***
Zahra mengunci kamarnya sampai Om Alzi dan anaknya pulang pun Zahra belum keluar kamar sama sekali. Dia ingin menelfon Nina tapi ponselnya sama sekali tidak bisa dihubungi.
"Zahra, buka pintunya sayang? Ayah mau bicara sama kamu," Ucap Vihan sambil mengetuk pintu kamar Zahra. Zahra diam saja tidak ingin menanggapi.
"Zahra.. kamu belum makan, Ibu sudah masakin makanan kesukaan kamu. Ayo dimakan! Ibu boleh masuk kan?" Tanya Nissa membawa makanan favorit Zahra.
Zahra berjalan membukakan pintu kamarnya dan mengizinkan Nissa masuk, raut wajahnya terlihat kesal kepada Ayahnya. Zahra langsung menutup pintunya dan membiarkan Ayahnya di luar ruangan.
"Loh, kok Ayah nggak boleh masuk?"
"Nggak boleh,"Ucap Zahra di dalam kamarnya dan langsung duduk di samping Nissa.
"Ayo makan dulu!" Nissa menyerahkan nampan berisi makanan yang dibawanya dan langsung di lahap oleh Zahra.
"Boleh Ibu nanya sama kamu?" Tanya Nissa tiba-tiba.
Zahra menelan makananya "Mau nanya apa Bu?"
"Kenapa kamu putus sama Angga?" Tanya Nissa selembut mungkin, Zahra meletakan sendoknya dan mulai menampakan ekspresi sedih.
"Ituu.. em.. salah Zahra juga Bu, karena nolak lamaran Angga! Dia jadi suka sama cewek lain.. sampai punya anak sama cewek itu Buk.." Zahra terisak dan mengusap air matanya yang mengalir, Nissa langsung memeluk putri semata wayangnya itu.
"Kok, Angga jahat banget buk.. Salah Zahra apa, sampai dia tega ngianatin Zahra? Kalau mau pilih cewek lain ya putusin Zahra aja dari dulu.. Zahra benci sama Angga!" Zahra mengeluarkan kekesalan, kekecewaan, kesedihan yang dirasakannya.
"Berarti Angga bukan jodoh kamu Sayang, kamu harus kuat. nggak boleh membenci siapapun, benci itu penyakit hati membuat hidup nggak tenang. Zahra harus iklasin yah?" Nissa mengapus air mata yang mengalir di pipi Zahra.
"Satu lagi ya, kamu.. beneran nolak buat dijodohin? Zain anaknya baik, sopan, mapan, kamu pasti beruntung dapat suami seperti dia!"
"Kok Ibu.." Zahra mulai cemberut mendengar pujian Ibunya untuk laki-laki bernama Zainudi itu.
"Ya sudah.. kalau kamu belum siap, tapi Ibu pengen kamu cepat nikah, terus punya anak.. rumah ini tu sepi banget kalau nggak ada anak kecil."
"Kan temen Zahra, Fani udah punya anak. Ibu main aja kerumahnya, 5 langkah dari rumah aja kok!" Ucap Zahra membuat Nissa geleng kepala.
"Tapi, Ibu maunya anak dari kamu.. cepet cari calon!" Kata Nissa, Zahra tak ingin berdebat dengan Ibunya dia pun hanya memilih diam.
Keesokan paginya Zahra membawa koper kecil, dia ingin liburan ketempat dingin menenangkan pikiranya. Tanpa sepengetahuan dan seijin Ayah dan Ibunya Zahra berangkat sendirian.
Dia ingin liburan ke pegunungan, Zahra menyewa sebuah Villa yang baru saja direnovasi, dia sangat kagum dengan Villa yang disewanya. Rasanya dia ingin berlama-lama di sini dan tidak ingin pulang.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi menampakan nama Nina layar depan, "Halo.. ada apa Nin?" Ucap Zahra.
"Ada apaa lo bilang, hah? Kemana aja lo? Bonyok lo nelfon gue, nanya elo ada di mana! Gila ya lo, lo nggak minta ijin ke mereka?"
"Enggak, gue lagi kesel. Pengen nenangin pikiran!"
"Kesel sama siapa, lo?" Tanya Nina bingung.
"Kesel sama elo lah, sama Ayah juga, semuanya bikin gue kesel."
"Kok, gue dibawa-bawa? Apa salah dan dosaku sayang!"
"Kemaren kemana aja lo? Gue telfon nggak bisa, gue tu lagi kesel sama Ayah gue.. masa gue dijodohin sama anak temenya, akhh.. gue nggak mau!"
"Hah? Dijodohin!" Teriak Nina kaget.
"Iyaa.. makanya gue kemarin nelfon elo, tapi nggak aktif." Ucap Zahra, Nina diam beberapa saat mencerna ucapan Zahra.
"Nin.. Kok, elo diem? Lagi mikir apa?"
"Ra, loo.. Nggak mau coba kenalan sama anak temen Ayah lo itu Ra? Ya.. siapa tau elo bisa.."
"Apa-apaan Sih, ish.. lo bikin gue bete aja! Udahlah," Zahra langsung mematikan ponselnya dan melemparnya ke atas kasur. Zahra kesal kenapa semua orang setuju untuk menjodohkan Zahra.
Zahra keluar dari Villa yang dia sewa untuk berjalan-jalan dan mencari udara segar, pemandangan berwarna hijau sedikit menenangkan fikiranya. Tiba-tiba dia tertarik untuk melihat beberapa orang pekerja bangunan yang sepertinya akan merenovasi sebuah Villa. Setelah puas melihat bangunan Villa itu dia segera beranjak dari sana dan pergi ke tempat lain, saat dia berbalik dia menabrak dada bidang seseorang. Zahra terpental dan langsung memegang kepalanya.
"Ah, maaf!" Ucap Zahra sambil mendongakkan kepalanya, dia terkejut melihat penampakan yang ada dihadapanya.
"Zain? Ngapain kamu di sini?" Tanya Zahra.
Zain mengerutkan keningnya sedikit bingung dengan pertanyaan Zahra, "Kamu sendiri ngapain di sini?"
"Jangan-jangan kamu ngikutin aku ya?" Zahra sedikit emosi, Zain bingung harus menjelaskan bagaimana. Zainudin tersenyum "Untuk apa, aku ngikutin kamu?"
"Yaa.. siapa tau kamu.." Ucapan Zahra mengantung, jika di pikir-pikir tidak mungkin Ayahnya yang menyuruh Zain untuk mengikuti dirinya.
"Kamu.. Apa?" Tanya Zain sambil membetulkan kacamatanya yang melorot.
"Ah, sudahlah!" Zahra segera pergi dari hadapan Laki-laki yang akan dijodohkan denganya ini. Tapi langsung dicegah oleh Zain "Tunggu, Zahra.. apa kamu tidak ingin mencoba mengenalku? Mungkin dengan cara itu kamu.."
"Tidak!" Zahra langsung berlari sebelum Zain menyelesaikan kalimatnya.
"Zahraa.. jangan terlalu jauh kesana!" Teriak Zain mencoba memeringatkan.
"Bukan urusanmu!"
Bersambung
***
🌾14 Maret 2019🌾
Salam Manis Arek Kediri :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Love [END]
Romance❌WARNING❌ Hanya cerita sederhana, yang mungkin ditulis banyak author 🌾Dilarang plagiat cerita ini, awas dosa. 🌾Cerita asli dari pemikiran sendiri. Zahra Chanissa, saat dia lebih memprioritaskan karirnya, pacar yang dia sayangi dan sudah mengisi p...