12 - Terjawab Sudah

43 17 6
                                    

"No matter what, I always be there for you, just to be the one who Will carry you to my Arms"

*****************************

Gilang meraih pipi halus Echa dengan lembut, ia mencoba mendapat perhatian Echa yang sedari tadi hanya menundukkan kepala karena merasa bersalah. Hingga akhirnya, kini Gilang dapat melihat kedua mata yang sedikit terbelalak namun tetap cantik. Mata keduanya bertemu spontan membuat kantung mata Echa mengering, Echa terpaku.

"Vanessha, I'm Fine" Ucap Gilang lembut membuat seketika seakan ada aliran listrik merambat ke tubuh Echa membuat hatinya bergetar.

Gilang terus menatap mata Echa lekat, membuat Echa tak bisa berkata-kata. Keheningan pun terjadi saat mereka hanya saling pandang dengan posisi yang sama, pikiran dan hati merekapun berpacu dengan sendirinya.

"Maaf udah buat Echa khawatir" tambah Gilang kembali membuka percakapan dan terdengar amat tulus.

Senyum Gilang terekspos sempurna membuat Echa dapat melihat senyuman Gilang yang sangat tulus, dan tanpa ia sadari senyuman itu benar-benar menawan menurutnya.

'apa ini, Echa gila, jangan mikir kejauhan'  detik berikutnya ia tersadar dari awang-awang nya.

Echa pun hanya mengangguk mengiyakan perkataan Gilang, Ia hanya ingin menyudahi pemandangan canggung ini. Ia mulai menurunkan pandangannya, tak mau terlihat semakin dalam oleh Gilang.

Gilang yang menyadari mulai ada kecanggungan mulai menurunkan tangan kirinya dari pipi Echa, dan mengembalikan posisi tubuhnya ke posisi semula tanpa menghilangkan senyum tulusnya pada Echa.

Dan sekali lagi Echa kembali dibuat gugup olehnya. Tak tahu kenapa lidahnya terasa kelu, dan sulit untuk berbicara hanya karena senyum itu

'Ihhh sial!! Kenapa coba Gilang mesti senyum kayak gitu!' Batin Echa menggerutu melihat senyuman manis Gilang yang bisa  bikin diabetes.

Echa mencoba mencari pengalihan fokus hatinya, hingga akhirnya ia mendapati piring yang telah berisi nasi dan lauknya.

"Yaudah sekarang Gilang makan ya, Echa suapin" ucap Echa seraya meraih piring tadi dan bersiap menyuapi Gilang.

Gilang tak bisa menolak, rasa canggung sebenarnya telah ia rasakan bukan hanya oleh Echa, namun apalah daya kondisi yang tak memungkinkan ditambah ia tak ingin melihat Echa kembali menangis, membuat Gilang pun menurut dan menerima suapan dari Echa.

Dengan telaten Echa menyuapi Gilang, pandangan mereka tak bisa lepas sedari tadi, Echa tak henti-hentinya menahan dadanya yang sesak melihat Gilang tepat dihadapannya.

Gilang pun merasakan hal yang sama, seketika apa yang ia makan terasa hambar, karena semua rasa itu seakan sudah melekat pada wajah Echa yang terus ia pandang.

'gue udah benar-benar gila!' Decak Gilang dalam hati

Setelah lebih dari lima suapan Gilang meminta Echa berhenti menyuapinya.

"Udah Cha, gue udah kenyang" Ucap Gilang menolak suapan Echa berikutnya.

"Loh kenapa? Tinggal sedikit lagi Lang, makan lagi ya!" Tawar Echa sedikit bersikukuh.

"Udah Cha, gue udah kenyang, gue sekarang haus" tolak Gilang dengan halus, membuat Echa pun tak bisa memaksa.

Echa pun langsung menghentikan aktivitasnya dan beralih mengambil segelas air di depannya untuk diberikan pada Gilang. Gilang meneguknya dengan segera hingga gelasnya benar-benar kosong.

Setelah Gilang minum keduanya tak memulai percakapan apapun, Echa malah beranjak membereskan piring dan sisa makanan untuk ia kembalikan ke dapur, dengan Gilang yang hanya menyaksikannya dengan canggung.

Aku, Kau & DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang