02-

7.6K 383 17
                                    

***

"Zahra?"
"Zahra"Ucap Angga dan Sindy bersamaan.

"Zahra, sayang aku bisa jelasin" Ucap Angga, sambil berdiri dan berjalan mendekati Zahra.

"Hiks.. Cukup" Ucap Zahra sambil menangis Angga menghentikan langkahnya mendekati Zahra.

"Zahra, tapi.."

"Semuanya udah jelas, nggak ada yang perlu di jelasin lagi" Zahra memotong ucapan Angga, dia pun segera pergi keluar dari Apartemen Angga.

"Zahra tunggu" Ucap Angga yang mulai mengejar Zahra, tapi langsung di cegah oleh Sindy.

"Ngapain sih.. kamu ngejar dia? Kamu kan udah nggak cinta lagi sama Zahra" Ucap Sindy.

"Maaf Sin, aku masih mencintai Zahra" Ucap Angga yang mulai meninggalkan Apartemennya untuk mengejar Zahra.

"Apa? Angga"Kata Sindy yang berteriak kesal.

Pintu lift sudah tertutup, Angga mengambil jalan pintas menuruni tangga. Zahra keluar dari lift wajahnya penuh dengan air mata.

"Zahra tunggu"Angga memegang tangan Zahra, Zahra langsung menghempaskan tangan Angga.

"Apa lagi hah?" Teriak Zahra wajahnya penuh dengan air mata, hatinya sudah di hancurkan oleh Angga.

"Zahra, itu.. nggak seperti yang kamu lihat. Aku.." Zahra langsung menampar pipi Angga sangat keras sebelum dia menyelesaikan ucapanya.

"Nggak seperti yang kamu lihat? Jelas-jelas kamu selingkuh selama 2 bulan ini.. dan kamu juga udah bilang nggak cinta lagi sama aku. Nggak seperti yang aku lihat apa? Hah?" Zahra emosi tapi masih saja menangis, Angga merasa bersalah karena membuat Zahra menangis.

"Zahra tolong dengerin penjelasan aku dulu.." Ucap Angga yang berjalan mendekati Zahra, Zahra yang sudah tau apa yang akan di lakukan Angga langsung berjalan mundur.

"Cukup, kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi. Kita putus, jangan pernah temuin aku" Ucap Zahra, dia berlari meninggalkan Angga sementara Angga diam terpaku di tempatnya menatap kepergian Zahra.

Zahra duduk di depan sebuah toko bunga yang sudah tutup di situ terdapat kursi panjang, Zahra menangis sesenggukan dia tidak percaya Angga menghianatinya dan itu dengan rekan kerjanya sendiri.

Zahra terus menangis sampai hujan turun di malam yang menyedihkan, hatinya sudah remuk karena Angga.

Zahra mulai kedinginan tapi dia tidak ingin beranjak dari tempat itu, dia memegang bahunya sambil terus menangis. Dia tahu dia akan mudah sakit jika terkena air hujan, baginya rasa sakit yang tertanam di hatinya lebih sakit.

Zahra memegang kepalanya yang mulai terasa berat, lalu menundukkan kepalanya. perutnya juga mulai sakit karena penyakit maag yang di deritanya.

Tiba-tiba ada seseorang yang memakaikan jaket untuk Zahra "Kenapa kamu nangis?" Ucap seseorang itu. Zahra mulai mendongakkan kepalanya dan melihat seseorang itu.

Zahra tidak bisa melihat seseorang itu karena air hujan yang sudah membasahi wajahnya, pandanganya mulai kabur dan seketika Zahra jatuh pingsan.

***

Zahra mulai membuka matanya perlahan, dia merasakan tanganya sedang di infus. Dia mulai bangun dari tempat tidurnya tiba-tiba ada seorang suster yang masuk ke ruangan Zahra.

"Kondisi kamu belum pulih, jadi kamu istirahat lagi ya"Kata Suster itu yang membaringkan Zahra lagi di tempat tidurnya.

"Kenapa saya bisa disini Sus?" Tanya Zahra bingung.

"Tadi kamu pingsan terus di bawa seorang laki-laki ke sini" Jelas Suster.

"Laki-laki? Siapa namanya sus?" Tanya Zahra penasaran.

"Kami tidak tahu namanya, saat mengisi formulir pembayaran dia tidak mau menyebutkan namanya" Terang Suster itu.

Zahra mengedarkan pandangannya ke samping dan melihat handphonenya yang tergeletak tak jauh darinya.

"Suster,tolong ambilkan Handphone saya" Suster itu mengambilkan HP Zahra dan memberikannya lalu dia pergi untuk mengecek pasien yang lain.

Zahra mulai mencari nomor kontak yang ada di Hpnya lalu memencet tombol telepon. Seseorang yang di telfonya akhirnya mengangkatnya.

"Halo.. Ada apa Zarr?" Zahra diam, tiba-tiba air matanya mengalir lagi.

"Zahra? Kok diem sih?" Zahra menahan isakanya tetapi dapat di dengar oleh Nina.

"Lo kenapa Zah? Jangan bikin gue cemas dong" Ucap Nina di dalam telefon.

"Nin, temenin gue.. hiks.. hiks"Ucap Zahra sambil terisak.

"Lo kenapa? Oke tenang, sekarang lo dimana?"

"Gue di rumah sakit Nin.. hiks.. temenin gue"

"Apa? Kok bisa? gue kesana sebentar tungguin gue, jangan kemana-mana" Nina memutuskan panggilan telfonya dan langsung pergi ke rumah sakit.

Nina mengemudikan mobilnya di atas kecepatan rata-rata, beberapa menit kemudian Nina sampai di rumah sakit yang di smskan oleh Zahra.

Nina membuka pintu dan melihat Zahra berbaring lemah dan menghadap ke arah lain, terlihat jelas bahwa dia menangis. Nina yang melihat itupun juga merasakan sedih dan bingung.

"Zahra"Panggil Nina yang juga berjalan mendekat ke arah Zahra, Zahra menoleh dan menampakan wajahnya yang penuh dengan air mata.

"Ninn.. hiks.. hiks.." Zahra kembali menagis tersedu-sedu.

"lo kenapa nangis? Lo kenapa bisa di rumah sakit, Angga kemana?" Tanya Nina yang bingung.

"Nin.. Angga ngianatin gue nin.. Hiks" Nina diam membatu mendengar penuturan Zahra.

"Apa?"Teriak Nina terkejut.

Bersambung

***

Jiwaku nggak ada disini😂
Jadinya maaf kalau nggak nge fell banget😆
Ini lagi berusaha buat yang sedih tapi gak bisa😂
Soalnya authornya kebiasaan bahagia sihh 😂
Nggak juga sih 😑-_-

See you next Chapters 😚😚

🌾27 Januari 2019🌾

Salam manis Arek kediri :)

Because Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang