3 - Mengalah untuk Menang

177 29 4
                                    

Halo readers, jangan lupa Vote + comment ya, kalau suka sih. Tapi kalau gak suka gak maksa kok, aku mah apa hanya penulis kaleng-kaleng yang ingin nge-hits.
Baca dengan teliti ya! Have a good read!
*
*
*

Langit yang mendung. Seakan menyiratkan bagaimana perasaannya sekarang. Echa menatap lekat langit dengan perasaan yang berkecamuk setelah mendengar perkataan Gilang di Kantin.

Ia tak mengerti mengapa dia begitu sakit hati mendengar Gilang berkata seperti itu, padahal ia tahu bahwa Gilang adalah tipe orang yang kalau bicara kadang seenak jidat. Kadang juga gak mikir langsung nyeplok aja congornya.

Namun entah kenapa, kini ia bahkan tak bisa fokus mendengarkan pelajaran, dia terus melamun semenjak kembali masuk ke kelas. Ia hanya ingin beristirahat saja dan menjernihkan pikirannya.

"Cha!! Hellloooo, Echaaaaa!!!" Suara pekikan di sampingnya tiba-tiba menyeruak gendang telinga Echa. Echa langsung menutup telinganya berlindung dari resonansi tinggi suara teman sebangkunya, ia adalah Elsa.

"Elsa, bisa diam gak!!" Bentak Echa kesal.

"Lo sih, melamun terus dari tadi, lagi mikirin apa sih?" Tanya Elsa penasaran melihat tingkah Echa yang tak seperti biasanya.

"Gak ada kok, gak mikirin apa-apa" elak Echa mencoba bersikap biasa saja.

"Echa!!! Gue tau Lo! Dari tadi Lo melamun, gak dengerin penjelasan Bu Rosa, malah mantengin jendela Mulu, memang kenapa sih? Cerita dong!" Elsa mencoba meminta Echa menjelaskan masalahnya.

Echa mencoba berpikir, ia tak ingin masalah ini melebar saat ia bicara pada radio rusak ini, yang ada nanti masalahnya bisa meluas menjadi Santapan publik.

Echa menghembuskan napas mencoba memilih diksi yang tepat untuk menceritakan masalahnya.

"Jadi gini, Echa mau tanya dulu ya, kalau menurut Elsa, Echa itu pantas gak sih disukai sama cowok?"

Echa menggigit bibirnya tipis, menunggu jawaban dari Elsa yang mungkin bisa mengubah moodnya yang sudah hancur.

"Kenapa Lo tanya gitu?" Tanya Elsa balik.

"Ihhh jawab aja dulu!"

Elsa tak langsung menjawab, alisnya terangkat, seakan masih mencari jawaban.
Hingga akhirnya dia membuka suara.

"Emang siapa bilang lo gak pantas disukai? Matanya belekan tuh orang!!" Jawab Elsa sambil merundungi orang yang melakukannya pada Echa. Echa spontan terkekeh dibuatnya.

"Lo itu berlian di sekolah ini cha, sekarang gue tanya, siapa cowok di sekolah ini yang gak suka sama lo? Gak ada! lo pintar, baik hati, perhatian dan paling penting lo cantiknya kebangetan, siapa coba yang mau nolak cewek se komplit lo? Ya kalau lo masih ditolak berarti mereka aja gak napsu sama perempuan, atau matanya katarak!" Jelas Elsa panjang lebar membuat Echa sedikit terhibur dan mulai tertawa kecil.

"Elsa juga cantik!" Balas Echa memuji Elsa.

"Tuh kan mulai lagi? lo jangan pernah muji orang, bisa-bisa orang salah persepsi kalau lo itu lagi ngejek!" Elsa menimpali.

"Loh kok bisa? Kan Echa tulus bilangnya!"

"Echa.. kadangkala ketulusan itu gak bisa terlihat karena kecemburuan, lo bilang gue cantik, tapi nyatanya lo itu lebih cantik, ya gue jadi Illfeel lah" jelas Elsa merengut. Echa hanya manggut-manggut mengerti.

"Ya udah Echa gak bakal gitu lagi" jawab Echa polos.

"Oiya satu pertanyaan lagi!"

"Apa?"

Aku, Kau & DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang