👋👋👋
#Plak***
Kau menangis, hatiku ikut teriris 😢
Lebay ah 😁______________________________________________________
Nina membuka pintu kamar Zahra, dia masih di posisi yang sama seperti tadi pagi. Nina melihat bahu Zahra bergetar pertanda dia akan menangis.
Kondisi Zahra lebih parah dari pada pemeran Bella yang di tinggal Edward pergi jauh, Air mata Zahra tumpah dia tidak bisa menahan rasa sakit yang di rasakannya. Nina segera menghampiri Zahra dan memeluknya dengan erat.
"Zahra.. jangan Nangis," ucap Nina yang juga mulai menitihkan air matanya tanpa dia sadari.
"Hiks..G.. Gimana, gue nggak nangis Nin, temen lo bohong sama gue.. hiks..hiks." ucap Zahra sambil sesenggukan.
Nina tidak bisa mengatakan apapun, dia hanya terdiam sambil mengusap pundak Zahra agar berhenti menangis.
"Dia.. Janji bikin gue selalu tersenyum, dia mau jadi tempat sandaran saat gue sedih, Mana dia sekarang Ninn.. dimana dia saat gue sedih kayak gini.. hiks..hiks.." teriak Zahra lagi yang semakin menangis.
Nina melepas pelukanya, "Zahra.." ucapan Nina terpotong karena Zahra terus bertanya dan menyelah ucapan Nina, Nina tidak tahan lagi melihat Zahra seperti ini.
"Ninn.. Mana dia saat gue.."
PLAKK...
"Zahra Stop! Stop nangisin cowok brengsek kaya Angga, kenapa elo nangisin dia? Sebesar itukah rasa sayang lo sama dia? Sebesar itukah rasa cinta lo dia? Sampai-sampai elo nyakitin diri lo sendiri!" tamparan itu tepat mengenai pipi sebelah kanan Zahra, Nina mengusap pipinya dan menarik nafas panjang.
"Masih banyak Ra, cowok yang lebih baik dari Angga.. Kenapa elo nyia-nyia in air mata lo buat Angga! Sejak kapan elo di perbudak sama yang namanya cinta? Please.. mulai sekarang lupain Angga.. hidup elo masih panjang Zahra, masih banyak ribuan Cowok yang mau ngantri buat dapetin hati elo!"
Zahra terdiam memikirkan kata-kata Nina, "Gue akan bantu elo buat lupain Angga! Percaya sama gue, elo pasti bisa lupain Angga," Zahra memandang Nina, tapi air matanya tidak bisa berhenti mengalir.
"Ayah, hubungan Angga sama Zahra bagaimana kalau menurut Ayah?" tanya Ibu Zahra bernama Nissa.
"Kalau menurut ayah, mereka cocok nggak cocok!"
"Kenapa nggak cocok?" tanya Nissa.
"Mereka itu seumuran, terkadang sedikit labil.. jika saja Angga dan Zahra putus, ayah bakal menjodohkan Zahra dengan anak teman ayah!" ucap Pak Vihan.
"Kok ayah ngomongnya gitu?" tanya Nissa saat mereka diperjalanan pulang menuju rumah.
"Memang Angga anaknya sopan, baik, selalu minta ijin saat ngajak Zahra pergi keluar, Tapi.. Ayah juga mengalami saat seumur Angga,"
"Maksud Ayah?"
"Dulu.. sebelum Nikah sama kamu, Ayah juga menjalin hubungan dengan teman seumuran Ayah.. kita memang berpacaran, tapi Ayah sama sekali nggak merasa pacaran.. karena kesibukannya, lama-lama Ayah jadi pacaran dengan orang lain lagi. Dan pada akhirnya ketemu kamu," jelas Vihan.
"Oohh.. berapa banyak mantan Ayah?" tanya Nissa sedikit sebal, Vihan mengerutkan keningnya menyadari sesuatu.
"Kamu cemburu? Astaga.. Ayahkan cuman cerita, bagaimana pun juga sekarang kamu adalah satu-satunya Nissa.." ucap Vihan sambil terkekeh.
Mereka sampai di rumah mereka, mereka melihat mobil Nina terpakir di sana. Nissa segera mencari keberadaan putri satu-satunya pasti dia dan Nina sedang mengoceh tak jelas tentang korea.
Nissa dan Vihan sampai di depan kamar Zahra, bukan tentang korea yang mereka dengar, bukan tawa yang mereka dengar melainkan sesenggukan yang di dengar oleh Vihan dan Nissa.
"Ninn.. makasih elo selalu ada saat gue seneng maupun sedih, elo adalah sahabat gue satu-satunya Nin.." Zahra dan Nina berpelukan, saling menguatkan satu sama lain.
"Sudah, nggak perlu di pikirin.. Anggap saja Angga seperti sampah, kecoa yang hinggap di makanan lo!" ucap Nina.
"Kok, elo jorok sih Nin?" Zahra melepas pelukannya dan memadang Nina dengan kesal.
"Ya, iyalah.. elo kan jadi terjangkit penyakit, haha.." gurau Nina mencairkan suasana.
Vihan dan Nissa saling berpandangan, memahami situasi yang sedang terjadi saat ini, mereka memilih turun dari lantai atas kamar Zahra membiarkan mereka tenang.
"Udah, cuci muka sana.. kalau Ayah sama Ibu lo pulang, dikira gue lagi yang buat elo nangis!" kata Nina.
"Iyaa.. habis ini kita makan ya Nin, gue laper!" Zahra masuk kedalam kamar mandi dan membersihkan wajahnya. Setelah selesai Nina mengajaknya turun untuk makan.
"Bagus ya.. kalau ngomongin oppa-oppa Korea aja nggak ada habisnya.. sampai nggak denger Ayah dan Ibu pulang!" teriak Nissa yang duduk manis di atas sofa, Zahra dan Nina kaget melihat orangtua Zahra sudah pulang.
"Ayah.. Ibu.. kalian kapan pulang?" tanya Zahra.
"Baru saja, enggak mau peluk Ayah sama Ibu?" tanya Vihan.
Zahra berlari dan lansung memeluk Nissa dengan erat, air matanya tumpah lagi entah kenapa. "Lohh.. kok malah Nangis?"
"Habiss.. Ibu ninggalin aku teruss, pergi melulu sama Ayah."
"Udah gede kok malah makin cengeng," ucap Nissa sambil terkekeh.
"Sudah.. sudah.. yuk kita makan saja, pasti kamu laper kan, untung tadi ayah beli makanan.." Zahra melepas pelukannya dan merampas makanan yang di bawa oleh ayahnya.
"Yuk, Nin kita makan.." Zahra menarik lengan Nina untuk menuju ke dapur.
"Eh, Ayah sama Ibu lo nggak di ajak?"
"Om sama tante udah makan kok, kalian saja yang makan."
Setelah makan malam Nina pulang ke rumahnya, Zahra segera tidur agar besok dia bisa pergi bekerja.
"Buk, kok ucapan Ayah terkabul ya?" tanya Vihan saat mereka belum terlelap di dalam kamar.
"Ucapan yang mana?"
"Ucapan kalau Angga dan Zahra putus,"
"Mungkin sudah takdir Yah," ucap Nissa.
"Kira-kira anak temen ayah sudah nikah atau belum ya!"
"Anaknya yang mana? Siapa namanya?" tanya Nissa penasaran, pasalnya suaminya bertekat menjodohkan Zahra dengan anak temanya.
"Ibu tau kok anaknya, tapi mungkin lupa.. nanti saja Ayah kasih tau!"
"Yaa sudah lahh.." Nissa membaringkan tubuhnya dan mulai memejamkan matanya.
Zahra keluar dari kamarnya dan membawa sekardus barang-barang yang berneka ragam. Tak lupa Zahra membawa korek api dan minyak tanah.
"Langkah pertama untuk melupakanmu Angga, aku harus membakar semua barang pemberianmu!" batin Zahra sambil menuangkan minyak tanah itu lalu menyalakan korek api dan seketika barang yang ada di dalam kardus terbakar semua.
"Terimakasih Angga, sudah mengenalkanku dengan yang namanya Cinta! Semoga aku bisa melupakanmu!" ucap Zahra.
Bersambung
***
Partnya jelek ya 😭😭
Lupa ide astaga.. 😭😭😭
Maafkeunn 😭😭👋
👋👋👋
👋👋👋👋👋
👋👋👋
👋🌾24 Februari 2019🌾
Salam Manis Arek Kediri :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Love [END]
Romance❌WARNING❌ Hanya cerita sederhana, yang mungkin ditulis banyak author 🌾Dilarang plagiat cerita ini, awas dosa. 🌾Cerita asli dari pemikiran sendiri. Zahra Chanissa, saat dia lebih memprioritaskan karirnya, pacar yang dia sayangi dan sudah mengisi p...