4 - Dialah Pak Cipto

98 24 4
                                    

Yang membaca kalimat ini berjanji akan memberikan Vote dan Comment sebanyak-banyaknya hingga penulis kapok nyuruh nge Vote
*
*
*

Tok Tok Tok

"Echa!!! Bangun nak!!"

Tok tok tok

"Echa kamu gak mau sekolah?"

"Sudah jam setengah 7 Echa!! Kamu nanti telat ke sekolahnya!!"

Drrrttttt.......

Suara ponsel berdering saling bersautan dengan suara seorang perempuan dari luar kamar, mencoba mengganggu Echa yang masih terlelap bak paus mati.

Gadis itu mulai menggeliat, berguling menggulung selimut hingga melilit dirinya. Suara ponsel dan wanita yang tak lain adalah ibunya itu membuat Echa akhirnya mulai membuka matanya perlahan. Ia mencoba mengerjapkan matanya. Matanya masih mengedar menyadarkan diri sepenuhnya. Rambutnya acak-acakan, selimutnya pun begitu.

Ia melirik jam dinding di samping kanannya, tak percaya dengan ucapan sang bunda, namun nahas jam dinding memang bukan menunjukkan 6.30 tapi sudah beranjak ke angka 6.40.

Tubuhnya otomatis mencak-mencak bingung, ia segera bangun dari kasurnya.

"Mati Echa!!" Gerutu Echa yang segera berlalu ke kamar mandi untuk siap-siap.

Di kamar mandi pun ia tak mandi, hanya menyikat gigi dan membasuh wajah cantik nan putihnya kasar. Tak sampai 5 menit ia telah menyelesaikan kegiatannya di kamar mandi.

Dengan cekatan ia segera mengenakan seragamnya Serapi mungkin, menyisir rambutnya asal, memakai sepatunya, memasukkan buku-buku ke dalam tas dan bergegas turun dari kamarnya dengan ponsel di genggamannya yang terus berdering terlihat Gilang menelpon.

Ia mempercepat langkahnya untuk menuruni tangga. Ia berlari kecil kearah bunda dan ayahnya yang sedang ada di ruang makan, menyantap sarapan pagi.

Baru sampai di ruang makan telinga Echa sudah mendengar celotehan tak menyenangkan.

"Haduhhh, punya adek cewek gini amat!" Celetuk seorang pria yang sibuk melahap nasi gorengnya namun masih saja sempat berceloteh

Mata Echa melirik sejenak ke arah Dino, siapa lagi kalau bukan kakak laki-laki nya yang menjengkelkan. Echa pun melengos sebal.

"Bunda, ayah, Echa pamit berangkat dulu" izin Echa pada orangtuanya.

"Gak makan dulu Cha?" Tanya ibunya khawatir.

"Gak usah bun, udah telat Echa nya"

"Mau di antar pak Komang?" Tanya Ayah pada Echa

"Gak usah yah, Echa udah ditunggu Gilang dan Gibran" ucap Echa sembari mencium tangan kedua orangtuanya berpamitan.

Selepas pamit, Echa segera beranjak ke luar meninggalkan ruang makan dengan terburu-buru

"Ehhh Abang Lo gak Lo Salamin?" Sindir Dino merajuk

"Masa bodo' " jawab Echa ketus yang sudah mulai menjauh

"Woooy dasar adek durhaka!!!" Ucap Dino setengah berteriak, namun tak ada respon dari sang adik karena ia telah keluar dari rumah.

Di luar rumah terlihat sebuah mobil sport berwarna merah maroon terparkir menunggu dengan sabar gadis ini keluar rumah. Dengan senyum merekah, Echa segera menghampirinya dan masuk ke dalamnya. Echa memasang wajah tak berdosa.

"Wah tuan putri bangun juga akhirnya" sindir Gilang yang tengah duduk di bangku kemudi.

"maaf ya, Echa bangun kesiangan" ucap Echa pada Gilang dan Gibran yang kemudian tak merespon,

Aku, Kau & DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang