya.

"Ke rumah aku buat ganti ya"

Silvia mengangguk.

Di gandeng tangan Silvia untuk menuju ke mobil yang terparkir. Mobil Zein melaju ke arah rumah nya.

Silvia masih menunduk, ia benar-benar malu banget. Malu nggak sih kalo kayak gini? Pasti nya malu banget kan? Ini tuh nggak sedikit, tapi banyak banget.

Zein yang dari tadi memperhatikan Silvia yang terus-terusan menunduk. Zein mengelus puncak kepala Silvia dengan lembut.

"Kamu kenapa?"

"Maaf udah ngerepotin kamu, maaf juga tadi aku ngegas jawab juga ngawur"

Zein tersenyum. "Iya nggak papa"

My Ice Boy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang