"Kamu beneran mau berangkat kerja?"tanya Zain melihat Zahra yang sedang berdandan di depan meja riasnya. Zain mengamati Zahra sambil bersender di depan pintu kamarnya.
"Hu,um. Kenapa memangnya? Kamu sendiri nggak kerja?"
"Ya, tadi malamkan.. pasti.. ee.. kamu... tidak boleh! Kamu nggak boleh kerja hari ini,"perintah Zain dengan tegas. Zahra menghela napasnya.
"Yasudah." Zahra berdiri dan berjalan untuk keluar kamar.
"Kok tetap berangkat?"
"Aku mau ke dapur, mau masak. Kamu sendiri nggak kerja? Katanya teman kamu lagi minta di desainkan rumah, kenapa nggak siap-siap?"tanya Zahra yang kini berada di hadapan Zain.
"Aku bisa menggambarnya di rumah, kamu hari ini jangan kerja ya!"ucap Zain dengan nada lembut, Zahra menatap dengan datar dan sedikit di sedih-sedihkan.
"Ah, maaf. Aku jadi protektif,"kata Zain mengusap wajahnya kasar, Zahra terkekeh melihat Zain. Zahra langsung berjinjit dan mengecup pipi Zain singkat.
"Tidak apa-apa. Aku ngerti kok."
Zain tersenyum lalu ke arah ruang kerjanya untuk menyelesaikan desain rumah yang di minta oleh Rina. Rina juga tidak membatalkan untuk membuat desain rumahnya kepada perusahaan milik Pak Davi.
Butuh seharian untuk menyelesaikan desain ini, dan besoknya Zain mungkin akan mengoreknya lagi sebelum di serahkan kepada Pak Davi.
"Zain, ayo makan dulu. Lanjutkan lagi setelah makan," ucap Zahra yang tiba-tiba muncul di depan pintu. Zain memgikuti langkah Zahra dan duduk di kursi ruang makan.
Meski ada sedikit kecanggungan, mereka bisa mencairkan kecanggungan itu, bukankah ini sesuatu hal yang bagus untuk hubungan mereka, perjodohan sebenarnya tidak buruk juga jika kedua pihak bisa saling mengerti dan memahami.
Dua minggu berlalu, hubungan mereka menjadi sangat dekat. Andini saja menjadi iri melihat perhatian Zahra dan Zain satu sama lain, andai saja suaminya sering pulang. Pasti dia tidak se iri ini.
Setiap hari Zain juga mengantarkan dan menjemput Zahra dari kantornya Andini. Zahra keluar dari mobil Zain tiba-tiba Andini juga sudah datang dan selalu mengejek mereka berdua.
"Ehem, ehem... Pasangan romantis abad ini kayaknya?" ucap Andini terkekeh.
"Ya, tahun lalu kamu An, sekarang giliran aku. Sudah ya, nanti aku jemput seperti biasa!" ucap Zain sambil menjalankan mobilnya.
"Kampret! Balas dendam dia," gumam Andini kesal.
"Eh? Balas dendam kenapa?"
"Maklum lah, dulu aku mesra sama suamiku dan selalu bujuk Zain supaya cepat nikah! Dan sekarang dia balas dendam, hiks." ucap Andini dramatis.
"Hi-hi. Ya suruh suami kamu pulang dong!" ucap Zahra menertawakan Andini.
"Huaa... pengennya gitu, tapi belum bisa."
"Sudah-sudah jangan sedih, ayo kita masuk ke dalam." kata Zahra sambil mendorong Andini masuk ke dalam.
Tatapan tajam dari seseorang tidak di sadari Zahra semenjak tadi keluar dari mobil Zain, seseorang itu menatap Zahra dengan tatapan tidak suka dan membunuh.
"Besok lusa kita ada acara Launching butik yang kita rencanakan dulu. Sekalian kita adakan Fashion show untuk dress model terbaru kita. oke? Ayo kita kerja sama dengan baik, ada pertanyaan?" ucap Andini memimpin rapat.
"Dress karya siapa saja yang akan kita tampilkan Bu?" tanya salah satu karyawanya.
"Semuanya yang sudah kalian buat, saya tidak mau pilih kasih. Setiap karya dari designer memiliki karya seninya sendiri. Mau itu karyawan lama saya, karyawan baru saya. Semua yang sudah berusaha keras bisa menampilkan karyanya. Ada pertanyaan lain mungkin?" tanya Andini lagi dan semua karyawanya menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Love [END]
Romance❌WARNING❌ Hanya cerita sederhana, yang mungkin ditulis banyak author 🌾Dilarang plagiat cerita ini, awas dosa. 🌾Cerita asli dari pemikiran sendiri. Zahra Chanissa, saat dia lebih memprioritaskan karirnya, pacar yang dia sayangi dan sudah mengisi p...