14-

4.1K 212 15
                                    

Baca lapakku yang lain juga ya ^_^

🍝🍝🍝

***

Setelah selesai Zahra menunggu Nina di depan kantornya, beberapa kali Zahra mencoba menghubungi Nina tapi masih belum tersambung.

Sindy tiba-tiba datang dan berdiri si samping Zahra, Sindy sedang bertelfon dengan Angga untuk menjemputnya, Zahra tidak peduli dan mengalih pandanganya ke arah lain.

Nina datang menghentikan mobilnya tepat di hadapan Zahra "Sorry Ra, tugas gue banyak tadi!" Ucap Nina sambil turun dari mobilnya.

"Iya.. nggak papa, udah berangkat yuk.. laper gue, gara-gara liat Simiko." Ucap Zahra sedikit sinis.

"Simiko apaan?" Tanya Nina bingung.

"Nanti gue kasih tahu, yuk.." Zahra menarik Nina untuk segera masuk ke dalam mobil, mengabaikan Sindy yang masih menunggu disana.

"Ehh.. boleh nggak kalau nebeng? Ini udah sore, taksi nggak ada yang lewat, cowok gue di telfon nggak bisa." Tanya Sindy sambil mendekati kaca mobil Nina.

"Enggak!" Ucap Nina yang masih memasang sabuk pengaman.

"Kok lo tega sih, sama temen lo sendiri?" Kata Sindy sambil memelas.

"Emang, elo temen gue?" Tanya Nina lagi.

"Siapa aja yang berteman sama gue, temennya itu pasti temen gue!"

"Emang, Zahra nganggep elo temennya?" Balas Nina.

"Sesama temennya temen harus menolong temen dong, masa lo temennya temen gue, nggak mau nolong sih? Nebeng doang!"

"Oh, berarti kalau pacarnya temen harus jadi pacar lo juga dong?" Balas Nina lagi dengan sindiran tajamnya.

"Lo nyindir gue ya?" Tanya Sindy sedikit emosi.

"Emang, gue nyebut nama lo? Sampai elo berasa kesindir?"

"Kok elo ngeselin sih!" Gerutu Sindy.

Nina tertawa mengejek, "Kok, elo Bacot sih!" Saat itu juga Angga datang dan menghentikan mobilnya di belakang mobilnya Nina.

"Dasar pelit! Gue ogah nebeng sama elo lagi," ucap Sindy Sinis dan menendang ban mobil Nina, lalu menghampiri Angga yang turun dari mobilnya.

"Emang lo pernah naik mobil gue? Dasar cewek Sialan, jalang! Embat aja nohh.. cowok nggak berguna kek dia," Teriak Nina.

"Udah Nin, kita pergi aja. Nggak ada gunanya!" Ucap Zahra yang semenjak tadi diam. Nina melajukan mobilnya untuk segera pergi dari sana, Angga ingin berbicara kepada Nina tapi sepertinya tidak ada tempat lagi baginya.

"Sin, aku anterin kamu pulang ya?" Saran Angga.

"Ish, tapi aku mau makan dulu, aku lagi kepengen makan bakmi!" Kata Sindy yang sebenarnya ingin membuat Zahra cemburu, Sindy mendengar saat Zahra berbicara dengan Nina lewat telfon.

"Yaudah, kamu mau beli bakmi dimana?"

"Nanti aku kasih tau tempatnya, kita berangkat aja dulu" Angga menuruti saja kemauan Sindy dengan ikhlas tak ikhlas.

"Zahra," Panggil Nina saat mereka sedang di perjalanan.

"Hm?" Deham Zahra.

"Lo nggak papa kan?"

"Enggak kok."

"Eh, Ra, Simiko apaan?" Tanya Nina penasaran.

"Simiko itu, Sindy Miss Pelakor!"

Nina tertawa "Hah? Cocok juga buat julukan dia, ah, semoga selera makan gue nggak hilang gara-gara masalah tadi." Nina menghentikan mobilnya disebuah kedai bakmi yang sangat enak, tempat ini adalah salah satu tempat yang sering mereka berdua kunjungi.

Mereka duduk saling berhadapan, semenjak tadi Zahra terlihat murung tidak seceria seperti biasa. Meski begitu, ini lebih baik dari pada hari kemarin saat dia depresi. Bakmi pun sudah ada di depan mereka berdua, tetapi Zahra hanya hanya memandangnya tidak berniat memakannya.

"Ra, lo kenapa sih? Udahlah, jangam terus-terusan mikir, nggal baik buat kesehatan lo!" Ucap Nina yang menaruh sumpitnya.

Zahra mendongakan kepalanya dan menghadap Nina sambil tersenyum, "Gue masih berusaha Nin, gue masih perlu waktu. Jadi maklumin gue kalau gue bersikap kayak gini," Zahra meraih sumpitnya dan mengaduk bakmi yang ada dihadapannya.

"Sayang, disini kata temen aku bakminya enak, kamu pernah coba nggak?" Tanya seorang perempuan yang ternyata itu adalah Sindy bersama dengan Angga.

Nina yang mendengar suara khas dari Sindy langsung menghentikan aktifitas makannya. Brakk! Nina menggebrak meja dengan kesal.

"Kok, mereka juga kesini! Sialan, bikin gue muntah! Yuk, Zahra kita ganti restaurant lain aja!" Ucap Nina sambil berdiri.

"Jangan urus mereka, kita makan aja!" Kata Zahra sambil menarik Nina untuk duduk kembali.

"Eh, itukan Zahra, dari pada nunggu pelanggan lain selesai makan, gimana kalau gita gabung mereka aja? Bisa nggak?" Tanya Sindy.

"NGGAK BISA!"
"Terserah lo mau kemana, jangan kotorin mata gue dan ganggu nafsu makan gue! Hati-hati, kalau sering mesra-mesra di depan orang, bakal cepat putus!" Ucap Nina seperti mengutuk hubungan Sindy dan Angga.

"Lo kok gitu sih! Sayang kok temen kamu jahat sih," Ucap Sindy seperti dibuat sedih.

"Lo juga Ngga, jangan kira lo temen gue, gue nggak bisa berbuat kasar ke elo, elo udah buat sahabat gue terluka. sebaiknya elo jangan nampakin muka lo yang penuh dosa itu kehadapan gue. Gue jijik pernah punya temen kaya elo!" Kata Nina dengan mulut pedasnya.

"Nin, tapi gue..." Angga mencoba menjelaskan.

"Percuma lo ngejelasin dengan kata-kata, karena apa? Bukti lebih kuat dari pada kata-kata lo yang nggak berguna dan ngerusak telinga! Udah Ra, kita pergi aja!" Nina menarik Zahra untuk bangkit dan meninggalkan restaurant bakmi.

"Camkan kata-kata gue, jangan pernah muncul dihadapan gue!" Ucap Nina sambil mendorong bahu Angga.

Bersambung

***

Yey sebagai penutup bulan Februari gaes 😁
Tuhh aku kasih bakmi, emotnya doang tapi
#plak👋😂😂

🍝
🍝🍝🍝
🍝🍝🍝🍝🍝
🍝🍝🍝
🍝

🌾28 Februari 2019🌾

Salam Manis Arek Kediri :)

Because Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang