6 - Goyah

69 18 0
                                    

Pagi ini SMA Khayangan dibuat kejang-kejang setalah mendengar kegaduhan yang terjadi di ruang BP. Pelaku utamanya tak lain adalah salah satu anak hits yang biasanya jauh dari masalah, ia adalah Gilang.

Semua mata baik di dalam kelas maupun di luar kelas sedang tertuju pada pemandangan yang benar-benar luar biasa. Bagaimana tidak? Ketiga Anak Ter-Famous se Khayangan sedang menjalani hukumannya. Mereka berlari mengelilingi lapangan sekolah yang cukup luas. Di bawah sinar matahari yang mulai menunjukkan teriknya.

Gibran dan Gilang sudah tertatih hampir menyelesaikan 25 putaran, sedangkan Echa selesai lebih dahulu dengan 15 kali putaran.

"Huuuhhhhh!!" Gilang mencoba menghembuskan napas berat dengan keras dan kasar

"Capek banget gue!" Gerutu Gilang yang masih berlari dengan napas tersengal-sengal.

"Tahan sebentar lagi, sisa 5 putaran" ucap Gibran yang berlari bersamanya dengan napas tak kalah habis.

"Tapi gue senang sih, ya kapan lagi kita bisa dihukum Mr.Cheap kalau bukan sekarang?" Celetuk Gilang lagi, membuat Gibran berdecak kesal.

"Dasar Gila!" Lanjut Gibran bingung dengan isi otak Gilang, Gilang menyambut sahutan Gibran dengan tawa kecil.

Di sela-sela berlari, mereka sesekali mengalihkan pandangan ke sisi luar lapangan. Pandangan merekapun mengarah pada Echa yang sedang beristirahat dan duduk di pinggir Lapangan sembari meneguk air mineral.

"Bran, Echa kalau lagi kayak gitu cantik juga ya?" Ucap Gilang tiba-tiba sambil menunjuk Echa yang sedang mengepang rambutnya ke belakang, Gibran yang mendengar penuturan temannya ini sedikit kaget hingga ia memicingkan mata.

"Tumben bisa puji orang Lo! Biasanya bisa ngeledek doang!" Timpal Gibran sambil sedikit mempercepat larinya.

"Ya cuma Echa aja, kan memang fakta!" Balas Gilang jujur.

"Ya terserah lo dah!" Jawab Gibran pasrah, sebenarnya yang ia inginkan hanya cepat menyelesaikan hukuman, bukan seperti Gilang yang rasanya keenakan dihukum.

Gibran pun mempercepat langkah kakinya, mulai meninggalkan Gilang, Gilang pun tersentak.

"Woyyy tunggu Bran!!!" Panggil Gilang sambil mengejar Gibran di depannya.

Gilang dan Gibran pun bergegas berlari lebih cepat, berniat menuntaskan hukuman dengan sesegera mungkin.
.
.
.

Hukuman lari pun telah mereka kerjakan, kini tersisa hal berat lainnya, yaitu 'Hormat Ke Tiang Bendera Sampai Jam Pelajaran Ke-2 Usai'. Gila gak sih? Hukuman yang gak wajar, dan bodohnya mereka mau-mau aja. Buat apa tiang bendera yang cuma berdiri tegak tanpa ada bendera di puncaknya harus dihormati? Apa coba filosofi nya? Padahal banyak hal lain yang lebih bermanfaat bisa mereka lakukan.

Tapi mereka bertiga dengan legowo menerima hukuman karena mereka memang mengaku salah, meskipun batin dan pikiran mereka berkata ini adalah pembodohan.

Mereka telah berdiri dengan tangan diangkat menyiku selama lebih dari 30 menit. Setidaknya, tersisa 15 menit lagi untuk jam pelajaran ke-2 usai. Mereka hanya mematung bak patung Pancoran dan sesekali berbincang.

"Kita disini kayak orang-orangan sawah ya gak? Gak penting bin gak jelas! Ngapain hormat ke tiang tanpa bendera, dasar Mr.Cheap (murah), unfaedah" celetuk Gilang asal jeplak.

"Woy mulut tuh kondisikan, kedenger pak Cipto, mampus Lo!" Balas Gibran memperingatkan.

"Bodo amat!" Ucap Gilang masa bodoh.

Di tengah perbincangan, mereka tak mendengar Echa berucap sedikitpun, mereka pun menoleh ke arah Echa yang berdiri diantara mereka, dan
Tiba-tiba saja Gibran dan Gilang sedikit kaget setelah melihat Echa mulai tak seimbang dan seakan hampir jatuh, spontan keduanya memegangi Echa dari kedua sisi.

Aku, Kau & DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang